PIRU, Siwalimanews – Pemerintah Daerah Kabu­paten Seram Bagian Barat (SBB) seharusnya mencanangkan program peletakan batu pertama tiga buah rumah ibadah sekaligus.

Karena status lahan, pembangu­nan gereja Katolik dan gereja Pro­testan masih dalam penyelesaian sehingga pembangunan Masjid Agung Nurul Yasin di dahulukan.

Hal ini disampaikan Bupati Moh. Yasin Payapo dalam sambutannya saat peletakan batu pertama pemba­ngunan Masjid Agung Nurul Yasin Kota Piru  yang berlangsung di Wai­meteng Pantai Desa Piru Kecamatan Seram Barat, Jumat (9/4).

Dalam perencanaan pembangu­nan dilakukan untuk 3 rumah ibadah dan rencananya peletakan batu pertama dilakukan secara bersama-sama oleh Gubernur Maluku Murad Ismail, karena lahan pembangunan Geraja Katolik dan gereja Protestan masih dalam penyelesaian.

“Namun karena kendala lahan dan setelah dilakukan koordinasi dengan Forum Koordinasi Umat Beragama (FKUB) disepakati untuk pemba­ngu­nan Masjid Agung Nurul Yasin Kota Piru didahulukan karena status tanahnya sudah terselesaikan,” kata Payapo.

Baca Juga: Bupati: Musrenbang Merupakan Forum Strategis

Bupati mengungkapkan, pemerin­tah daerah telah programkan pembangunan 3 rumah ibadah diba­ngun secara bersamaan. Hal ini demi upaya meningkatkan sekaligus mengawal toleransi umat beragama baik intern, antar umat beragama dengan pemerintah daerah dalam rangka menunjang seluruh proses pembangunan, sehingga kestabilan di Bumi Saka Mese Nusa ditingkat­kan dan dikawal bersama demi kas bae SBB.

Untuk itu Payapo tegaskan, kepa­da seluruh masyarakat di Bumi Saka Mese Nusa bertanggung jawab ter­ha­dap kondisi kestabilan yang ada.

“Kita menyadari bersama bahwa, kestabilan menjadi landasan pijak pemerintah untuk melaksanakan gerakan-gerakan pembangunan yang ada dalam mewudkan masya­rakat menuju kesejahteraan,” kata Payapo.

Lanjutnya, dengan dilaksanakan­nya peletakan batu pertama Masjid Agung Nurul Yasin ini merupakan salah satu perintah agama dan Ro­sulullah telah memberikan motivasi dalam sabdanya.

“Barang siapa yang membangun rumah ibadah karena Allah, maka Allah akan membangun rumah di surga” ucap Payapo.

Diungkapkan, peran fungsi masjid ditengah umat tidak pernah berubah dalam berbagai situasi, dan kondisi umat dari dulu sampai sekarang. Tetapi faktor keterbatasan dan kele­mahan umat Islam-lah yang menye­babkan tidak semua masjid yang dibangun berfugsi lebih dari dari se­kedar tempat ibadah.

Umat islam senantiasa dituntut agar menghidupkan kembali fungsi masjid sebagai pusat ibadah, dak­wah, pembinaan umat manusia pola yang telah digariskan oleh Rasu­lullah dan para sahabat.

“Untuk itu saya harapkan, masjid dapat dikembangkan fungsinya se­cara optimal, sehingga kebera­daan Masjid Agung Nurul Yasin ini dapat dapat dirasahkan oleh masyarakat Muslim di Kota Piru. Masjid juga memeliki multi-fungsi dalam ke­rangka pembinaan aqidah, ibadah serta ke­rangka pembinaan aqidah dan muamalah bagi umat Islam,” tuturnya.

Dengan terlaksananya peletakan batu pertama pembangunan Masjid Agung Nurul Yasin, lanjut Payapo, dirinya beserta OPD dan forkopimda menyampaikan terma kasih kepada gubernur Maluku atas perhatian yang diberikan, sehingga pelaksa­naan pembangunan masjid dapat berjalan dengan baik.

Selain itu juga Payapo meminta dukungan dan doa dari semua pihak guna kelancaran pembangunan.

Ditempat yang sama, Sekretaris Daerah SBB Mansur Tuharea seba­gai Ketua Yayasan Nurul Yasin ini mengungkapkan, Masjid Agung Nurul Yasin dibangun diatas tanah seluas 1,5  hektar dengan anggaran se­besar Rp25 miliar rupiah. “Pemba­ngunan Masjid ini dianggarkan secara bertahap dan berkelanjutan selama dua tahun,” kata Tuharea.

Dikatakan, dasar utama pemba­ngunan Masjid Agung Nurul Yasin Kota Piru ini karena memperhatikan kondisi Masjid Al-Muhajirin Piru yang memliki daya tampung  sangat terbatas dan meningkatnya jumlah penduduk Muslim di Kota Piru dan sekitarnya. “Atas dasar tersebut sehinga memalui rapat bersama dengan perwakilan NU, MUI, remaja masjid, tokoh agama, tokoh masya­rakat maka tercetuslah kesepakatan untuk membangun Masjid Agung ini,” tegas Tuharea.

Tuharea tegaskan, pengunaan nama Masjid Agung Nurul Yasin berasal dari bahasa Arab dan terdiri dari dua suku kata yaitu, Nurul dan Yasin. Masjid yang akan dibangun ini memiliki panjang 38,5 meter dan lebar 42 meter dan dapat menam­pung sebanyak 1.500 jamaah. Selain Masjid ada juga Islamic Center, kantor pengelola, 2 menara utama, 4 buah menara dan 2 pos jaga.

Tambahnya, dimana pelatakan batu pertama Masjid Agung Nurul Yasin Kota Piru ini juga mengunakan batu yang ambil dari 3 batang air yang ada di SBB yakni, Air Tala, Air Eti, dan Air Sapalewa. (S-48)