AMBON, Siwalimanews – Puluhan guru SMAN 13 Ambon me­layangkan surat mosi tidak per­caya kepada Kepala SMAN 13 Ambon, Didi Kasidi.

Surat itu ditujukan kepada Dinas Pendidkan Maluku dan Komisi IV DPRD Pro­vinsi Maluku sejak Selasa (19/7).

Siwalima yang menda­patkan sali­nan mosi tidak percaya, Rabu (20/7) di Dinas Pendidikan Maluku me­nye­butkan,  para guru ter­paksa me­­layangkan mosi tidak per­caya lan­taran ke­pala sekolah dinilai tertutup soal ang­garan bantuan pemerintah ke sekolah.

Kepsek Didik Kasidik dinilai se­wenang-wenang terhadap para guru, baik guru berstatus pegawai negeri maupun honorer.

Tercatat 12 poin yang menjadi ala­san mosi tidak percaya itu dila­yangkan kepada  kepsek  yaitu,  pertama, adanya pengelolaan dana Bos­nas dan Bosda yang dilakukan  secara individual oleh kepala seko­lah secara tertutup tidak transparan dan tidak melibatkan wakasek, de­wan guru,  dan tata laksana sesuai juknis.

Baca Juga: Abua: Belajar Menjadi Langkah Mentransformasikan Pendidikan

Kedua, dalam penyusunan RKAS tidak pernah melibatkan komite se­kolah, staf dewan duru, tata laksana sesuai juknis

Ketiga, ketika berkomunikasi de­ngan guru dan tata laksana tidak me­ngedepankan etika sebagai kepala sekolah.

Keempat, sesuai struktur organi­sasi kepsek tidak secara optimal me­maksimalkan perangkat struktural sekolah seperti beberapa wakasek tidak difungsikan.

Kelima, dalam mengerjakan ba­ngu­nan sekolah kepsek mempeker­jakan pegawai tetapi tidak membayar upah mereka sesuai haknya.

Keenam, setiap kegiatan sekolah sering tidak adanya pembentukan panitia. Ketujuh, tidak bisa menem­patkan diri sebagai pemimpin. De­lapan, terjadi diskriminasi di kala­ngan guru dan pegawai tata laksana.

Sembilan, tidak mampu mem­bangun hubungan baik antara guru dan pegawai. Sepuluh, kebijakan-kebijakan yang diambil selalu ber­dasarkan keinginan pribadi.

Sebelas, dalam pertemuan rapat tidak mau menerima saran atau pen­dapat dari staf dewan guru serta tidak mau menerima saran pendapat yang diberikan. Dan Duabelas, ada­nya pembayaran gaji tenaga honorer yang dipotong dan tidak dibayarkan sesuai dengan haknya.

Tak Libatkan Komite

Mosi tidak percaya itu juga memuat alasan lain yakni tidak merangkul guru dan pegawai malah sebaliknya men­ciptakan kesenja­ngan antara guru dan pegawai tata usaha.

Sistim informasi kegiatan sekolah hanya sepihak tidak lagi disampai­kan dalam group whatsApp (WA) sekolah, melainkan disampaikan kepada guru-guru tertentu.

Bukan itu saja, kegiatan yang dilaksanakan hanya melibatkan sege­lintir guru yang mendukung sang kepsek dan hal itu terjadi se­cara terus menerus. Adanya sifat arogansi dan memarahi guru di depan umum. Disamping kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan dana-dana bantuan sekolah tidak melibatkan komite sekolah.

Ketua Komite SMAN 13 Ambon, Zulkifli Fakaubun yang dikonfirmasi terkait hal itu mengaku, menya­yangkan sifat arogansi yang ditunju­kan Kepsek Didi Karsidi.

“Jika tidak disikapi oleh Dinas Pendiidkan, para guru itu mengancam akan melakukan aksi mogok mengajar secara masal dan pelayanan lain  terhadap aktifitas pendidikan yang ada di sekolah. Saya melihat pak kepsek arogan. Ini yang seharusnya tidak boleh terjadi, karena dampaknya anak-anak didik, para siswa akan dirugikan,” ungkap Fakaubun.

Fakaubun berharap, Dinas Pendidikan Maluku segera turun tangan atau bila perlu menggantikan yang bersangkutan dengan kepala sekolah yang lebih baik.

“Masalah ini kalau tidak segera disikapi Dinas Pendidikan dikhawatirkan akan berpengaruh pada proses belajar mengajar dan siswa yang dirugikan,” katanya.

Jaksa Periksa

Sementara itu informasi dari pihak sekolah, paket pengadaan mobiler di labo­ratorium seharusnya tidak diaju­kan lantaran mobiler masih baik dan layak. Meja dan kursi serta perangkat laboratorium yang masih layak dibiarkan terbengkalai dan melakukan pengadaan baru.

“Ini kan buang-buang anggaran. Negara rugi kalau seperti ini. Lebih baik anggaran itu untuk kepentingan sekolah yang lain. Kasihan meja dan kursi masih layak pakai, Kepsek kok membiarkannya terbengkalai meletakan di luar gedung kena hujan dan panas,” tutur salah satu staf pengajar sambil menunjuk mobiler di salah satu sisi sekolah favorit Kota Ambon itu.

Kepala SMAN 13 Ambon, Didi Karsidi yang dikonfirmasi Siwalima, Rabu (20/7) mengatakan belum bersedia memberikan komentarnya.

Didi baru bisa berkomentar hari ini Kamis (21/7) dan akan menjelaskan di sekolah. (S-20)