AMBON, Siwalimanews – Buku sejarah Negeri Layeni Kecamatan Teon Nila Serua (TNS), Kabupaten Maluku Tengah resmi diserahkan bagi Caretaker Badan Pengurus Wilayah (BPW) Ikatan Keluarga Besar (IKB) TNS Maluku, Sabtu (28/5).

Buku yang dituliskan oleh Pendeta Hengky  Liliefna itu diserahkan dalam ibadah persiapan pelantikan BPW IKB TNS Maluku, yang dipusatkan di Gereja Bethania.

Selain diserahkan kepada Ketua Caretaker BPW IKB TNS Maluku, Pendeta Alex Relmasira,  buku tersebut juga diserahkan kepada calon ketua BPW IKB TNS Maluku, Nus Ukru.

Kepada Siwalima, Pendeta Hengky  Liliefna menuturkan, ketika dirinya menyelesaikan pendidikan pasca sarjana di UKIM tahun 2006, terusik dengan sebuah pertanyaan, bagaimana dengan sejarah Negeri Layeni, itu menjadi obesesi dan saat itulah dirinya mulai berproses dengan waktu yang cukup lama.

“Ketika saya bertugas di Masohi tahun 2007-2013, saya mulai berproses dengan mengumpulkan data dan informasi maupun berbagai literatur kemudian menulis. Setelah itu, ketika saya berpindah tugas di Jemaat Hative Besar, saya masih terus menulis kemudian di Jemaat Negeri Lama barulah dituntaskan. Memang ini sebuah proses yang cukup panjang namun puji Tuhan bisa diselesaikan dengan baik,” ujarnya.

Baca Juga: Tabrak Alat Berat, Pengendara Motor Tewas Terlindas Truk

Dikatakan, motivasi yang paling utama dirinya menulis buku tentang Negeri Layeni dengan tujuan supaya bisa mewarisi sesuatu tulisan, informasi maupun data tentang negeri-negeri bagi anak cucu kedepan.

“Hal ini sangat penting, karena setiap kali kita menyanyikan lagu Sio TNS Tanah Airku, katong bilang beta tak lupa sejarahku, pertanya­annya sejarah TNSnya apa ?. Orang tatua kita juga jarang menceritakan kepada kita sejarah TNS dan jika kita tidak menulis sekarang ini, kapan lagi dan siapa lagi yang akan menulis sejarah ini. Anak-anak atau generasi kita tidak akan mendapatkan infor­masi tentang sejarah TNS,” jelasnya.

Dirinya menghimbau, agar sekecil apapun harus menulis supaya anak cucu bisa baca dan bisa tahu sebab anak-anak sekarang mengalami ke­sulitan dalam tugas-tugas akademis.

“Saat ini banyak anak-anak kita sulit mendapatkan data atau literatur tentang TNS, ibaratnya mencari jarum dalam jerami sehingga apapun harus menulis. Anak-anak TNS yang bisa menulis diharapkan bisa menulis agar generasi berikutnya bisa mendapatkan informasi tentang TNS,” harapnya.

Sementara itu, Ketua Caretaker BPW IKB TNS Maluku, Pendeta Alex Relmasira  mengatakan, kalau tokoh masyarakat di negeri masing-masing menulis maka tentu akan memiliki rekaman sejarah tentang TNS melalui desa-desa dengan nilai-nilai yang ada didalam kehidupan masyarakat tradisional TNS dimasa lampau dan bagaimana menghadapi tantangan perubahan yang sekarang ini terjadi.

“Mengingat dimasa era yang baru ini, kita dipenuhi informasi dan teknologi tetapi kita kurang mengangkat nilai-nilai di masa lampau baik itu nilai-nilai moral etnik yang kita miliki dalam falsafah moritari sohilata dimana kita berpikir, bertindak berdasarkan nilai-nilai moral masyarakat adat TNS, bagaimana kita saling menolong, menopang satu sama yang lain karena kita memiliki sejarah yang bagus sekali mengingat di masa lampau juga orang-orang TNS diberkati oleh Tuhan, karena pada masa lampau orang tua kita yang hanya tamat sekolah dasar 3 tahun bisa menjadi penerbang-penerbang ulung pada waktu Indonesia merdeka, mereka menjadi penerbang di Australia.

Dan aklau saat ini, kita memasuki Indonesia modern, kita harus mesti giat lagi untuk menonjolkan kita, kebanggaan kita untuk membangun masyarakat TNS dengan melihat nilai-nilai pengorbanan yang kita miliki,’ katanya.

Relmasira berharap, kedepan akan ada lagi penulis-penulis buku dari negeri-negeri lainnya agar bisa men­jadi pegangan bagi anak cucu TNS dimasa yang akan datang.  (S-08)