AMBON, Siwalimanews – Lambatnya pelayanan yang dilakukan oleh para perawat diduga menyebabkan satu pasien meninggal dunia. Almarhumah YR meninggal dunia, karena perawat beralasan tidak tahu memasang tabung oksigen ke tubuh korban dan banyak alasan lainnya.

Mirisnya lagi para perawat juga diduga mengancam pasien yang akan masuk ke rumah sakit plat merah tersebut melalui media sosial yang ramai beredar di masyarakat.

Tangkapan layar yang berhasil diperoleh Siwalima, Senin (7/8) dari akun facebook milik perawat RSUD Masohi atas nama Vera Ngelo dan Manara betty II yang meluapkan kekesalan sekaligus mengancam warga yang datang berobat ke rumah sakit tersebut.

Dalam tangkapan layar itu awalnya dikemukakan oleh nakes Vera Ngelo yang mengatakan “Hafal dlm muka zstr ee”, kemudian dibalas oleh akun Manaha Betty II yang mengatakan “Kaka era ktg su hafal dLm muka muka yg ada maki’’ Lwt UDG tuh .. Ktg tggu sha pas bwh di UGD nnti toh.. (dengan gambar emoji)

Percakapan itu kemudian dilan­jutkan dengan Manaha Betty II yang memposting ‘’Biarkan me­reka beraksi kaka syg .. Kita hanya menunggu di UGD dan kaka dong menunggu di ICU saja yah (dengan gambar emoji menangis).. Biasa tong kosong nyaring bunyinya jadi bgtuLah mereka..

Baca Juga: Pemprov Dituding tak Mampu Kelola Jalan Provinsi

Kemudian ditanggapi oleh akun Dessy Sapulette Pelupessy ke pernyataan dari akun Manara Betty II ‘’itu sdh suster eee’’

Indra Rentua kemudian memposting di komentar di laman akun Vera Ngelo ‘’biking akang banya barang ada rumasakit banya di masohi too’’ La kalu masalah Dg Rsud bisa lari k laeng Bikin diri pintar tll banya’’.

Pernyataan Indra kemudian ditanggapi oleh akun Tresye Polnaya ‘’Orang Bodoh pung model tuh, Sakit bikin muka Nau’’

Alter Sopacua keluarga dari almarhumah menyesalkan sikap dan pelayanan dari RSUD terhadap saudara mereka yang tidak terlayani dengan baik sampai meninggal dunia.

Ia menjelaskan almarhumah masuk RSUD Masohi sekitar tanggal 25 Juli dan meninggal dunia pada hari Jumat  4 Agustus.

Sebelum korban meninggal, pihak keluarga telah mengingatkan ke perawat di ruang Teratai, agar segera menggantikan tabung oksigen ke tubuh korban, namun mereka banyak alasan.

“Perawat bilang ke keluarga, nanti perawat dari shift berikut jua yang mengambil tabung oksigen dan ganti ke tubuh korban. Padahal kon­disi pasien sudah kritis,” jelas So­pa­cua kepada Siwalima, Senin (7/8).

Sampai pergantian shift selesai, perawat baru masuk, sudah pihak keluarga untuk mengambil tabung oksigen dan segera menganti, karena kondisi korban sudah sangat kritis, namun perawat lagi-lagi slow respon.

Karena kesal dengan pelayanan, pihak keluarga almarhumah kemu­dian mengambilnya sendiri tabung oksigen. Setelah tabung itu sampai ke ruang yang ditempati korban, menurutnya, keluarga kemudian meminta ke perawat untuk segera memasang tabung oksigen karena kondisi pasien sangat lemah.

“Mereka (perawat) bilang tidak bisa pasang tabung oksigen, nanti tunggu yang ahli jua. Lalu kami mau tunggu sampai kapan? Karena tidak bisa menggantikan tabung oksigen, pada pukul 21.00 WIT, almarhumah menghembuskan napas terakhir,” ujarnya kesal.

Dengan kondisi itu kemudian memicu kemarahan dari suami almarhumah, yang sempat ribut di rumah sakit karena merasa tidak dilayani dengan baik.

“Wajar kita ribut, karena pela­yanan yang buruk dari pihak rumah sakit, perawat juga slow respon,” jelasnya.

Ia juga meminta kepada pihak rumah sakit, Bupati Malteng segera mengevaluasi kinerja direktur dan bawahannya.

“Kejadian seperti ini bukan baru pertama terjadi di RSUD Masohi, sudah banyak kali. Jadi kami minta pa bupati bisa mengevaluasi kinerja direktur dan jajaran,” pintanya.

Terkait dengan postingan an­caman dari para perawat kepada pasien yang akan masuk ke RSUD Masohi, menurutnya pemda harus merespon cepat.

“Itu ancaman. Ditakutkan warga yang sakit tak berani ke rumah sakit karena ancaman perawat seperti itu, bahkan tersebar ke medsos,” urainya.

Ditambahkan sampai almarhumah kembali ke rumah, tidak ada tang­gapan dari pihak rumah sakit terkait kelalaian yang terjadi.

Membela Diri

Sementara itu Direktur RSUD Masohi Hery Siswanto dalam kete­rangan persnya kemarin membantah kalau pelayanan yang diberikan tidak maksimal kepada keluarga almarhumah.

“Intinya pelayanan kami sudah berikan maksimal,” terangnya.

Ia mengaku kalau saat itu pihak­nya menyediakan banyak tabung oksigen bagi pasien rumah sakit. Ada 42 tabung yang sudah terpakai dan ada 5 tabung cadangan.

“Jadi bukan oksigen kosong. Bahkan bukan kejadian tadi malam, di kasih oksigen backup kepada pasien,” bantahnya.

Ia menjelaskan juga bahwa selama ini semua fasilitas rumah sakit diberikan sesuai SOP termasuk kepada almarhumah yang masuk sejak tanggal 25 Juli di ruang ICU teratai dengan diagnosa penyakit TBC dan komplikasi.

“Tanggal 25 pasien masuk, dia sudah di rawat di ruang ICU Teratai. Sudah 10 hari dan kita sudah backup oksigen untuk pertolongan bagi korban,” terangnya kepada warta­wan.

Atas kejadian itu ia juga menyebut suami dari almarhumah juga kecewa dia langsung keluar dari rumah sakit.

Suami almarhumah langsung bawa massa, sudah 1 mobil, Saya tidak tahu massa dari mana, kami tidak sempat antisipasi massa sebanyak itu,” ujarnya.

Kejadian itu menurutnya mem­buat sejumlah perawat trauma bahkan ada pasien yang mendapat cakaran dari almarhumah ketika memasang alat bantu pernapasan.

“Ada yang trauma, terjadi pen­cakaran, ketika pakai alat bantu pernapasan. Luka cuma cakar-cakaran. fasilitas rusak ada,” urainya. (S-11/S-09)