AMBON, Siwalimanews – Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengaku, Presiden Joko Widodo telah menegaskan, bahwa program gas di Provinsi Maluku menjadi salah satu prioritas, untuk itu Inpex selaku pemilik saham mayoritas dalam pengelolaan lapangan abadi Blok Masela diminta untuk mempercepat proses produksi.

Namun permasalahan yang dihadapi adalah, keluarnya PT Shell Upstream Overseas Ltd selaku pemilik saham 35% dari konsersium Inpex. Untuk itu pemerintah terus mendorong agar ada pengganti pihak Shell.

Berdasarkan hasil rapat terbatas yang digelar pada Rabu (7/9) di Istana Negara, bahwa PT Pertamina bersama dengan Indonesia Investment Authority (INA) bersama beberapa perusahaan lain, akan membentuk satu konsersium untuk mengambil alih saham 35% milik PT Shell Upstream Overseas Ltd yang telah keluar dari konserisum Inpex.

“Sebenarnya Blok Masela ini sudah mau jalan, namun problemnya adalah, kemarin Shell tark diri dari konsersium, dan kemarin kita baru saja selesai rapat terbatas dengan presiden dan menteri BUMN, itu hasilnya akan ada blending antara INA dan Pertamina dan mungkin ada beberapa perusahaan-perusahaan lain yang dijejaki oleh pak Menteri BUMN untuk buat satu konsersium agar dapat ambil alih saham 35 persen yang ditinggalkan pihak Shell,” jelas Bahlil menjawa pertanyaan Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Gerindra Hendrik Lewerissa dalam rapat dengar pendapat antara Komisi VI dan Menteri BUMn serta Menteri investasi yang berlangsung di Gedung DPR RI Senayan Jakarta, Kamis (8/9) seperti yang dikutib dari parlamen TV.

Bahlil juga mengaku, ia bersama Menteri BUMN saat mendampingi presiden dalam kunjungan kerja di Kota Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar pada awal bulan September ini, telah diberikan arahan bahwa ini merupakan program prioritas, sehingga prosesnya harus dipercepat.

Baca Juga: Warga Malteng Diminta Bersabar Menanti SK Mendagri

“Dalam kunjungan di Tanimbar pak Presiden juga sudah melihat langsung lokasi di Saumlaki dan saya juga kaget, karena jalan disana lebih mulus dari jalan ditempat lain begitupun bandarannya, jadi kemungkinan besar perdebatan-perdebatan, bahwa nanti pusatnya di Saumlaki atau ditempat lain, bapak presiden menyampaikan, bahwa di Saumlaki itu jauh memenuhi syarat dan lebih efisien,’ jelas Bahlil.

Apa yang disampaikan Menteri investasi ini menjawab apa yang disampaikan anggota Komisi VI DPR RI Hendrik Lewerissa yang mempertanyakan, kepastian aakah investor baru yang menggantikan PT Shell Upstream Overseas Ltd yang telah keluar dari konserisum Inpex.

Menurut Lewerissa, kepastian ini harus disampaikan pemerintah, agar pengembangan lapangan abadi Blok Masela bisa teralisasi, sebab ini menyangkut harapan untuk menumbuhkan kesejahteraan masyarakat Maluku, khususnya warga di Kabupaten Kepulauan Tanimbar. (S-06)