AMBON, Siwalimanews – Kepala Dinas Pendidikan Kota Ambon, Ferdinand Tasso memas­tikan kerja sama di bidang pendi­dikan dengan pemerintah jepang tidak diperpanjang.

Kerja sama di bidang pendidikan ini berjalan baik di masa kepe­mim­pinan Walikota Richard Louhena­pessy sejak 2014 sampai 2019.

“Sampai sekarang tidak ada data atau dokumen perpanjangan MoU antara Pemkot Ambon dengan Lembaga pendidikan di Jepang,” ujar tasso dalam keterangan pers­nya, di Balai Kota Selasa (20/2)

Ia mengaku kerja sama yang di bangun Pemkot Ambon dengan internasional human servis di Jepang berlaku selama 5 tahun.

“MoU itu sudah berakhir di tahun 2019,” tegasnya.  

Kerjasama Dihentikan

Diberitakan sebelumnya, Koor­dinator Kerjasama Ambon dan Jepang,  Rohny Maail sangat me­nyesali diputusnya hubungan kerja sama internasional yang dikemas dalam program study and work in Japan oleh Pemerintah Jepang cq Pemerintah Kota Kyoto.

Maail mengaku, pemutusan disampaikan dalam pertemuannya dengan pihak Pemerintah Kota Kyoto pada tanggal 4-6 Februari dalam upaya aktualisasi kerja sama internasional partnership city antara Kota Kyoto dengan Kota Ambon.

“Saya sangat menyesali kerja sama internasional antar kedua negara ini, antara dua kota yang potensial dalam bingkai pnership city ini, harus dihentikan. Ini karena pemerintah Kota Ambon, didalam­nya Dinas Pendidikan, tidak serius menangani program ini sampai masa tahun terakhir. Padahal sudah berjalan 10 tahun,” kata Maail dalam rilisnya, kepada Siwalima, Sabtu (17/2).

Dikatakan, dalam rangka monitoring dan evaluasi perkembangan siswa di Jepang yang sementara studi dari tahun 2022 sampai 2023 juga tidak pernah dilakukan oleh Pemkot Ambon, sampai anggaran yang sudah disahkan dalam DIPA Dinas Pendidikan saat itu, justru dikembalikan utuh ke kas negara.

“Saya tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran Pemerintah Kota Ambon ini. Bahkan sampai akhir 2023 kemarin, dimana mahasiswa yang mendapat beasiswa dalam program study and Work in Japan dari Pemerintah Ambon ini semuanya sudah selesai studi dan telah pu­lang ke Ambon, yang harusnya di akhir masa kerjasama ini, ada ceremony yang harus dihadiri secara formal sebagai bagian utama dari kerjasama internasional bersama Pemerintah Kota Kyoto sebagai perwujudan penjajakan 10 tahun, tidak dilaksanakan,”ungkapnya.

Padahal, dibalik pertemuan itu, ada maksud baik dari Pemerintah Kota Kyo­to untuk memberi dukungan bea­siswa penuh dari Pemerintah Jepang, namun baik Penjabat Walikota Ambon maupun Kepala Dinas Pendidikan, tidak datang ke Jepang untuk meng­hadiri pertemuan akhir kerjasama itu.

Akibatnya, kesempatan terbuka bagi calon mahasiswa baru, generasi muda Kota Ambon yang mau melan­jutkan studi ke Jepang di tahun beri­kutnya, harus terhenti karena pihak Jepang memutus hubungan kerja­sama ini.

“Sungguh ironi dan 10 tahun kerjasama yang dibina ternyata diakhiri dengan cara yang tidak sepatutnya. Saya berharap kedepannya, Pemerintah Kota Ambon harus lebih arif dan bijaksana dalam menjalin hubungan kerjasama internasional antar kedua Negara, sebab pada akhirnya jika dilakukan dengan tidak serius, akan memalukan Negara Indonesia dan kota Ambon khususnya,” tandasnya. (S-29)