NAMLEA, Siwalimanews – Tingginya pencemaran lingkungan akibat penggunaan merkuri dan sianida di kawasan Gunung Botak, Kabupaten Buru, membuat air tercemar logam berat.

Penyuluhan terkait dengan dampak penggunaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang sudah dilakukan tidak memberikan efek, pencemaran terus terjadi karena banyak tangan-tangan serakah terus memasok bahan kimia untuk aktivitas tambang ilegal di Gunung Botak dan sekitarnya.

Dia adalah Abdul Gani Pattilow, pegawai di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buru yang berinisiasi melakukan uji coba memurnikan air yang sudah tercemar limbah merkuri dan sianida.

Abdul Gani kemudian mengaku mengolah benda kayu hitam atau arang yang tidak berharga itu menjadi produk yang bernilai guna.

“Ana (saya) temukan arang aktif dari pohon kayu putih dapat dimanfaatkan sebagai absorben merkuri dan cianida di air,” jelas Abdul kepada Siwalima wartawan media ini di sela-sela kegiatan melatih para ibu di Desa Deboway.

Baca Juga: Kasdam Pattimura Hadiri Upacara Pembukaan Diklat

Jebolan Fakultas Perikanan Unpatti mengaku sudah beberapa tahun terakhir ini sangat prihatin dengan aktivitas peti di Gunung Botak dan sekitarnya.

Aktivitas peti menurutnya selalu menggunakan merkuri dan asam Cianida serta B3 lainnya, kemudian  limbanya dibuang begitu saja ke lingkungan.

“Kita selalu selalu rajin mengunjungi warga seraya memberikan penyuluhan dampak penggunaan B3, tapi kurang efektif. Jadi untuk mencari solusi mengatasi pencemaran air akibat limbah merkuri dan asam cianida dengan menggunakan arang aktif,” ungkapnya.

Menurutnya buah pikirannya itu ditindaklanjuti dengan melakukan beberapa kali uji coba penggunaan arang aktif untuk memurnikan air yang tercemar merkuri dan asam cianida.

Uji coba dilakukannya dengan menggunakan enam bahan yang telah diolahnya menjadi arang aktif dengan perlakuan yang sama terhadap air yang telah tercemar kemudian berhasil.

Bahkan hasil dari pemurnian air dari limbah B3 sudah di uji ke Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup (PSIKLH), Serpong, Tangerang, Banten selama 5 hari.

“Uji dari hari Senin dan selesai Jumat. Hasilnya, arang aktif dari pohon kayu putih yang terbaik mendaur air yang tercemar merkuri dan asam cianida,” paparnya.

Hasil uji coba dari ASN di Kabupaten Buru ini, kini banyak mendapat sorotan dan suport positif dari berbagai kalangan peneliti dan pemerhati lingkungan.

Doktor Fitri Yola Amandita, peneliti dari PRLTB BRIN di Jakarta, menilai hasil uji coba arang aktif dari pohon kayu putih itu sangat berpotensi menjadi agen bioremediasi merkuri.

Temuan ini juga  disambut positif oleh peneliti senior di Unpatti Ambon, Profesor Yusthinus Male. Ia menilai temuan pegawai lingkungan hidup ini sudah bisa dibuat dengan menggunakan teknogi.

“Kita buat arangnya dengan ukuran tertentu, kemudian  dipacking dan digunakan arangnya sampai tiga empat kali baru diganti dengan yang baru,” sarannya.(S-11)