Walikota Diminta Evaluasi Penerapan PSBB
Jangan Terus Salahkan Masyarakat
AMBON, Siwalimanews – Pemerintah Kota Ambon keliru menempatkan masyarakat pada posisi yang salah lantaran statusnya kembali ke zona merah. Seharusnya Pemkot Ambon mengevaluasi penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga saat ini.
“Mau terapkan PSBB secara berulang kali tetapi hasilnya tidak maksimal maka seharusnya tugas pemerintah kota adalah melakukan sebuah proses evaluasi terhadap kebijakan penanganan pandemi yang telah ditetapkan,” jelas staf pengajar pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UKIM, Marthen Maspaitella kepada Siwalima, Minggu (4/10).
Maspaitella mengatakan, Pemkot Ambon harusnya lebih transparan kepada seluruh masyarakat yang ada di kota ini terkait dengan semua kebijakan penanganan pandemi Covid-19, kalau memang masyarakat minta pertanggungjawaban dari pemerintah. “Proses mobilisasi kerumunan ditengah pandemi harus ditanggani oleh pemerintah secara sungguh-sungguh,” tegasnya.
Selain itu, gugus tugas juga mesti bertanggung terhadap seluruh implementasi kebijakan Pemkot dan karena itu mewakili masyarakat Maspaitella mempertanyakan sejauh mana proses implementasi PSBB.
“Apa hasilnya, dimana kekuatannya dan kelemahannya, jangan hanya mau menyalahkan masyarakat,” cetusnya.
Baca Juga: Kodam Pattimura Musnahkan Ratusan Senjata RakitanMenyikapi kondisi saat ini, ia mengingatkan pemkot jangan serta merta memposisikan masyarakat pada posisi yang salah, sebab persoalan selama pandemi covid seluruh episentrum dan kelompok telah bertanggung jawab terhadap pemutusan mata rantai covid.
Menurutnya, seluruh elemen yang ada di daerah ini harus bertanggungjawab, bukan sebaliknya melempar tangan dan memposisikan masyarakat seakan-akan yang salah karena tidak menunjang langkah pemerintah.
“Keliru jika pemerintah Kota Ambon menempatkan masyarakat pada posisi yang salah,” ujarnya.
Maspaitella mempertanyakan bentuk kesalahan yang selama ini masyarakat lakukan. Apakah masyarakat dianggap tidak pernah mendukung kebijakan pandemi, sebab seluruh ajakan pemerintah kota, baik pakai masker dan jaga jarak telah dipatuhi masyarakat.
Jika memang Pemerintah Kota Ambon tegas dalam proses penanganan pandemi covid, harusnya bertanggung jawab bukan sebaliknya menciderai masyarakat seakan-akan dalam posisi yang paling salah.
Sementara itu, Jacob Meikudi warga Kota Ambon yang berprofesi sebagai tukang becak mengatakan selama ini masyarakat sudah patuhi semua yang dianjurkan pemerintah Kota, tetapi Pemkot masih saja menyalahkan masyarakat.
“Selama ini katong su lakukan yang pemerintah anjurkan oake masker, jaga jarak masa masih salahkan masyarakat bagimana,” ujar Jacob.
Karena itu Jacob meminta agar sebelum pemerintah menyatakan masyarakat yang salah, maka lebih baik Pemkot melakukan evaluasi terhadap kegagalan ini.
Hal yang sama juga disampaikan oleh La Hadi supir angkot. Ia mengatakan anjuran yang selama ini disampaikan pemerintah kota untuk jaga jarak telah dilakukan tapi masih saja menyalahkan masyarakat.
“Katong su lakukan semua, masih mau salahkan katong lai,” tuturnya.
Hadi juga merasa kecewa lantaran masyarakat diminta taati aturan protokol, tetapi pemerintah kota tidak menaati yang terlihat pada angkutan yang ditumpangi oleh gugus tugas. “Dong saja (Gustu Red) kalau naik oto patroli seng ada jaga jarak, lalu sapa yang mau disalahkan,” tanya Hadi.
Zona Merah
Baru saja masuk ke zona orange, Kota Ambon kembali ke zona merah penyebaran Virus Corona.
Masyarakat yang disalahkan oleh Pemkot Ambon dan gugus tugas sebagai pihak yang tak taat protokol kesehatan. Padahal gugus tugas sendiri tak transparan. Banyak warga divonis positif Covid-19, tetapi tidak pernah diberikan bukti hasil uji swab dari laboratorium.
Belum lagi temuan dugaan penyelewengan oleh tim unit Tipikor Satreskrimsus Polresta Ambon saat melakukan asistensi. Ketidakberesan yang terjadi membuat masyarakat tak percaya terhadap gugus tugas. Kondisi ini turut mempengaruhi tingkat kesadaran masyarakat terhadap protokol kesehatan.
“Penyebab Ambon kembali masuk zona merah, karena peningkatan kasus korban meninggal dunia akibat corona. Pada saat zona orange, tercatat dua warga Kota Ambon meninggal. Nah, ini sangat berpengaruh terhadap perubahan zonasinya,” kata Wakil Walikota Ambon, Syarif Hadler kepada wartawan di Ambon, Kamis (1/10).
Meskipun angka kesembuhan pasien Covid-19 semakin meningkat, namun ada pasien yang meninggal, sehingga mempengaruhi peta zonasi.
Ditanya penilaian berbagai kalangan, kalau gugus tugas tak becus bekerja, padahal anggaran puluhan miliar sudah dihabiskan untuk menangani Covid-19, Hadler mengklaim, gugus tugas sudah bekerja maksimal. “Kalau dibilang kurang becus ya penilaian masyarakat, saya tidak tahu, tapi dari kita gugus rasa-rasanya sudah semua kita lakukan saya kira itu,” tandasnya.
Hadler menghimbau masyarakat agar jangan takut atau ragu untuk pergi ke rumah sakit guna memeriksa kondisi kesehatan. “Jangan tunggu sudah kritis baru pergi. Jangan takut dengan isu tidak benar, lebih baik segera ke rumah sakit untuk diperiksa. Mati itu Tuhan punya kuasa, tetapi, upaya manusia untuk menyelamatkan nyawa seseorang orang itu adalah ikhtiar,” ujarnya.
Walikota Ambon, Richard Louhenapessy mengaku sangat menyayangkan Ambon kembali ke zona merah. “Sampai dengan tanggal 26 September lalu, zona kita itu masih orange. Namun tanggal 27 September dia mengalami perubahan dan naik lagi ke Merah, “ ujarnya.
Lagi-lagi masyarakat yang disalahkan. Walikota mengatakan, Ambon bisa kembali ke zona orange tergantung dari kesadaran masyarakat mematuhi protokol kesehatan. “Kota Ambon keluar dari zona merah dan kembali ke zona orange, semua kunci hanya ada di masyarakat. Dengan mendisiplinkan diri untuk tetap mematuhi protokol kesehatan Covid-19,” tandasnya.
Dikatakan, gugus tugas terus berupaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19, dengan mengontrol masyarakat agar tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan. “Setiap pagi, bahkan malam itu, tim pengendali tetap kerja di lapangan. Namun, kunci utama itu ada pada partisipasi masyarakat, terutama untuk disiplin,” ujarnya.
Hingga Kamis (1/10) bertambah lagi 31 kasus positif Covid-19 di Kota Ambon. “Penambahan hari ini 35 kasus terkonfirmasi, 31 kasus dari Kota Ambon,” jelas Ketua Harian Satgas Covid-19 Maluku, Kasrul Selang kepada wartawan di Kantor Gubernur Maluku.
Dengan penambahan 31 kasus ini, maka jumlah kasus Covid-19 di Kota Ambon sebanyak 2325 kasus, 1438 pasien sembuh dan 30 orang meninggal dunia. (Cr-2)
Tinggalkan Balasan