AMBON, Siwalimanews – Kepala Dinas Kesehatan Maluku, Meikyal Pontoh ibarat terserang amnesia. Setelah pernyataannya soal perbedaan hasil uji swab mendapat kritikan tajam dari ber­bagai kalangan, dia lupa dengan pernyataannya sendiri.

Pontoh menyebut, kalau perbe­daan hasil uji swab bisa terjadi karena orang yang mengambil swab dan alat yang digunakan berbeda.

Alhasil, pernyataan Pontoh yang asal-asalan tanpa kajian ilmiah itu, dikritikan habis-ha­bisan oleh berbagai kalangan.

Meikyal Pontoh yang baru ke­luar dari ruangan Sekda Kasrul Selang bersama stafnya, Selasa (17/11) sekitar pukul 17.00 WIT, dicegat wartawan di depan lobi kantor gubernur. Saat melihat wartawan Siwalima, dia langsung marah-marah.

Pontoh yang memakai pakaian dinas harian itu, berupaya memu­tarbalikan fakta untuk menutupi pernyataannya yang kontroversial, dengan balik menuding kalau warta­wan Siwalima, menulisnya berbo­hong. Padahal tidak ada yang menulisnya berbohong.

Baca Juga: Perangi Narkoba, Pemkab Malteng Siapkan Perda

“Siap yang mulut parlente, ale tulis kata beta parlenter, siapa yang parlente, ose ini,” ujar Pontoh de­ngan nada tinggi.

Pontoh terlihat mulai kesal, ketika wartawan yang lain mengatakan, kalau apa yang dipublikasikan media sesuai pernyataannya, bahwa perbedaan hasil uji swab bisa terjadi karena orang yang mengambil swab dan alat yang digunakan berbeda.

“Itu kan ibu yang bilang, rekaman ada ini, karena pernyataan itu membuat masyarakat tidak percaya terhadap covid lagi,” kata wartawan yang lain.

Pontoh kembali berdalih, saat itu dia meminta kepada wartawan untuk menanyakan teknisnya ke pihak BTKL PP Ambon dan Rumah Sakit Siloam.

“Kan saya bilang coba tanya ke Kepala BTKL PP dan Siloam kalian seng tanya, itu baru bale tulis beta lai,” ujarnya dengan dialeg Ambon.

Ditanya lagi oleh wartawan me­ngapa dia tidak menjelaskan secara ilmiah atau berdasarkan kajian medis yang jelas soal perbedaan hasil uji swab, sehingga masyarakat paham, Pontoh kembali membela diri.

Dia beralasan, telah meminta staf­nya bernama David untuk menjawab pertanyaan wartawan. “Kan saya su bilang tanya ke staf dan kenapa seng tanya,” tandasnya.

Sejumlah wartawan yang ada ramai-ramai mengatakan, kalau stafnya itu kabur, dan tidak mau memberikan keterangan apapun.

Mendengar pernyataan warta­wan, Pontoh kehabisan akal untuk membela diri. Dia langsung bergegas masuk ke dalam mobil dinasnya Toyota Camry DE 29 dan langsung membanting pintu dengan keras, dan meninggalkan kantor gubernur.

Hasil Uji Swab Berbeda

Seperti diberitakan, ada warga yang divonis positif Covid-19 berda­sarkan rilis Dinas Kesehatan Malu­ku. Tetapi setelah diuji di Rumah Sakit Siloam, hasilnya negatif.

Kejadian seperti ini sering terjadi. Sudah begitu, Meikyal Pontoh de­ngan enteng menyebut, perbedaan bisa saja terjadi, karena orang yang melakukan swab dan alat yang di­gunakan berbeda.

“Bisa saja berbeda, karena peng­ambilan dilakukan orang berbeda dan alat yang digunakan berbeda, bisa saja hasilnya berbeda ketika pengambilan kondisinya membaik,” jelasnya, kepada wartawan, Kamis (12/11) di Kantor Gubernur Maluku.

Pernyataan Pontoh ini saat dikon­firmasi soal salah satu keluarga yang mengungkapkan, adanya perbedaan hasil uji swab anaknya yang ber­umur 14 tahun.

Salah satu keluarga pasien yang denggan namanya dipublikasikan kepada Siwalima, menuturkan pada 19 Oktober dilakukan uji swab ke­pada ponakannya yang masih ber­umur 14 tahun oleh Dinkes Maluku, ka­rena ponakannya mengalami bebe­rapa gejala berupa meriang dan demam.

“Dua hari berselang atau pada 22 Oktober, tim medis Dinkes Maluku menyatakan hasil uji swab tersebut negatif dan disampaikan secara lisan kepada keluarga, namun pada 24 Oktober oleh petugas medis tim kese­hatan Dinkes kembali menyatakan bahwa ponakan kami positif, tanpa ada keterangan medis,” jelasnya.

Berdasarkan hasil uji swab pada 19 Oktober, maka pada 26 Oktober dilakukan uji swab kedua di Hotel Wijaya oleh Dinkes Kota Ambon dan hasilnya diberitahukan secara lisan juga bahwa ponakannya po­sitif Covid-19.

Kemudian pada 2 November, kembali dilakukan uji swab ketiga oleh Dinkes Maluku dan hasilnya masih positif juga. Padahal faktanya kondisi fisik sang anak tidak terdapat gejala-gejala sakit, maupun gejala seperti pasien covid lainnya.

Dari hasil pemeriksaan 1-3 bila dikaitkan dengan fakta fisik dari si anak ini, maka keluarga merasa curiga, sebab hasil yang diberitahukan kepada keluarga pasien diduga tidak akurat.

Untuk membuktikan, si anak ini tidak sakit atau positif Covid-19, pihak keluarga mengambil langkah untuk melakukan swab keempat yang dilakukan pada 6 November dengan memakai dua rumah sakit pembanding.

“Uji swab Dinkes Maluku di RSUD dr.Haulussy pada 6 November hasilnya keluar pada 9 November itu positif berdasarkan laporan hasil dari Balai POM Ambon,” ujarnya.

Untuk membuktikan uji swab Dinkes Maluku yang diduga tidak akurat, maka si anak  ini diantar untuk uji swab di RS Siloam, dan spesimen untuk swab diambil pada hari yang sama yakni 06 November 2020. Ternyata, hasil uji swab dari RS Siloam yang keluar pada hari itu, negatif.

Sebelumnya Pengacara Djidon Batmomolin menunjukan kegeramannya terhadap Kepala Dinas Kesehatan Maluku Meikyal Pontoh.

Batmomolin menduga ada kejahatan dalam hasil swab test Covid-19. Anak kandungnya divonis positif Covid-19. Tetapi setelah ia membawa anaknya melakukan swab test  di Rumah Sakit Siloam, hasilnya justru negatif.

Kepada Siwalima, Kamis (10/9) Batmomolin menjelaskan, hasil skrining PCR swab Covid-19 terhadap anaknya bernama Alvino Batmomolin dari Dinas Kesehatan Provinsi Maluku tertanggal 2 September 2020, yang dikeluarkan 6 September bahwa dia positif Covid-19. Sementara hasil tes PCR dari laboratorium Rumah Sakit Siloam menunjukan hasilnya negatif. Tes PCR di rumah sakit swasta itu dilakukan pada 7 September 2020. Hasilnya keluar pada 10 September.

“Ada perbedaan hasil swab test terhadap anak kandung saya, dari rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta. Anak saya dinyatakan positif covid, namun setelah swab test di rumah sakit swasta, itu hasilnya negatif. Kenapa hasilnya beda? Ini berarti suatu penipuan dan kejahatan yang terselubung. Saya akan polisikan dia dan gugat dia secara perdata,” tandas Batmomolin.

Pernyataan Meikyal Pontoh soal penyebab perbedaan hasil uji swab pasien membuat masyarakat semakin tak percaya Satgas Penanganan Covid-19.

Perbedaan hasil uji swab yang dilakukan pemerintah dan Rumah Sakit Siloam mesti dijelaskan secara ilmiah. Bukan asal ngomong. (S-39)