Tolak Pembangunan Lapak, ASKA Kritik Gubernur
AMBON, Siwalimanews – Ratusan sopir angkutan kota yang tergabung dalam Asosiasi Supir Angkutan Kota Ambon (ASKA) menyeruduk Kantor Gubernur Maluku, Rabu (22/2) menolak pembangunan lapak didalam terminal Mardika yang dibangun Pemprov Maluku.
Ratusan supir angkutan kota ini tiba di Kantor Gubernur Maluku pukul 10.40 WIT dan langsung menyuarakan aspirasi dengan pengawalan ketat aparat kepolisian dan santuan polisi pamong praja.
Aksi demontrasi yang dikomandani Ketua Umum ASKA, Paulus Nikijuluw dan sekertaris umum Risman Laduheru memprotes, kebijakan pembangunan lapak oleh PT Bumi Perkasa Timur sebagai pihak pengelola pasar dan terminal Mardika yang ditunjuk oleh Pemerintah Provinsi Maluku.
Nikijuluw mengatakan, ada tiga tuntutan yang dilakukan ASKA yaitu, pertama, menolak pembangunan lapak pedagang di terminal Mardika, Kedua, persoalan transportasi online. Ketiga masalah BBM.
Para supir menuntut agar Pemprov Maluku tidak boleh diam melihat persoalan yang dihadapi mereka di Terminal Mardika.
Baca Juga: Maluku Butuh Talud Pengaman PantaiMenurutnya, masalah yang dihadapi saat ini, Terminal Mardika sudah sempit sehingga akses keluar masuk bagi angkutan kota karena telah dibangun lapak pedagang didalam terminal.
“Katong merasa kecewa, awalnya katong mengira pembongkaran lapak didalam pasar Mardika ini sebagai upaya untuk memperluas areal Terminal Mardika, tetapi ternyata dibangun ulang. Ini kan justru mempersempit ruang di Terminal Mardika,” ujarnya.
Pemprov Maluku, lanjutnya, mestinya prihatin melihat masalah yang terjadi di pasar Mardika, sebab areal tersebut berfungsi sebagai terminal bukan pasar, tetapi dengan pembangunan lapak justru para supir angkot yang menjadi korban.
Selain itu, maraknya tranportasi online di Kota Ambon telah berdampak langsung terhadap pendapatan para supir angkot, sebab tarif yang di patok tranportasi online jauh lebih murah, sehingga mengancam angkutan kota.
Dalam aksi ini, para supir angkot ingin bertemu langsung dengan Gubernur Maluku dan Wakil Gubernur Maluku, namun sayangnya kedua petinggi di Maluku ini tidak mengindahkan keinginan supir angkot.
“Kalau tidak mau keluar, apakah pantas pemerintah saat ini memimpin Maluku, dengan sikap yang tidak pernah menjawab keluhan dari masyarakat, kita juga butuh perhatian maka pemerintah harus ada dan menyelesaikan masalah ini,” ucap salah satu supir, Salim.
Selang beberapa jam, masa aksi ditemui Asisten II Setda Maluku, Meykal Pontoh untuk mendengarkan aspirasi yang disampaikan para demonstran, namun kehadiran mantan Kadis Kesehatan Maluku ini lagi-lagi ditolak oleh ratusan supir.
“Kami tidak mau ada keterwakilan yang kami mau Gubernur Maluku, Wakil Gubernur atau Sekda datang mendengar aspirasi kami. Kami para supir sangat mendukung program pemerintah, maka pemerintah harus hadir jika kami ada masalah,” tegas
Buntut kekesalan, para demonstran pun meninggalkan halaman kantor gubernur saat Asisten II Setda Maluku sedang berbicara dan masa menuju tribun lapangan merdeka.
Temui Pj. Walikota
Disela-seka aksi damai yang dilakukan ratusan Sopir Angkutan Umum di Kantor Gubernur Maluku, pada Rabu (22/2), libatkan Pertamina, ASKA temui Pj. Walikota Ambon, Bodewin Wattimena.
Pertemuan itu berlangsung secara tertutup di Ruang Vlissingen Balai Kota. Usai pertemuan, Wattimena kepada wartawan mengaku, hal ini merupakan tindaklanjut dari pertemuan bersama ASKA, yang mana telah disampaikan bahwa aksi hari ini (Rabu red) lebih tertujuh kepada pemprov atas beberapa kebijakan yang berlangsung di kawasan Terminal Mardika, dan juga terkait keberadaan transportasi online di Kota Ambon.
Akan tetapi, sambungnya, dampak yang terjadi akibat dari aksi damai hari ini, secara langsung dialami oleh warga kota ini sehingga, sebagai tanggungjawab pemerintah terhadap warganya, pihaknya akan membantu menfasilitasi apa yang menjadi tuntutan ASKA itu, yaitu soal pembangunan lapak di Terminal Mardika Ambon.
“Dengan itu, terkait hal ini, kami akan berkoordinasi dengan pihak yang membangun. Dan semalam saya minta untuk hentikan sementara pembangunan di Terminal, dan kalau bisa bersihkan itu lapak-lapak dalam Terminal. Kemudian soal transportasi online yang beberapa kali kami sudah sampaikan itu bukan kewenangan Pemkot untuk menentukan batas-batas bawah dari transportasi online itu atau angkutan tidak dalam trayek. Itu tanggungjawab Pemprov,” tuturnya.
Dan terkait hal itu, Wattimena mengaku telah berkoordinasi dengan Kadis Perhubungan Provinsi dan menyampaikan apa yang menjadi tuntutan ASKA.
Kemudian soal pengisian BBM di SPBU, yang butuh anttian lama, kemudian dibatasi BBMnya, itu yang ditindaklanjuti dengan menghadirkan pihak Pertamina, SPBU, dan juga ASKA itu sendiri. Guna mengetahui apa penyebab dan kendala sehingga sering terjadi antrian tunggu di SPBU. Dan penjelasannya bahwa, pihak Pertamina/SPBU, juga sedang berupaya mengatasi persoalan itu. Salah satunya dengan memperbaiki sistem penggunaan Qr-code. Yang mana dalan sistem ini, masing-masing sopir angkot punya jatah 60 liter per hari.
“Ini yang saya sudah minta ke Disperindag, untuk segera koordinasi dengan Pertamina, dan diambil tindakan. Bahkan saya juga akan bahas ini dengan Forkopimda, jadi kalau ada kondisi ini, kami juga akan lakukan sidak. Kalau memang ada yang nakal-nakal segera disingkirkan, jangan merugikan konsumen. Itu inti pertemuan hari ini,”cetusnya.
Pada prinsipnya, Pemerintah Kota berupaya menfasilitasi apa yang menjadi tuntutan ASKA. Karena kondisi ini, tentunya merugikan warga kota yang kesehariannya beraktivitas menggunakan angkutan kota, harus terhambat dengan aksi ini.
Dia menambahkan, bahwa kepentingan terkait warga kota ini bukan hanya hari ini, tetapi panjang kedepannya. Apa yang menjadi tuntutan sudah difasilitasi.
Kesempatan yang sama, Wakil Ketua ASKA, Ely Singkery juga menuturkan, bahwa hasil pembicaraan dalam pertemuan itu, minimal ada hal yang disepakati, terutama hal teknis terkait pengisian BBM di SPBU.
Yang mana dari pihak Pertamina, akan memperbaharui hal-hal yang menjadi tuntutan.
“Kami merasa puas dengan pertemuan tadi, kami berharap bukan hanya sebatas bicara, tetapi tindak lanjuti ini, supaya kami sebagai Sopir tidak merasa dirugikan,” tandasnya.
Panggil Operator
Dinas Perhubungan Provinsi Maluku dipastikan akan memanggil tiga operator tranportasi online di Maluku.
Pemanggilan tiga operator transportasi online ini ditegaskan oleh Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Maluku, Muhammad Malawat menindaklanjuti tuntutan ASKA.
Dijelaskan, pasca demontrasi yang dilakukan oleh ratusan supir angkutan kota pihaknya bersama pejabat Pemprov Maluku telah turun, dan menerima seluruh aspirasi yang disampaikan.
Terhadap aspirasi tersebut, maka pihaknya segera merespon dengan memanggil tiga operator tranportasi online masing-masing Go-Jek, Grab dan Maxim guna meminta penjelasan terkait dengan tarif yang telah diberlakukan.
“Kita akan melakukan rapat bersama tiga operator tranportasi online itu, jadi kita akan mencari solusi terhadap persoalan yang dikeluhkan para supir angkot,” ujar Malawat kepada Siwalima di kantor Gubernur Maluku, Rabu (22/2).
Menurutnya, Dinas Perhubungan Provinsi Maluku tetap memperhatikan seluruh tuntutan masyarakat termasuk supir angkutan umum sebab, pihaknya bertanggungjawab terhadap seluruh akses transportasi di Maluku. (S-20)
Tinggalkan Balasan