AMBON, Siwalimanews – Ketua DPD I Golkar Maluku, Ramly Umasugi mengklaim tidak ada kepentingan petinggi partai dengan Musda IX Partai Golkar Kota Ambon.

Bupati Buru dua periode ini me­ngatakan, Musda Golkar Kota Ambon yang kembali deadlock murni soal dinamika dalam musda.

“Tidak ada kepentingan apapun,” tandas Ramly Umasugi, melalui pesan WhatsApp, kepada Siwa­lima, Jumat (2/10).

Menurut Ramly, Musda Golkar Kota kembali deadlock, karena per­debatan menyangkut persyaratan calon ketua, sehingga   pimpinan musda Yusril AK Mahedar harus menunda musda sampai dengan ba­tas waktu yang belum ditentu­kan.

Lanjutnya, pengurus DPD I akan segera melakukan rapat untuk membahas masalah ini. “Untuk kelanjutannya akan di­putuskan dalam rapat harian pe­ngurus DPD Golkar Maluku,” tan­dasnya.

Baca Juga: Rumatora Optimis Terpilih Pimpin Golkar Malra

Seperti diberitakan, Musda Gol­kar IX Kota Ambon kembali deadlock, dan diskorsing hingga batas waktu yang tidak ditentukan.

Ini untuk kedua kalinya Musda Golkar Kota Ambon deadlock. Musda awalnya dibuka oleh Ketua Golkar Maluku, Ramly Umasugi pada Rabu (9/9) lalu, dan berjalan hingga Jumat (11/9). Tetapi tak membuahkan hasil. Penyebabnya, pimpinan sidang, Yusri AK Ma­hedar tak netral. Ia berpihak kepa­da Elly Toisuta.

Sesuai Juklak 02 Tahun 2020 yang memenuhi syarat 30 persen dukungan pemilik suara sah hanya Max Siahay. Sesuai Juklak 02, sidang hanya untuk mengesahkan hasil kerja steering committee (SC) yang menetapkan Siahay sebagai ketua terpilih.

Tetapi Mahedar yang berpihak kepada Elly Toisuta membuka ruang untuk kubu Elly  menyeruduk aturan. Berbagai macam cara di­pakai agar Elly bisa diloloskan. Alhasil perdebatan terus terjadi.

Senior Partai Golkar dan kala­ngan akademisi menilai belum gol­nya kepentingan elit partai menjadi pemicu deadlocknya Musda IX Golkar Kota Ambon. Elit Golkar Maluku menginginkan Elly Toisuta memimpin Golkar Kota Ambon. Sementara para pemilik suara sah menginginkan Max Siahay.

Siahay mendapatkan dukungan 30 persen pemilik suara sah, dan sudah disahkan oleh steering committee (SC). Namun kubu Elly diberi angin oleh elit Golkar melalui pimpinan sidang untuk terus mempersoalkan hasil kerja SC.

Akademisi Fisip Unpatti, Paulus Koritelu mengatakan, sebagai par­tai politik yang sarat pengalaman serta dipenuhi oleh para politisi ka­wakan yang piawai bermain politik, terkadang sesuatu yang sudah menjadi kesepakatan dalam internal partai bisa saja mengalami deadlock seperti di Musda Golkar Ambon.

“Akibat dari kepiawaian memain­kan politik menyebabkan suatu cela yang kecil saja ketika kepen­tingan mereka tidak terakomodir maka persoalan yang ada dapat diperbesar-besarkan dan itu yang sementara dimainkan,” kata Kori­te­lu kepada Siwalima, Rabu (30/9).

Menurut Koritelu, harusnya se­mua orang di Golkar taat kepada Juklak 02 Tahun 2020. Tetapi fakta­nya, karena kepentingan person maupun kelompok yang meng­akibatkan terjadinya deadlock.

“Kepentingan itu terkait dengan kandidat yang dijagokan tidak ter­akomodir dalam  hasil keputusuan steering committee sesuai dengan Juklak 02, sehingga akan berlanjut panjang,” ujarnya.

Jika kepentingan petinggi Golkar di Maluku terkait dengan siapa yang menjadi ketua DPD II telah ter­akomodasi, kata Koritelu, tidak ada persoalan. Namun karena kepen­tingan itu belum terpenuhi, sehi­ngga musda terus deadlock.

“Saya pertanyakan apakah benar petinggi Golkar Ramly Umasugi, Hamzah Sangadji atau pak Ris memiliki kepentingan yang sama terhadap orang yang berdasarkan hasil kerja steering ditetapkan? belum tentu, justru belum tentu itu maka penggodokan dan dinamika itu terjadi dalam internal Golkar, jadi hanya satu titik kepentingan mereka tidak bisa merepresen­tasi­kan kepentingan mereka,” ujarnya.

Selain itu, menurutnya, petinggi Golkar maupun kelompok tertentu merasa belum dipersatukan oleh calon yang ditetapkan oleh SC. Padahal Juklas 02 jelas mengatur, apapun dinamika dalam musda hasil kerja SC harus ditetapkan.

Koritelu menilai, dinamika yang ada akan selesai jika petinggi Golkar Maluku seperti Ketua DPD I Ramly Umasugi, Hamzah Sangadji dan Richard Louhenapessy duduk bersa­ma dan menyatukan kepen­tingan. (Cr-2)