AMBON, Siwalimanews –  PT Pertamina Regional Papua dan Maluku mengakui ada penyalahgunaan barcode di SPBU yang berdampak pada habisnya kuota BBM, bahkan hal ini yang banyak dikeluhkan oleh para pengemudi angkutan kota di Kota Ambon.

Sales Area Manager PT Pertamina MOR VIII Maluku dan Papua, Angga Yudiwinta mengungkapkan pihaknya sering mendapatkan keluhan dari konsumen terkait dengan kuota BBM yang seringkali habis dengan menggunakan barcode, padahal pengisian belum mencapai batas maksimal yang dialokasikan Pertamina.

Barcode merupakan program nasional yang tidak hanya berlaku di wilayah Maluku saja, melainkan di seluruh Indonesia yang berawal dari arahan Kementerian Keuangan, yang meminta Pertamina untuk melakukan inovasi, agar subsidi yang diberikan negara tepat sasaran, maka diberlakukan penggunaan barcode, baik terhadap BBM jenis solar maupun pertalite.

“Kita banyak mendapatkan keluhan dan pengaduan terkait dengan kuota yang sering habis dan kita sudah tindaklanjuti dengan melakukan penelusuran terkait dengan persoalan ini dan ditemukan sejumlah penyebab yang melatarbelakangi habisnya kuota saat menggunakan barcode,” ungkap Angga kepada wartawan di Baileo Rakyat Karang Panjang, usai melakukan pertemuan dengan Komisi II, Senin (3/4).

Ia mengungkapkan, penyebab kuota BBM bersubsidi jenis pertalite habis, diantaranya terdapat kendaraan yang telah bolak balik melakukan pengisian BBM pada SPBU yang berbeda, tetapi sopir mobil bersikukuh dan menyampaikan kepada petugas SPBU bahwa  pengisian belum dilakukan.

Baca Juga: Usulan Anggaran Pemilu Alami Penurunan

Terhadap persoalan ini, biasanya pihak SPBU langsung mengontak Pertamina untuk melakukan pengecekan melalui sistim dan ddapatkan kendaraan tersebut telah melakukan pengisian pada SPBU yang berbeda, yang ditindaklanjuti dengan pemeriksaan terhadap CCTV yang ada di lingkungan SPBU.

Selain itu, adanya pemalsuan nomor polisi juga menjadi salah satu yang menyebabkan habisnya kuota BBM bersubsidi yang menggunakan barcode dan terdapat beberapa kasus, dimana ada kendaraan dengan nomor polisi yang sama melakukan pengisian BBM pada dua mobil yang berbeda dengan menggunakan barcode yang sama.

“Ada juga pemalsuan nomor polisi juga terjadi, jadi ada nomor polisi yang sudah terpakai kita cek, ternyata sudah lakukan pengisian di salah satu SPBU,” bebernya.

Masalah lain yang menjadi pemicu persoalan barcode berkaitan beralihnya kepemilikan mobil, sebab barcode akan terekam dengan data pemilik mobil yang lama, sedangkan pemilik yang baru tidak dapat menggunakan barcode, termasuk dengan adanya sopir kendaraan yang berganti-ganti.

Angga menegaskan, untuk mengatasi persoalan ini maka supir harus melakukan reset barcode dengan cara mengunjungi laman Pertamina dan memasukan email serta password, sehingga pengguna kendaraan yang lama tidak dapat menggunakan barcode tersebut lagi.

“Secara spesifik barcode di pegang oleh yang melakukan reset melalui akun, maka yang lama tidak berlaku lagi,” jelasnya.(S-20)