AMBON, Siwalimanews – Tarung panas Partai Golkar dan PDIP untuk merebut kekuasaan di Pilkada Kabupaten MBD terus berlanjut.

Bergabungnya kekuatan Niko-laus Kilikily dan Desianus Orno tidak membuat PDIP yang menja­gokan Benyamin Thomas Noach dan Agustinus Kilikily kendur, malah partai berlambang Banteng Moncong Putih ini siap mengha­dang kekuatan Niko-Odie.

Bendahara DPD PDIP Maluku, Lucky Wattimury mengatakan, partai koalisi yang mengusung petahana menyusun strategi melawan Niko-Odie

Dikatakan, PDIP sebagai partai yang saat ini berkuasa di Kabu­paten MBD akan berusaha mem­per­tahankan kekuasaan yang telah diperoleh selama sepuluh tahun terakhir

Kata dia, PDIP memiliki kebia­saan satu barisan dimana sekali rekomendasi telah dikeluarkan DPP bagi siapapun orangnya, kader harus bekerja untuk kepenti­ngan pemenangan.

Baca Juga: Tomia Terpilih Secara Aklamasi Pimpin Golkar Bursel

“Jadi PDIP  punya kebiasan ialah satu barisan sekali rekomendasi telah ditetapkan DPP. Siapapun orang­nya harus bekerja untuk ke­pen­tingan pemenangan,” ujarnya kepada Siwalima, Selasa (25/8).

Sudah menjadi tradisi pada Kabupaten MBD dimana calon yang diusung PDIP bersama bebe­rapa partai lain selalu menuai kemenangan, karena itu MBD menjadi kekuatan untuk tetap bekerja secara maksimal.

Ia meyakini, dengan kandidat Benjamin Thomas Noach dan Agus­tinus Kilikily yang telah di­usung, tetap memenangkan per­tarungan itu.

“Kami yakin itu, entah siapapun calon silahkan, dari Golkar dan Ge­rindra mencalonkan Niko dan Odie ada juga calon independen yang sudah lolos kami hargai,” katanya.

Bagi PDIP, tidak ada pilihan lain se­lain harus memenangkan pilka­da itu, dan karenanya PDIP selalu mempersiapkan diri mulai dari ranting, anak ranting sampai pada PAC, DPC dan DPD mendampingi, sehingga betul-betul apa yang menjadi komitmen untuk meme­nangkan pilkada di Maluku tetap dilakukan dengan baik.

Tak mau kalah dengan PDIP, Partai Golkar juga menyusun stra­tegi dengan mengerakan seluruh mesin partai berjuang bersama memenangkan Niko-Odie.

Wakil Ketua Bidang Kaderisasi DPD Partai Golkar Maluku, Rony Sianressy menegaskan, DPP Par­tai Golkar telah mempertimbang­kan secara matang untuk mere­komendasikan pasangan Nikolas Kilikily dan Desianus Orno, karena itu semua mesin partai akan di­gerakkan untuk pemenangan.

Menurutnya, kehadiran Niko-Odie menjadi angin segar bagi politik di Kabupaten MBD. sehingga pihaknya akan terus berupaya untuk memenangkan kandidat yang sudah diusung.

“Keputusan DPP ini telah men­jadi angin segar bagi politik di Ka­bupaten MBD, setelah beberapa waktu lalu petahana mengang­gung­kan kotak kosong,” ung­kapnya.

Sianressy menjelaskan, pasa­ngan yang diusung Golkar-Ge­rindra merupakan kolaborasi an­tara sesorang yang memiliki jari­ngan yang cukup kuat di Jakarta, dalam rangka menarik anggaran dari pempus, dan seorang birokrat murni yang memahami pemerinta­han.

“Karena itu, kami yakin dengan kola­borasi kandidat yang diusung akan dipilih oleh masyakat dan su­dah pasti menang pilkada,” tegas­nya.

Selain itu, kolaborasi kandidat Niko telah melambangkan Babar se­dangkan Odie juga mempre­sen­­tasi­kan Leti, Moa, Lakor serta adanya kontribusi Barnabas Orno dalam memajukan kabupaten MBD telah memberikan sesuatu yang tidak dapat dilupakan oleh masyarakat.

Partai Golkar dari sisi hitung-hitungan politik telah menargetkan memenangi pilkada pada Kabu­paten MBD dan SBT, sehingga un­tuk mengalahkan incumbent tidak terlalu sulit bagi golkar, apalagi telah terjadi ketidakpercayaan masyarakat terhadap  kebijakan kepemimpinan incumbent saat ini.

“Jujur target Partai Golkar diatas kerta akan memenangi MBD, untuk mengalahkan incumbent. Kami ber­fikir tidak terlalu sulit apalagi telah terjadi ketidakpercayaan mas­yarakat terhadap  kebijakan ke­pemimpinan incumbent,”  katanya.

Petahana Miliki Peluang

Menanggapi saling klaim ke­kuatan kedua partai besar dimak­sud, akademisi Fisip Unpatti, Mochtar Nepa-Nepa mengatakan, petahana masih memiliki peluang yang cukup kuat untuk memenang­kan pertarungan dalam pilkada MBD.

Hal ini didasarkan pada analisis dimana, dalam pilkada terdapat kekuatan birokrasi yang justru apabila kekuatan ini terpelihara dengan baik, dapat menjadi peno­pang utama kekuatan petahana.

“Petahana itu  memiliki  peluang yang cukup kuat untuk meme­nangkan pertarungan dalam pil­kada MBD,” tuturnya.

Namun, kekuatan birokrasi yang ada pada petahana kata Mochtar, akan mengalami degradasi politik jika terjadi krisis moral dan kiris kepercayaan semakin kuat.

Terkait dengan bergabungnya Partai Golkar dan Gerindra, kata Mochtar, sebetulnya tidak terlalu mengagetkan banyak pihak, sebab memang antara Golkar dan Ge­rindra memiliki sejarah panjang yang sebetulnya ada kedekatan.

Menurutnya, menyatunya dua kekuatan politik Partai Golkar dan Gerindra, tidak serta-merta menya­tunya konstituen dalam pertaru­ngan pilkada nanti, artinya ada dilema politik antara kekuatan par­tai di satu sisi dan kekuatan massa disisi lain.

apalagi kemenangan pilkada nanti, tidak akan ditentukan oleh kekuatan atau koalisinya besar, melainkan kemenangan sangat ditentukan oleh tingkat keperca­yaan masyarakat terhadap calon.

Selain itu, diusungnya Nikolas Kilikilhy dan Desianus Orno sebagai pilihan Partai Golkar dan Gerindra, tidak berarti bahwa pili­han partai adalah pilihan konsti­tuen, maka dalam posisi ini harus diingat petahana masih memiliki peluang untuk kembali meme­nangkan pilkada MBD.

Terhadap lawan petahana, lanjutnya, akan sangat dipengaruhi oleh figur Wakil Gubernur Maluku, Barnabas Orno yang memiliki kesamaan biologis, tetapi terlepas dari dua kekuatan koalisi antara Golkar-Gerindra, jika kemudian masyarakat memiliki pandangan yang berbeda tentang figur baru untuk memimpin MBD 2020-2025.

Hal yang sama juga dikemukan oleh akademisi Fisip UKIM, Amelia Tahitu. Ia menegaskan, jika dalam praktek diberbagi daerah saat pe­milihan pasangan petahana masih memiliki kekuatan yang cu­kup besar untuk kembali meme­nangkan pilkada.

“Bagi saya, petahana masih miliki kekuatan dan peluang yang cukup besar untuk memenangi pilkada,” ujarnya.

Dengan kekuatan yang dimiliki, petahana akan membuat partai lawan menyusun srategi yang kuat untuk memberikan rekomendasi kepada calon yang berpotensi mengalahkan petahana.

Srategi inilah, kata Tahitu, yang sementara dilakukan oleh Partai Golkar dan Gerindra dengan me­nyandingkan Nikolas kilikily de­ngan Desianus Orno, sebab De­sianus Orno dianggap memiliki kekuatan basis masa yang kuat, sehingga berpeluang untuk menyandingi kekuatan petahana.

Namun dalam posisi apapun, tambah Tahitu, petahana masih me­miliki kekuatan untuk meme­nangi pilkada, sehingga harus diantisipasi oleh lawan. (Cr-2)