AMBON, Siwalimanews – Praktisi hukum, Nelson Sianresy menyayangkan pernyataan Kepala Bidang Cipta Karya Dinas PUPR Maluku yang me­nya­ta­kan, jika pro­yek pembangunan sarana dan prasarana air bersih di Keca­matan Pulau Haruku dan Kecamatan Siri­mau tuntas padahal faktanya belum.

Pasalnya, sampai dengan saat ini pro­yek yang menguras anggaran daerah pu­luhan miliar rupiah tersebut belum juga tuntas dirasakan masyarakat, Artinya ada upaya membela diri yang dilakukan oleh Dinas PUPR Maluku.

Dijelaskan, Dinas PUPR Maluku seharusnya sejak awal mengawasi penyelesaian pengerjaan proyek air bersih itu, bukan hanya menerima informasi asal bapa senang dan pada akhirnya masyarakat yang dirugikan.

“Itu laporan asal bapa senang saja itu, Dinas harus turun lihat dan awasi langsung dilapangan jangan hanya mendengar,” tegasnya.

Menurutnya, bila pernyataan Di­nas PUPR Maluku berbanding ter­balik dengan kenyataan, maka apa­rat penegak hukum harus mengusut karena sudah pasti terdapat perma­salahan dalam pembangunan infra­struktur air bersih d ikedua tempat berbeda itu.

Baca Juga: Maluku Butuh Guru Kontrak

Katanya, ada upaya untuk mem­bela diri dan melindungi kontraktor yang mengerjakan proyek air bersih, karena ketika penyerahan proyek dilakukan maka pemeriksaan dari Dinas PUPR harus dilakukan, apa­lagi informasinya kontraktor telah meninggalkan pekerjaan sejak lama.

Sianresy menegaskan, aparat pe­negak hukum tidak boleh tinggal diam dengan kondisi yang ada, se­bab telah ada indikasi kerugian ne­gara yang cukup besar dalam kasus tersebut.

Sementara itu, praktisi hukum Munir Kairoti juga menyayangkan pernyataan pihak Dinas PUPR Maluku yang terkesan tidak berta­ng­gung jawab dalam pembangunan infrastruktur air bersih di dua kecamatan itu.

Menurutnya, PUPR harus turun awasi dilapangan terkait pembangu­nan infrastruktur tersebut, bukan hanya mendengar laporan dari ba­wahan. Sebab jika hanya mendengar laporan maka kejadian seperti ini.

“PUPR harus turun dong lihat langsung di lapangan seperti apa,” ujar Kairoti.

Dengan adanya permasalahan ini maka sudah saatnya aparat penegak hukum mengusut kasus ini karena sudah pasti ada sesuatu yang ditu­tupi oleh Dinas PUPR Maluku.

Klaim Tuntas

Sebelumnya, Dinas PUPR meng­klaim proyek air bersih di Negeri Pe­lauw dan Kailolo, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah serta di Kecamatan Sirimau, Kota Ambon sudah tuntas dikerjakan.

Proyek air bersih itu dikerjakan menggunakan dana pinjaman Pe­mulihan Ekonomi Nasional PT Sarana Multi Infrastruktur tahun 2020, dengan nilai proyek untuk Pulau Haruku Rp14.4 miliar dan Kecamatan Sirimau Rp13 miliar.

Kepala  Bidang Cipta Karya Dinas PUPR Maluku, Ella Sopalauw meng­klaim bahwa proyek air bersih tidak ada yang terbengkalai, dan se­muanya sudah tuntaskan dikerja­kan.

Katanya, proyek air bersih yang dipasang dengan menggunakan panel surya itu hanya sampai pada hidran umum dan bukan disam­bungkan ke rumah-rumah.

“Tidak ada yang namanya aliran ke rumah-rumah hanya ke hidran umum. Hidran umum kita letakkan  dan kordinasi dengan pemerintah desa satu titik bisa melayani bebe­rapa kepala kelaurga untuk kawasan pemukiman,”  jelas Ella kepada Siwa­lima di ruang kerjanya, Kamis (9/2)

Ia mengklaim untuk proyek air bersih di Pulau Haruku yakni, di Ne­geri Kailolo, Pelauw, Naama, Aboru dan Wassu telah selesai dikerjakan.

Tetapi ketika disampaikan bahwa ini bukan pengaduan dan bukti masyarakat belum bisa menikmati air bersih, lantaran jaringan air belum terpasang dan dialirkan ke rumah-rumah masyarakat.

Ella tetap klaim bahwa pekerjaan air bersih hanya sampai pada hidran umum, untuk masuk ke rumah-rumah warga bukan lagi merupakan ke­wenangan pihaknya tetapi PDAM.

Dijelaskan, pekerjaan ini kan dua tahun anggaran yakni tahun 2020 dan 2021 .

Ditanya soal sumur bor yang be­rada di dekat kantor camat Pulau Harukuang tidak bisa digunakan, dirinya mengungkapkan,  untuk pipa kunci pipa sebenarnya sudah dipegang oleh masyarakat.

“Jadi jalur pipa dari bloks ini me­lewati bloks ini . bagian yang terle­wati oleh pipa itu ada di tiang penga­tung kuncinya untuk bisa dibuka ambil airnya, dan dikunci lagi.Tidak ada masalah yang terbuang itu karena masyarakat buka,” ujarnya.

Pembangunan proyek air bersih ada pada beberapa titik di Haruku maupun di Kecamatan Sirimau.

Sedangkan di Dusun Naama, kata dia, pekerjaan dilakukan sudah selesai, karena memakai tenaga Surya panel, “surya yang kita da­tangkan dari luar untuk pengeboran. Kita menunggu barang masuk dulu semua baru dipasang pada saat pengeboran lalu dicoba air   secara alami normal,” paparnya.

Menurutnya untuk jaringan pipa­nasi yang tidak terurus saat ini, sementara  diletakkan saja  untuk antisipasi agar digunakan untuk kebutuhan mendesak

Dengan demikian tambahnya, kewenangan PDAM kabupaten de­ngan menggunakan dana desa yang akan menyambungkan air bersih tersebut ke rumah-rumah warga.

Sementara itu untuk proyek air bersih di Kecamatan Sirimau penger­jaan juga  sampai hidran umum, bukan sambungan rumah -rumah karena jika sambung ke rumah ber­arti sudah peningkatan pelayanan.

Disinggung soal pengeboran yang digali hanya 50 meter, dirinya pung membantah hal itu

“Itu kita bor sampai dapat air tidak sampai 100 dan 200 meter. Kita laku­kan GEO dalam tanah sampai keda­laman tanah baru kita bor, karena  mencari titik cari GEO untuk kedala­man. Untuk sarana air bersih di pesantren sudah berjalan dengan baik  di lokasi,” ujarnya.

Haruku

Proyek air bersih di Haruku, Pan­tauan Siwalima di lokasi terlihat jelas jika pembangunan sarana dan prasarana air bersih seperti bak penampungan air dan sumur, telah selesai dikerjakan oleh kontraktor namun pekerjaan ini terbengkalai lantaran jaringan air belum terpasang dan dialirkan ke rumah-rumah mas­yarakat.

Tak hanya itu, pada sumur bor yang berada didekat Kantor Camat Pulau Haruku juga terkesan tidak dikelola dengan baik, sebab terlihat sampai dengan saat ini proses pema­sangan jaringan pipanisasi belum dilakukan dan bahkan air terbuang begitu saja.

Bahkan, untuk salah satu sumur bor yang berada di Dusun Naama, Negeri Pelauw juga sampai saat ini belum tuntas walaupun beberapa bulan lalu telah selesai dilakukan pengeboran, tetapi air yang dida­patkan tidak sesuai dan dibor kem­bali namun tak kunjung tuntas.

Selain itu, peralatan jaringan pipanisasi juga tidak terurus dan dibiarkan terlantar ditepi jalan raya maupun lubang jaringan dan tidak tertanam baik kerumah warga maupun pada bak penampung yang telah selesai dibangun.

Terhadap kondisi ini, Wahabu Sahubawa salah satu warga Negeri Pelauw sangat menyayangkan pe­nger­jaan proyek air bersih yang terkesan mubasir tersebut karena hingga saat ini masyarakat sekitar belum juga dapat menikmati air bersih.

Diakuinya, pembangunan sarana air bersih seperti bak penampungan dan sumur telah selesai dilakukan oleh kontraktor beberapa bulan lalu namun pemasangan jaringan pipa­nisasi belum dilakukan ke rumah-rumah warga.

Sahubawa menambahkan, sampai dengan saat ini belum ada informasi dari kontrak terkait dengan per­soalan tersebut, karena itu Ia me­minta Pemerintah Provinsi Maluku khususnya PUPR untuk dapat ber­tindak menyelesaikan permasalah ini.

Senada dengan Sahubawa, Haji­rati Tuahena warga Negeri Pelauw juga menyayangkan pengerjaan proyek air bersih yang tidak bisa dirasakan oleh masyarakat Negeri Pelauw.

Menurutnya, pemerintah harus melihat persoalan ini sebab masya­rakat Negeri Pelauw sudah begitu lama mengharapkan adanya air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi nyatanya harapan ini tidak terpenuhi karena air tidak dialirkan ke rumah masyarakat.

Sementara itu, Sekretaris Camat Pulau Haruku yang juga sekretaris Negeri Pelauw, Ali Latuconsina kepada Siwalimanews mengaku jika hingga saat tidak ada informasi dari kontaktor terkait dengan kelanjutan penyelesaian proyek air bersih tersebut.

Latuconsina menuturkan, jika setelah selesai pengerjaan proyek berupa pembangunan bak penam­pu­ngan dan pemasangan pipa pada sumur bor pada November lalu, kontraktor langsung meninggalkan lokasi pekerjaan tanpa adanya koordinasi dengan pihaknya selaku pemerintah setempat.

Karena itu, Latuconsina mengha­rapkan adanya upaya tegas dari Dinas PUPR Maluku untuk meme­rintah pihak kontraktor agar segera menyelesaikan proyek tersebut sehingga dapat dinikmati oleh mas­yarakat Negeri Pelauw dan Kailolo.

Kecamatan Sirimau

Hal yang sama juga terjadi di Kecamatan Sirimau, Kota Ambon juga tak tuntas dikerjakan dan tak bisa dinikmati warga.

Proyek yang berasal dari pinjaman PT Sarana Multi Infrastruktur tahun 2020, dengan nilai proyek mencapai Rp14,4 miliar tersebut, tersebar pada tujuh titik di Kecamatan Sirimau dan dikerjakan PT Bina Cipta Amanah.

Walau belum selesai dikerjakan, na­mun seluruh anggaran proyek tersebut sudah dicairkan sejak tahun 2021 lalu.

Tujuh titik proyek tersebut, antara lain Keluruhan Batu Meja RT 005/RW 002 tepatnya di Lapangan Te­nggara, Kayu Tiga, di Dusun Air Kuning, samping Masjid Madinatul Hijrah, Dusun Kahena dekat Kam­pus IAIN, Pesantren Galunggung, Dusun Bere-Bere, Desa Soya dan kawasan Kopertis, Karang Panjang.

Dari tujuh lokasi proyek air bersih, sejauh ini dua yang belum bisa digunakan sama sekali, yaitu di Kelu­rahan Batu Meja dan di kawasan Pesantren Galunggung.

Pantauan Siwalima, Selasa (8/2) untuk pembangunan sarana dan prasarana air bersih di Kelurahan Batu Meja RT 005/RW02, terlihat jika pembangunan bak penampung air, panel surya dan listrik telah terpasang, tetapi sampai saat ini air belum mengalir ke rumah warga.

Salah satu warga setempat yang tidak mau namanya dikorankan mengaku, sejak selesai pembangu­nan tersebut hingga saat ini mas­yarakat belum menikmati air, dikarenakan sumur bor dan pompa belum juga siap dan dibiarkan terbengkalai begitu saja.

Dia berharap, pemerintah daerah dapat melihat hal ini dan dituntaskan segera agar masyarakat dapat menikmati air bersih dengan baik.

Sementara itu, pengerjaan proyek di Pesantren Galunggung terlihat pembangunan bak penampungan, penel surya dan jaringan air bersih telah tuntas dikerjakan, tetapi sampai saat ini air bersih belum bisa dinikmati warga.

Mona mengaku, hingga saat ini, warga sekitar masih tetap membeli air dari mobil tangki. “Katong masih bali aer sampe skarang,” ujarnya.

Untuk pembangunan air bersih di di dusun air Kuning samping Masjid Madinatul Hijrah baik bak penam­pungan, panel surya dan sumur bor telah berjalan dan masyarakat sekitar telah menikmati air bersih, kendati baru difungsikan pada jam-jam tertentu saja.

Selanjutnya, untuk pembangunan air bersih di Desa Soya seluruh fa­silitas pendukung seperti bak pe­nampung, panel surya telah selesai dibangun dan berdasarkan penga­kuan warga setempat air bersih telah dinikmati sejak tiga bulan lalu.

Sementara itu untuk pemba­ngunan air bersih di Bere-Bere dan Kopertis terlihat semua fasilitas air bersih baik bak, panel surya dan jaringan air bersih telah terpasang dan masyarakat telah menikmati air bersih dengan baik. (S-20)