Tuding Benhur tak Layak Jadi Ketua DPRD, Kader PDIP Kecam MI
AMBON, Siwalimanews – Rame-rame kader PDIP Maluku mengecam Gubernur Maluku, Murad Ismail, lantaran menyebut Benhur Watubun tidak siap menjadi Ketua DPRD Maluku.
Tudingan mantan Ketua PDIP Maluku yang dilontarkan saat menyerahkan bantuan hewan qurban Presiden Joko Widodo, di pelataran Masjid Raya Al Fatah Ambon, Rabu (28/6) dinilai sebagai miskin etika.
Pasalnya, dengan semangat kemitraan dalam membangun daerah, Gubernur Maluku mestinya menjaga keharmonisan antara eksekutif dan legislatif, bukan sebaliknya menyerang ketua lembaga perwakilan rakyat Maluku.
Wakil Ketua Bidang Kehormatan DPD PDIP Provinsi Maluku, Hendrik Sahureka mempertanyakan pernyataan yang dikeluarkan oleh Murad Ismail.
“Kalau seorang Murad Ismail mempertanyakan kelayakan seorang Ketua DPRD, pertanyaannya apakah yang bersangkutan layak untuk menjadi seorang gubernur yang tidak pernah hadir dalam rapat-rapat penting dengan DPRD,” ujar Sahureka menanggapi pernyataan MI sapaan akrab gubernur itu kepada Siwalima melalui telepon selulernya, Sabtu (1/7).
Baca Juga: Hanya Hehanussa Matarumah Parentah di Negeri TitawaaiKritikan yang disampaikan MI kata Sahureka, tidak adil sebab pada saat yang bersama Ketua DPRD Provinsi Maluku dalam kapasitasnya sebagai Ketua DPD PDIP sedang dalam perjalanan usai menghadiri agenda Bulan Bung Karno.
Dijelaskan, DPRD Provinsi Maluku memiliki tata kerja yang berbeda dengan lembaga lain, dimana pimpinan di DPRD bersifat kolektif kolegial artinya, jika Ketua DPRD berhalangan maka dapat diwakili kepada para Wakil Ketua yang lain.
Selain itu, penunjukkan Benhur George Watubun sebagai Ketua DPRD Provinsi Maluku, merupakan kewenangan DPP yang telah melalui serangkaian penilaian termasuk dari aspek kemampuan manajerial dan bukan main-main.
Lantas, Sahureka menilai MI dalam kapasitas sebagai Gubernur Maluku sangat tidak beretika dan menimbulkan kegaduhan dalam masyarakat, karena masyarakat akan menilai ketidakharmonisan dalam birokrasi pemerintah daerah.
“Pernyataan itu tidak berdasar dan tidak dapat diterima kecuali gubernur menjalankan fungsi dengan baik. Mengkritisi orang lain itu wajar tetapi selagi dia menjalankan fungsi pemerintahan tidak baik maka jangan mengkritik orang lain. Jadi bagi kami Gubernur sangat tidak beretika,” tegasnya.
Tak Paham Struktur
Terpisah senior PDIP Maluku, Yusuf Leatemia mengecam pernyataan MI. Dia menyebut pernyatan tersebut konyol dan tak mendasar.
Selaku Gubernur, lanjut dia, MI mestinya paham soal struktur kelembagaan DPRD, terutama pada unsur pimpinan yang berlaku kolektif. Jika Ketua DPRD tidak dapat menghadiri suatu acara, maka dapat dihadiri oleh pimpinan lainnya yang adalah wakil-wakil Ketua DPRD.
“Itu pernyataan putus asa, pernyataan konyol, pernyataan tidak simpatik. Itu pernyataan yang memalukan, MI mestinya paham bahwa ketika ketua mengutus pimpinan lainnya dalam suatu acara, berarti mungkin ada tugas atau kesibukan lain. Apalagi melekat pada jabatannya sebagai Ketua DPRD, juga Ketua DPD PDI Perjuangan dan juga anggota DPRD, “ujar Leatemia saat diwawancarai Siwalima via telepon selulernya, Sabtu (1/7).
Dikatakan, jika MI menyebut Benhur Watubun tidak mampu, itu sama halnya dengan dia selaku Gubernur Maluku yang juga tidak mampu untuk memimpin daerah ini. Karena hubungan eksekutif dan legislatif haruslah dijaga.
Doakan MI
Terpisah itu, Ketua DPRD Provinsi Maluku Benhur George Watubun memilih untuk tidak ikut mencibir MI dan justru mendoakan agar Murad Ismail berumur panjang dan diberkati selalu dalam tugas pemerintahan.
“Semoga umur panjang dan Tuhan memberkatinya selalu,” ujar Benhur singkat.
Ia pun memastikan DPRD Provinsi Maluku tidak akan terpengaruh dengan pernyataan Gubernur Maluku dan tetap menjalankan tugas-tugas pemerintahan dengan baik
Tak Berdampak
Sementara itu, Akademisi Fisip Unpatti Victor Ruhunlela mengatakan, DPRD dan Gubernur merupakan mitra dalam proses membangun daerah.
Polemik antara Gubernur dan Ketua DPRD bukan barang baru dan berawal ketika Murad Ismail dicopot dari jabatannya sebagai Ketua DPD PDIP yang merupakan partai pemenang pemilu di Maluku.
Menurutnya, sindiran yang dilontarkan Gubernur Maluku pastinya tidak akan berdampak baik bagi DPRD maupun PDIP Maluku sebab dalam organisasi menjadi hal biasa ketika memberikan tanggungjawab kepada wakil ketua.
Namun, memang terjadi keprihatinan sebab pernyataan Gubernur disampaikan diruang publik ditengah polemik pencopotan Murad Ismail dari Ketua DPD PDIP.
“Yang pasti banyak pejabat yang belum dewasa dalam berpolitik sehingga proses ketika terjadi konflik. Ini persoalan yang menunjukkan ketidakdewasaan kita dalam berpolitik,” ujarnya.
Ruhunlela menegaskan ketika persoalan internal dalam organisasi lain tidak boleh disamakan untuk semua hal yang terjadi apalagi dalam birokrasi pemerintahan
Sebaliknya, persoalan birokrasi dan pemerintahan tidak boleh dicampur dengan persoalan politik dalam partai politik sebab jika tidak maka akan menimbulkan konflik didalam birokrasi.
“Kedepan DPRD dan pimpinan daerah harus berkolaborasi yang baik dalam proses pengawasan artinya masing-masing tidak mengintervensi tugas dan fungsi,” tegasnya.
Ruhunlela juga berharap DPRD Provinsi Maluku tetap menunjukkan kemampuan dalam mengawasi setiap pembangunan dan pemerintahan di daerah.
Prihatin & tak Etis
Terpisah pengamat pemerintahan Nataniel Elake menyampaikan keprihatinannya dengan pernyataan Gubernur Murad Ismail saat menyerahkan hewan kurban dari presiden Jokowi yang menyinggung Ketua DPRD.
“Sangat memprihatikan dan ternyata ada pimpinan daerah sulit untuk mengelola pemerintahan daerah yang baik dan benar untuk kepentingan masyarakat,” kesalnya.
Menurutnya, penyelenggaraan pemerintahan tidak berjalan dengan baik, buktinya Gubernur dengan nada yang tidak etis menyinggung seorang Ketua DPRD dan menimbulkan penafsiran jika Gubernur kurang hati dengan Ketua DPRD.
UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan DPRD dan Gubernur merupakan unsur penyelenggara pemerintah daerah.
Artinya, sikap Gubernur dengan melontarkan diksi didepan masyarakat sangat tidak etis dalam praktek pemerintahan daerah.
“Kami menyesal dengan sikap gubernur yang tidak mampu membedakan masalah secara dewasa. Kelihatan tidak etis dan seperti anak-anak yang tidak terpelajar,” ujarnya.
Apalagi, pernyataan dilontarkan ditengah sikap Gubernur yang tidak pernah hadir dalam agenda penting di DPRD Provinsi Maluku.
“Kalau Benhur balik menyerang, kegiatan di DPRD pun MI tidak hadir, pasti malu juga gubernur. Apakah setiap acara resmi Gubernur hadir kan tidak,” bebernya.
Elake menambahkan menjadi pemimpin daerah harus menjadi teladan bagi masyarakat, sebab lama kelamaan masyarakat bisa saling menghujat akibat pelajaran dari seorang Gubernur.
Asal Bicara
Pernyataan Murad Ismail selaku Gubernur Maluku yang menyebut Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Maluku, Benhur Watubun “tidak pantas jadi Ketua DPRD” adalah sikap kekanak-kanakan yang ditunjukan di depan publik.
Ferry Kasale, selaku tokoh Pemuda SBB, kepada Siwalima, Kamis (29/6) mengatakan, ukuran seseorang layak tidaknya menjadi Ketua DPRD, itu tidak diukur dengan ketidak hadirannya dalam suatu acara.
“Ini kan lucu, seorang Gubernur kok mengeluarkan pernyataan demikian. Parahnya lagi pernyataan ini di lontarkan Murad saat memberikan sambutan pada acara penyerahan hewan kurban di pelataran Masjid Raya Al-Fatah. Ini tentu sangat memalukan,” ujarnya.
Kasale menyebut, MI memiliki mental pemimpin yang asal bicara, sebab tanpa sadar, MI telah menabur benih kebencian.
Dan pernyataan-pernyataan subjektif yang tidak logis yang dilontarkannya dihadapan publik.
“Keluarkan pernyataan tanpa berpikir. Ini jangan dicontohi. MI mestinya paham, DPRD ini kolektif kolegial, sehingga yang namanya Pimpinan DPRD, tidak tertumpuh pada satu orang yang namanya ketua. Tetapi perannya merata pada semua unsur pimpinan DPRD, termasuk wakil-wakil ketua yang adalah pimpinan DPRD,” jelasnya.
Bahkan hal ini, tambahnya juga dipahami oleh masyarakat awam.
“Dengan itu, selaku masyarakat, kami menilai, pernyataan Murad selaku Gubernur ini, sangat tidak elok,” tandasnya.
Tak Layak
Diberitakan sebelumnya, Benhur George Watubun dituding belum layak menjadi pimpinan lembaga perwakilan rakyat DPRD Provinsi Maluku.
Tudingan ini diungkapkan langsung Gubernur Maluku yang juga mantan Ketua DPD PDIP, Murad Ismail saat memberikan sambutan dalam acara penyerahan hewan qurban dari Presiden Joko Widodo dipelataran Masjid Al-fatah, Rabu (28/6).
Awalnya, Murad Ismail memberikan salam kepada para pimpinan forum komunikasi pimpinan daerah namun saat menyapa Ketua DPRD yang diwakili oleh Wakil Ketua, Abdullah Asis Sangkala, Murad pun melontarkan pernyataan kerasnya kepada aketua DPRD.
Di depan tamu undangan, Murad menilai jika Benhur George Watubun belum siap untuk menjadi Ketua DPRD namun dipaksakan untuk menjadi ketua DPRD. “Belum siap jadi Ketua DPR tapi dipaksakan jadi Jetua DPRD,” ujar Murad.
Menurutnya, akibat dari belum siap menjadi Ketua DPRD berdampak pada kesiapan Benhur dalam menghadirinya acara-acara resmi dan selalu diwakili.
“Dipaksakan jadi Ketua DPRD itu tidak pernah siap dimana pun acara-acara resmi berada berada,” cetus mantan Ketua DPD PDIP Maluku ini.
Usai menyinggung ketidakhadiran Benhur, Murad pun melanjutkan dengan memberikan salah bagi pimpinan OPD yang hadir. (S-20/S-25)
Tinggalkan Balasan