AMBON, Siwalimanews – Balai Labolatorium Kesehatan dan Kalibrasi Alat Kesehatan Provinsi Maluku telah mengelu­arkan hasil pemeriksaan terhadap sampel makanan yang dikonsum­si oleh siswa-siswi SMA Siwalima.

Kepala Balai Labolatorium Ke­sehatan Provinsi Maluku, Doni Rerung yang dikonfirmasi warta­wan di lobi kantor labolatorium, Selasa (22/11) membenarkan jika pihaknya telah selesai melakukan pemeriksaan terhadap sampel makanan yang dikonsumsi siswa-siswi SMA Siwalima dan hasilnya negatif.

Dijelaskan, sampel makan dite­rima petugas laboratorium kese­hatan pada Jumat (18/11) yang dibawah oleh petugas puskesmas Nania, dimana terdapat enam sampel makan yang dibawah dan langsung dilakukan pemeriksaan.

“Hari Jumat itu jam 13.30  sam­pel dibawah datang oleh petugas puskesmas dari Nania kemudian diperiksa dan hasilnya negatif atau tidak ditemukan bakteri didalam ma­kan,” ujar.

Keenam sampel makan yang diterima petugas laboratorium kata Rerung diantaranya, Nasi putih, sambal goreng tempe ikan teri, telur burung puyuh yang digoreng dengan tepung krispi dan roti gula, pisang molen dan petatas goreng.

Baca Juga: Rakor Rekonsiliasi Basudara Kei-Kailolo Nyaris Ricuh

Rerung membenarkan jika dari enam sampel tersebut tidak ada sampel ikan goreng dan sayur bayam yang dikonsumsi oleh siswa-siswi SMA Siwalima pada Kamis (17/11) malam yang diduga menyebabkan sakit perut siswa siswi.

“Tugas kita hanya memeriksa kenapa sampai negatif kita tidak tahu sampel diperiksa, tadinya pe­tugas rencana mau kirim sebagian sampel ke Balai POM untuk pem­banding tetapi, karena sampelnya pas-pasan maka tidak dapat dikirim,” cetusnya.

Sementara itu, salah satu siswa yang meminta namanya tidak di­publikasikan menjelaskan dugaan keracunan makanan diawali pada Kamis (17/11) sekitar pukul 13.00 wit, saat makan siang bersama di ruang makan dengan menu ma­kanan yang disajikan berupa ikan goreng dan sayur bayam dan setelah itu siswa tersebut merasa lemas dan muntah.

Namun sayangnya kondisi sis­wa itu tidak dihiraukan oleh pihak dan selanjutnya pada pukul 20.00 WIT, saat makan malam, para siswa makan dengan menu sam­bal tempe goreng, acar ketimun, nasi putih dan teh manis. Dimana pada saat sedang makan,  tiba-tiba ada siswa yang mengalami pusing kepala, mual, dan muntah.

Kejadian ini kemudian berlanjut pada Jumat (18/11) sekitar pukul 08.00 Wit, siswa mulai mengalami sakit perut, mual, kepala pusing, disertai lemas sehingga meng­akibatkan penurunan kesadaran.

Puluhan Keracunan

Publik dikejutkan dengan insiden keracunan di SMA Negeri Siwa­lima, Waiheru, Kecamatan Bagu­a­la, Kota Ambon, Jumat (18/11).

Puluhan siswa-siswa dari kelas 10 sampai 12 mengalami keracu­nan setelah menyantap menu ma­kan siang dan malam yang disaji­kan catering sebagai rekanan penyedia pada Kamis (17/11).

Siswa yang menjadi korban keracunan ini dirawat pada se­jumlah rumah saksi di Kota Ambon diantaranya, RS M Haulussy, RS Johanes Leimena, RS Siloam, RS Otto Kwik serta puskesmas terdekat.

Sebelumnya siswa ini menjalani perawatan medis di unit kese­hatan di sekolah tersbut.

Informasi yang berhasil dihim­pun Siwalima dari salah satu orang tua siswa, Jumat (18/11), sam­pai saat ini, ada sekitar 70 siswa dan siswi yang mengalami sakit, yang diduga akibat keracunan makanan yang terjadi sejak, Kamis (17/11) kemarin.

Orang tua yang enggan nama­nya dikorankan ini mengaku, kondisi yang dialami anaknya itu mulai dari rasa sakit pada perut, mual dan juga mengalami panas tinggi.

“Kejadiannya sejak kemarin, pihak sekolah justru berharap para orang tua ambil anaknya masing-masing untuk dirawat, lalu kalau yang orang tuanya di luar Ambon, bagaimana.  Ini sejak kemarin sam­pai hari ini, anak-anak yang sakit terus bertambah. Ini menya­ngkut nyawa anak,” ucap sumber yang anaknya juga menjadi korban keracunan.

Ia juga mengaku, peristiwa ini sudah sering terjadi di sekolah ter­sebut, namun masih dalam jumlah sedikit dan tidak terlalu parah, se­hingga dibiarkan berlalu. Namun pada hari ini, kondisinya parah, dan jumlah anak yang mengalami hal ini terus bertambah hingga saat ini mencapai kurang lebih 70 anak.

Ia menduga, anak-anak ini kera­cunan berasal dari makanan yang dikonsumsi di asrama sekolah tersebut, dimana diketahui, makanan yang disajikan bagi para siswa-siswi disediakan oleh pihak ketiga yang bekerjasama dengan pihak sekolah untuk pengadaan makanan, yang tidak lain pihak ketiga tersebut adalah adik kan­dung dari Gubernur Maluku.

Satuan Kerja, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tahun anggaran APBD 2022 dengan Nilai Pagu Paket, Rp 3.824.299.868,00 dan Nilai Harga Perkiraan Sendiri (HPS) Paket Rp3.815.808.000,00.

Ngaku Baru Tahu

Terpisah, Kepala Dinas Pendi­dikan Provinsi Maluku, Insun Sa­ngadji yang dikonfirmasi Siwalima di Ruang kerjanya, Jumat (18/11) mengaku, baru mengetahui infor­masi tersebut hari ini, dan dirinya akan meninjau langsung kondisi para korban.

“Saya baru tahu hari ini dan sudah berkoordinasi, sudah ada penanganan medis disana, dan saya juga mau turun sekarang,” ujarnya.

Menurutnya, semua orang tentu tidak menginginkan kondisi ini terjadi, dan pihaknya yakin, bahwa semua itu tidak ada unsur sengaja. Namun tetap akan ada langkah antisipasi terkait peristiwa tersebut.

Ia juga mengaku akan membina dan mengevaluasi pihak penyedia makanan/ketering (pihak ketiga) agar peristiwa ini tidak lagi terjadi kedepannya.

“Kalau memang ada sampel yang sudah diambil oleh pihak BPOM, maka kita akan tunggu hasilnya, dan kita tentu berharap tidak ada korban,” harapnya.

Terkait tidak adanya langkah cepat pihak sekolah untuk pena­nganan ke rumah sakit dan seba­gainya, mengingat sejak kemarin, para siswa/siswi hanya dibiarkan di asrama sekolah, dengan pena­nganan seadanya, Sangadji minta agar tidak membuat panik semua pihak, terutama orang tua dan juga pihak sekolah. Yang pasti, pihak­nya akan melihat perkembangan ke depannya dari peristiwa ini.

“Artinya kalau urgen sekali pasti akan diambil langkah itu, tapi saya sudah koordinasi, bisa ditangani disekolah, kemudian sudah mendatangkan tenaga medis dari Puskesmas, itu sebagai langkah awal penanganan,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala SMA Siwalima yang dikonfirmasi melalui telepon selulernya, tidak menanggapi panggilan masuk.

Sedangkan Ketua Komite SMA Siwalima Wendy Souisa yang dikonfirmasi melalui telepon se­lulernya juga enggan berkomentar. Dia mengaku, hanya datang untuk melihat kondisi anaknya yang juga bersekolah di situ.

“Saya tidak bisa berkomentar, karena saya juga tidak tahu ceritanya seperti apa, langsung ke pihak sekolah saja,” tuturnya.(S-20)