BAGI sebagian pemimpin  atau kepala daerah, yang sering kali dituntut adalah pengabdian tanpa pamrih kepada masyarakat, apalagi dengan karakteristik kepemimpinan yang demokratis tentu mendapat tempat di hati setiap orang. Seperti hati sosok Petrus Fatlolon, Bupati Kabupaten Kepulauan Tanimbar periode 2017-2022 itu  sejak lama memiliki kecintaan dan kepedulian untuk membangun daerah bertajuk Bumi Duan Lolat.

Sosok kepemimpinan Fatlolon yang penuh kasih dan kebapaan ini diuraikan Agustinus Rahanwarat, salah satu pemuda dan aktivis Tanimbar.

Rahanwarat menceritakan kilas balik Fatlolon pasca menggapai puncak kesuksesan namun rela memberi diri untuk membangun Tanimbar, generasi muda, masyarakat, ekonomi, dan berbagai sektor kehidupan lainnya.

“Fatlolon berkarir sebagai pengusaha sukses, kala itu mendorong Sumber Daya Manusia (SDM) lewat bantuan beasiswa studi kepada generasi muda. Selain itu, kontribusinya terus digalang hingga kini kepada siapa saja yang meminta pertolongan. Dengan kemurahan hatinya, rakyat Tanimbar yang telah mendapat manfaat, baik sebelum menjabat sebagai kepala daerah, bahkan setelah menjabat Bupati Kepulauan Tanimbar,” ungkap Rahanwarat, kepada Siwalima, kemarin.

Kepemimpinan lima tahun terakhir mulai dari (2017-2022), menurut Rahanwarat, telah terukur sesuai visi dan misi membangun Tanimbar. Bukti nyata pembangunan yang dirasakan seluruh masyarakat mulai dari kecamatan Molu Maru hingga Kecamatan Selaru Eliasa.

Baca Juga: Perwakilan Maluku Tampil Memukau

“Kita tahu karakteristik wilayah Tanimbar terdiri dari pulau-pulau, namun bapak Fatlolon berupaya mengunjungi warga desa hingga dusun sambil menyerap aspirasi. Sejumlah program pemberdayaan digerakan dengan sungguh-sungguh tanpa intrik politik, berhasil mendekatkan diri denga rakyat untuk mendalami kebutuhan mendasar yang dibutuhkan masyarakat Tanimbar.

Ditambahkan, alasan utama Fatlolon untuk menjadi Bupati agar terus mendorong kebijakan publik untuk membangun daerah dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh warga Tanimbar. Bahkan selama kepemimpinannya.

Walaupun suhu politik pascara pilkada, sejumlah rival politik kembali dirangkul oleh Fatlolon untuk bergandengan tangan bersama membangun Tanimbar.

“Politik yang ditampilkan Fatlolon kalau dimaknai sebagai proses yang sifatnya sementara, namun jati diri sebagai putra-putri Negeri Duan Lolat adalah kekal adanya. Tentu, banyak hal yang telah Fatlolon bangun dengan cinta yang tulus bagi Bumi Duan Lolat. Namun sebagai seorang pemimpin, tidak sepenuhnya terlepas dari berbagai kritik untuk membangun Tanimbar “ Kutip cerita Rahanwarat.

Menurutnya,  tidak semua kibijakan publik yang ia lakukan Pak PF disukai oleh lawan-lawan politiknya. Banyak sekali isu yang diciptakan dan dimainkan untuk merongrong pemerintahannya. Namun sosok Pak PF tidak menjadikan itu lawan politik menjadi musuh, namun terbuka menerima segala kritik dan masukan. Banyak orang telah duduk semeja dengannya untuk menyatukan persepsi membagun Tanimbar,”beber Rahanwarat.

Mendengar kisah kepemimpinan Fatlolon, begitu banyak kisah yang mencererai bahkan menghina sosok Fatlolon sang pemaaf.  Kesadaran sebagai generasi berbudaya, Fatlolon menganggap diri hanya manusia biasa, sehingga berbagai kekurangannya tidak berniat membalas. Karena bagi Fatlolon, cara-cara seperti ini bukan menjadi contoh yang baik bagi kehidupan putra-putri Bumi Duan Lolat.

Tak saja itu, Rahanwarat yang telah banyah mengetahui sepak-terjang sosok Fatlolon, menilai berbagai isu yang dikembangan untuk menciderai Fatlolon harusnya pada fakta bukan opini.

Terhadap itu, Rahanwarat mendukung penuh aparat penegak hukum dalam upaya menindalanjuti berbagai persoalan di Tanimbar.

“Pak PF juga telah menyampaikan secara resmi untuk terus mendukung aparat penegak hukum untuk menindak tegas para pelaku bila terbukti bersalah. Ini merupakan bagian dari bentuk pembelajaran hukum bagi setiap warga negara, termasuk bagi putra-putri Bumi Duan Lolat,” harap sosok aktivis Tanimbar itu.

Kata dia,  proses kedepan jelang tahun politik, Fatlolon sebagai inkamben pasti tahu apa yang terbaik untuk Tanimbar. Seperti slogannya “Tunggu Beta Bale” merupakan perwujudan totalitas pemberian diri untuk terus membangun Tanimbar lebih baik lagi.(S-26)