AMBON, Siwalimanews – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofi­sika Stasiun Meteoro­logi Kelas II Pattimura Ambon menghimbau masyarakat untuk was­pada hujan lebat disertai petir dan kilat disejumlah wilayah Maluku.

Berdasarkan analisa angin terlihat pola per­gerakan angin umum­nya laminer di wilayah Maluku yang bertiup dari arah Tenggara, dengan nilai SOI yang positif (+16.6) dan ditunjang dengan kelemba­ban udara lapisan 850-700 mb yang cenderung basah (80-100%) serta anomali suhu muka laut wilayah Maluku, yang masih menghangat dan beberapa wilayah di Maluku yang masih berada pada puncak musim hujan, sehingga potensi pertumbuhan awan yang signifikan di wilayah Maluku pun tetap aktif wilayah yang berpotensi hujan sedang hingga lebat dapat disertai petir dan angin kencang terjadi pada tanggal 10-12 Juli mendatang.

Wilayah tersebut yaitu, Kota Ambon, Kota Tual, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten Seram Bagian Timur.

“wilayah yang berpotensi hujan sedang hingga lebat pada 10 Juli yaitu, Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, SBB, SBT, Buru dan Buru Selatan. Tangga 11 terjadi di wilayah Kota Ambon, Tual, Mal­teng, SBB, SBT, Buru, Malra dan Ke­pu­lauan Aru,” jelas prakirawan BMKG, Gina Batubara dalam rilisnya yang diterima Siwalima, Minggu (9/7).

Sementara pada 12 Juli menda­tang, hujan terjadi di wilayah Ka­bupaten Buru, Malra dan Kepulauan Aru.

Baca Juga: Setiap Tindakan Widyaiswara Adalah Panutan

Wilayah yang berpotensi angin kencang kecepatan 45 km/jam yaitu pada tanggal 10 Juli, Kota Tual, SBT, Malra, Kepulauan Tanimbar.

“11 Juli, Kota Tual, SBT, Malra, Kepulauan Tanimbat, dan tanggal 12 Kota Tual. SBT, Malra dan Kepulauan Tanimbar ,” tuturnya.

Pemkot Inventarisir

Penanganan dampak bencana alam banjir dan longsor di Kota Ambon, tidak hanya menjadi tang­gung jawab BPBD, tetapi juga Dinas Sosial maupun Dinas Kesehatan, turut andil, terutama untuk penanga­nan pengungsi.

Sekretaris Kota (Sekkot) Ambon, Agus Ririmase, saat dikonfirmasi Siwalima di Ambon, Minggu (10/7) mengaku, penanganan dampak bencana, baik itu masyarakatnya/pengungsi, bangunannya, tentu membutuhkan waktu.

Namun sebagai langkah awal, sesuai instruksi penjabat Walikota Ambon, bantuan tanggap darurat telah didistribusikan.

“Pa Penjabat juga sudah memerin­tahkan BPBD untuk distribusi ban­tuan tanggap darurat, terpal, selimut, makanan cepat saji, seperti mi ikan kaleng. Selanjutnya, tim tanggap darurat akan menginventarisir selu­ruh data warga maupun rumah yang rusak, hingga fasilitas umum, su­paya bisa diambil langka penanga­nan, apakah mampu dengan APBD atau bantuan dari BNPB. Dan itu tentu butuh waktu,”jelas Ririmase.

Dia mengatakan, musibah yang menimpah Ambon akibat tingginya curah hujan, adalah kondisi alam yang semuanya tidak menghendaki. Tetapi ini sudah terjadi. Oleh karena itu, Pemerintah harus dan wajib mengambil langka penanganan terhadap warga terdampak bencana yang saat ini mengungsi ke sanak keluarga.

“Kondisi Ambon akibat bencana banjir longsor ini, tidak mungkin bisa hanya dengan APBD, pasti ada shering dari pusat, dan itu akan dikoordinasikan nanti. Dan itu butuh waktu. Pesan kami, masyarakat juga jangan membangun rumah dilereng-lereng gunung, bantaran sungai dan lainnya,”ujarnya.

Pihaknya juga menginstruksikan  seluruh camat, lurah, raja/kades untuk lakukan sosialisasi bagi masyarakatnya, agar kedepan, tidak ada yang membangun rumah dilo­kasi-lokasi ekstrim itu.

Ditanya soal rapat koordinasi penanganan dampak bencana, Ririmase mengaku, koordinasi internal terus dilakukan.

“Saat ini pa Penjabat lagi di Jakar­ta, mungkin besok (Senin), usai apel, saya akan membahas ini bersama kepala-Kepala OPD terkait,”katanya.

Tiga Meninggal, 4.341 Mengungsi

Pasca bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Kota Ambon akibat tingginya curah hujan, terhitung sejak 19 Juni 2022 hingga 8 Juli 2022 kemarin, mengakibatkan tiga orang meninggal dunia dan 4.341 jiwa, mengungsi.

Ketua Komisi I DPRD Kota Ambon, Jafri Taihuttu kepada Siwalima­news, Sabtu (9/7) menuturkan, dari hasil koordinasi internal sekaligus shering data dengan Sekretaris Di­nas BPBD Kota Ambon Eva Tuhu­mury tercatat, selain ribuan warga kota mengungsi akibat peristiwa bencana selama tiga pekan juga 834 unit rumah warga terendam banjir.

Sementara yang mengalami kerusakan terdata sebanyak 57 unit rumah, dan yang berada pada posisi terancam longsor sebanyak 78 unit rumah.

“4.341 jiwa itu terdiri dari 1.073 KK mengungsi. Sedangkan untuk rumah yang rusak itu, dari data yang kami terima, akibat tertimbun longsor dan juga pohon yang tumbang,” ujar jafri.

Terkait kondisi Ambon saat ini, selaku wakil rakyat yang juga warga kota, Jafri mengaku prihatin atas musiba yang menimpah warga. Untuk itu, pihaknya meminta agar tetap waspada, deteksi sedini mung­kin hal-hal yang akan terjadi, dengan melakukan evakuasi mandiri, mengingat kondisi alam saat ini tidak menentu.

“Mereka yang terdampak, menu­rut BPBD sudah ditangani, dengan bantuan-bantuan tanggap darurat. Selain makanan siap saji, juga terpal, karung, sekop dan gerobak, diberi­kan,” ujar Jafri.

Taihuttu juga menyampaikan turut berbelasungkawa, bagi warga yang kehilangan keluarganya akibat bencana yang terjadi di Kota Ambon.

“Sesuai data yang diterima komisi, tiga warga (anak-anak) dinyatakan meninggal dunia. Dua diantaranya akibat tertimbun longsor di kawasan IAIN Ambon, dan satunya tengge­lam akibat banjir di Ahuru,” jelasnya.

Sementara untuk fasilitas umum yang terkena dampak akibat bencana lanjut Jafri yaitu tanggul sungai di 6 titik, talud penahan badan jalan/lingkungan/pemukiman 10 titik. Semua ini berada di Negeri Passo, Air Besar, ditambah 5 titik jalan raya di Jalan Inatuni Karpan, serta 1 jembatan di Halong.

“Satu Rumah Sakit juga terdampak banjir yaitu RS Otto Kuyk di Passo. Sedangkan untuk fasilitas sekolah yakni SDN 86 dan 34 terkena longsor serta SD Inpres 42 Ambon,” rinci Jafri.

Hingga Jumat (8/7) kemarin tam­bah Jafri, yang terdampak bencana telah ditinjau, pendistribusian ban­tuan logistik tanggap darurat juga telah dilakukan dan juga koordinasi tingkat desa/negeri, hingga RT, terkait pembersihan sisa-sisa banjir dan longsor,” tutur Jafri.

Jafri menghimbau kepada seluruh warga kota agar selalu waspada dan berhati-hati, mengingat kondisi cuaca di Ambon sampai pada Sabtu (9/7), masih berada dalam kondisi hujan lebat.

“Ini kondisi yang tidak dapat kita hentikan, tapi diupayakan untuk bisa kita hindari. Ada posko-posko pengaduan dari OPD-OPD terkait, masyarakat yang terdampak boleh melaporkan apa yang dibutuhkan. Terutama untuk bantuan tanggap darurat,” himbaunya.

Menurut Jafri, pihaknya akan terus berkoordinasi, terutama deng­an OPD-OPD mitra, seperti Dinsos, Dinkes dan BPBD, sejauh mana penanganan bagi warga kota yang terdampak bencana banjir maupun tanah longsor. (S-25)