AMBON, Siwalimanews – 43 pedagang yang hasil rapid test-nya reaktif namun tak mau dikarantina, akhirnya dijemput paksa oleh tim Gugus Kota Ambon.

Walikota Ambon Richard Louhenapessy dalam keterangan pers di Balai Kota, mengungkapkan, 43 pedagang yang dikabarkan melarikan diri telah dijemput oleh tim gugus.

“Kita sudah jemput 43 pedagang tersebut, namun sebagian memang masih berkeleliaran dan kita telah ambil tindakan tegas untuk tutup tempat usaha mereka oleh Disperindag,” ungkap walikota.

Sementara sebagian pedagang yang dapat dijemput kata walikota, kini telah masuk ke tempat isolasi mandiri yang telah disediakan oleh pihak pemkot, di Hotel Sumber Asia.

Dengan tindakan tegas yang diambil berupa penutupan tempat usaha mereka, akan memberi dampak kepada pedagang lain, apabila masih terus membuka lapak.

Baca Juga: Hasil RDT Non Reaktif, Gustu Bursel Tetap Pantau 9 Warga Leksula

Saat ditanya dari total 43 pedagang itu yang dikarantina saat ini berapa orang dan yang masih melarikan diri atau berkeliaran berapa orang, walikota mengaku untuk datanya sendiri ia tak mengetahui berapa angka pastinya namun, jumlahnya pedagang yang sudah dikarantina sudah sebagian besar sedangkan yang masih berkeliaran jumlahnya sudah sangat minim.

“Mereka tidak boleh untuk buka usaha, karena itu akan berdampak bagi yang lain, jadi dari Disperindag sudah batasi mereka punya kegiatan untuk itu. Saya nggak tau data yang terakhir ini berapa? tapi sampai dengan kemarin ini data itu sudah tinggal sedikit ini kan karena miss informasi saja. Mereka pikir kalau mereka masuk siapa yang lihat mereka punya keluarga. Pemkot itu sudah ada memberikan proteksi untuk itu,” tutur walikota.

Dijelaskan, penolakan yang mengakibatkan penghindaran oleh para pedagang ini diakibatkan oleh salah presepsi yang dimiliki mereka sehingga pada akhirnya mereka menghindar dan tidak mau mengikuti isolasi mandiri.

“Begini jadi ini kan miss komunikasi pemerintah kota sekarang mengambil langkah begini, semua orang yang terindikasi hasil rapid testnya reaktif kita akan menyurat resmi kepada yang bersangkutan untuk segera tempati lokasi yang telah disediakan sebagai isolasi mandiri,” ujarnya

Walikota juga mengaku, ia tetap memperhatikan keluarga dari mereka yang isolasi. Apabila isolasi kepada mereka yang reaktif dilaksanakan selama 2 minggu, maka mereka tetap diperhatikan terlebih lagi kepada mereka yang menjadi tulang punggung keluarga.

“Kalau misalnya yang terindikasi dan harus diisolasi apalagi yang disiolasi ini adalah tulang punggung dari keluarga, maka pemkot akan bantu keluarganya kurang lebih 2 minggu. Jadi bukan kita isolasi mereka lalu biarkan keluarganya nggak, kita tetap berikan perhatian untuk keluarganya selama mereka dalam isolasi,” jelas walikota.

Ditambahkan, apabila masa isolasi selama 2 minggu selesai dan hasil swab-nya terbukti negatif, maka mereka akan dipulangkan ke rumah masing-masing seperti beberapa warga Waihaong yang telah kembali ke rumah mereka. (Mg-6)