Pemerintah Belum Berani Pulangkan Pengungsi Kariu
AMBON, Siwalimanews – Pemerintah belum berani mengambil resiko memulangkan pengungsi kariu, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah
Pasalnya, pemulangan warga Kariu dari lokasi pengungsian masih menjadi pertimbangan.
Demikian diungkapkan, Deputi II Bidang Pembangunan Manusia, KSP, Abednego Tarigan kepada wartawan usai rapat terkait penanganan konflik sosial di Pulau Haruku, Maluku Tengah, yang berlangsung di Swiabell Hotel, Rabu (24/8) dan dihadiri oleh
Forkopimda Maluku dan Maluku Tengah
Tarigan mengatakan, tentu ada beberapa hal yang akan menjadi perhatikan. tidak hanya dalam konteks keamanan, tetapi juga tentang kesiapan di lapangan sepeti apa. Karena jika dipaksakan maka konsekwensinya, dikhawatirkan akan munculnya persoalan-persoalan baru.
Baca Juga: Pengusaha Malas Bayar Retribusi Air Bawah Tanah“Rapat tadi memang kita berpikir agar jangan terlalu lama juga, karena bisa juga muncul persoalan-persoalan sosial baru di tempat pengungsian. Artinya, tugas negara itukan menjamin hak warga negara terhadap kebutuhan-kebutuhan dasar mereka. Maka yang bisa dilakukan saat ini, adalah memperbaiki kondisi di tempat pengungsi,”ujarnya.
Tarigan mengaku, telah berkoordinasi dengan BNPB dan Kementerian Sosial untuk memberikan dukungan. Baik pendidikan, kesehatan dan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya.
Pada prinsipnya, lanjut dia, bagaimana membangun dialog antar pihak, dengan melibatkan Forkopimda.
“Selain itu, bagaimana aset-aset yang ada, bagaimana pemulihan dan rehabilitasi dan seterusnya, itu harus dipikirkan,” katanya.
Sehingga, ungkapnya, pemulangan pengungsi belum dapat dipastikan dalam waktu dekat ini. Karena butuh proses.
“Kita tidak sedang menghadapi masyarakat yang mau pindah dengan sukarela. Tapi ini ada situasi konflik didalamnya,” katanya.
Meski demikian, tambahnya, ada banyak kemajuan dalam penanganan persoalan ini. Yang mana dalam rapat itu, telah disepakati untuk melakukan pengamanan holistik.
Karena memang, dari kedua masyarakat mengharapkan ada solusi yang sifatnya permanen.
“Oleh sebab itu, kami pertimbangan untuk bagimana memberikan dukungan, bagi kedua pihak. Sambil menunggu perbaikan data, dan rencana-rencana penanganan dalam jangka pendek, sekaligus upaya untuk memperjelas batas wilayah administrasi keduanya,”jelasnya.
Ditambahkan, tantangan terbesar adalah soal batas wilayah administrasi Pemerintah. Hal inj juga yang harus menjadi catatan bagi Pemerintah. Sehingga, upaya dialog secara intensif akan terus dilakukan hingga nanti ada satu kesepakatan.
“Semua tokoh agama, masyarkat, itu sangat membuka ruang untuk dialog. Dan akan kita fasilitasi ruang itu,”tandasnya.
Banyak Pihak
Sementara itu, Pangdam XVI/Pattimura, Mayjen TNI Ruruh A Setyawibawa mengatakan, penyelesaian konflik sosial di Pulau Haruku, harus melibatkan banyak pihak
Demikian diungkapkan Pangdam, saat menghadiri rapat koordinasi penanganan konflik sosial Pulau Haruku yang berlangsung di Hotel Swissbell, Ambon, Rabu (24/8).
Penyelesaian konflik Haruku, lanjut Pangdam, harus bergandengan tangan dan satukan pemikiran untuk dapat mencapai satu kesepakatan.
Dari sisi TNI lanjutnya, pihak Kodam XVI/Pattimura siap mendukung segala upaya maupun alternatif-alternatif yang akan dilakukan oleh pemerintah, untuk menyelesaikan konflik sosial tersebut.
“Yang harus ditempuh bersama, demi mencapai sebuah solusi yang holistik. Kami mendukung upaya- upaya dialog yang dilakukan, baik oleh pemerintah maupun tokoh- tokoh, secara intensif sehingga permasalahan ini segera selesai tanpa ada konsekuensi yang harus dihadapi,” ujar Pangdam.
Namun yang terpenting saat ini, tegas Pangdam, adalah bagaimana hak-hak pengungsi terdampak konflik itu sendiri dapat terjamin.
“Maka, bersama dengan Pemerintah akan dilakukan perbaikan kondisi tempat pengungsi. Selanjutnya hal-hal lainnya akan dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait,” tuturnya.
Diketahui, pertemuan dalam rangka Rakor itu sebelumnya dilakukan tertutup, dan dihadiri oleh sejumlah pejabat, yakni Deputi II di Kantor Staf Presiden, Abetnego Tarigan, Kapolda Maluku, Irjen Pol. Lotharia Latif, Wakil Gubernur Maluku, Barnabas Orno, Kabinda Maluku, Brigjen TNI Jimmy Aritonang, Danrem 151/Binaiya, Brigjen TNI Maulana Ridwan, pejabat Forkopimda Provinsi Maluku, Dandim 1504/Ambon, Wakil Bupati Maluku Tengah, Kapolresta Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease, serta para tokoh agama dan masyarakat.(S-25)
Tinggalkan Balasan