AMBON, Siwalimanews – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Uno kunjungi Ambon.

Uno tiba di Bandara Udara Internasional Pattimura Ambon, Minggu, (11/9) pukul 06.50 WIT, menggunakan pesawat Batik Air ID-6170.

Menparekraf dan rombongan disambut Penjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Maluku, Sadali Ie dan Karo Umum Setda Maluku, Affandy Hasanussi, di VIP Room Bandara.

Dalam kunjungan kerjannya, Menteri akan menghadiri beberapa agenda di Kota Ambon dan Negeri Hila, Kabupaten Maluku Tengah.

Dan di hari ini (kemarin-red), Menteri dijadwalkan menghadiri acara Anugerah Desa Wisata (ADWI) di Negeri Hila, Kabupaten Maluku Tengah.

Baca Juga: GMKI Demo Desak Cabut Kebijakan Kenaikan BBM Bersubsidi

Selanjutnya pelatihan Pember­dayaan Ekonomi Kreatif Maluku di Teluk Ambon Beach Caffe dan Resto, dan kemudian mengikuti ke­giatan Apresiasi Kreasi Indonesia (AKI) Kota Ambon, yang ber­langsung di Maluku City Mall (MCM) dan dilanjutkan pada kegiatan KaTa Kota Ambon, di Ambon City Center (ACC).

Agenda berikutnya pada Senin, (12/9), pukul 08.55 WIT, Menteri dan rombongan dijadwalkan kembali ke Jakarta.

Sambangi Hila

Desa Wisata Negeri Hila telah me­lalui proses uji standar penilai­an tim juri yang terdiri dari tujuh kategori. Yakni 1. Daya tarik peng­unjung (alam dan buatan, seni dan budaya), 2. Suvenir (kuliner, fesyen, dan kriya), 3. Homestay, 4. Toilet umum, 5. Digital dan kreatif, 6. Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability (CH­SE), dan 7. Kelembagaan Desa yang nantinya akan mendapatkan pembinaan dan pendampingan dari mitra strategis Kemenparekraf, yakni Astra melalui program Desa Sejahtera Astra (DSA) selama satu tahun.

Dalam kesempatan itu, Menteri juga berkesempatan mengunjungi Pasar Seni dan produk UMKM be­rupa souvenir, kuliner, kriya, fesyen khas Desa Wisata Negeri Hila. Di sana dapat ditemui beragam kuliner nan lezat seperti Sinole, Ikan Kuah Paa, Colo-Colo, Serun­deng, Manisan Buah Pala, Sari Buah Pala.

“Ini adalah titik nol. Kilometer nol dari jalur rempah kita. Jadi spice route dimulai dari titik ini. Dan saat Portugis dan setelahnya Belanda hadir di sini, ini yang menjadikan kita negara terkenal sebagai ne­gara rempah. Dan yang menarik, bahwa kita sekarang mempunyai program Indonesia Spice of The World. Kalau China memiliki jalur sutera, kita memiliki jalur rempah. Mereka memiliki silk route, kita memiliki spice route. Mereka memiliki One Belt One Road, kita memiliki Spice of The World. Saya ucapkan selamat,” ungkap San­diaga.

Disinilah langkah inovatif, adap­tif, dan kolaboratif semua pihak untuk bergandengan tangan mem­bangkitkan, termasuk dengan memberikan dukungan, pendam­pingan agar Desa Wisata Negeri Hila akan semakin berdaya saing unggul dan berkelas dunia.

“Inilah langkah kita kebangkitan yang lebih kuat, kepulihan yang lebih cepat dalam rangka mencip­takan 1,1 juta lapangan kerja baru yang berkualitas,” bebernya di­sambut riuh tepuk tangan mas­yarakat.

Dikatakan, potensi wisata Negeri Hila adalah destinasi yang komplet dengan sumber daya alam seperti Air Terjun Manahuna Ana yang men­jadi salah satu destinasi wi­sata alam favorit yang dikunjungi baik oleh wisatawan domestik mau­pun wisa­tawan mancanegera.

Air dan udara yang bersih dan segar menjadikannya sebagai spot untuk berwisata untuk mele­paskan kepenatan, bahkan adanya Batu Mir membuat wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata berupa susur Sungai Sy Loy. Lalu ada Bukit Parsan yang merupakan spot untuk berswa foto jika wisa­tawan berkunjung.

Dari aspek seni dan budaya, desa itu memiliki Masjid Hasan Soleman yang merupakan masjid tertua yang didirikan pada tahun 1702. Kemudian ada Benteng Amsterdam yang dibangun oleh Gerard Demmer pada tahun 1942.

Benteng itu kemudian diperluas oleh Arnold De Vlaming Van Ouds Hoorn pada tahun 1949 hingga ta­hun 1656. Kontruksi bangunan ben­teng ini seperti sebuah ba­ngunan rumah, maka oleh bangsa Belanda mereka menyebutnya Blok Huis.

“Aspek kekayaan desa tersebut tidak hanya dari segi sejarah. Karena ini adalah titik nol dari jalur rempah kita. Tapi juga tentang kekuatan Indonesia yang toleransi umat beragama, toleransi antara suku bangsa ini, sangat terlihat di sini. Jadi, ini pemandangan yang indah, budaya yang luhur. Dan produk-produk ekonomi kreatifnya. Sangat menarik,” ujar Sandi. (S-25)