MENURUT Kementerian Kelautan dan Perikanan, dari 17.508 pulau yang tersebar di jazirah kepulauan Nusantara, kurang dari 12,86% saja yang dihuni. Artinya, ada 15,337 pulau yang tidak dihuni dan harus dikelola dan dimanfaatkan bagi pembangunan berkelanjutan masyarakat pesisir Nusantara. Untuk itu, strategi pengelolaan pulau-pulau (insulaires) harus mengandalkan sinergitas penta-helix, yakni pemerintah, swasta, masyarakat, akademisi, dan media melalui pendekatan competitive intelligence (intelijen kompetitif) atau secara bebas diartikan sebagai mawas daya saing daerah Kepulauan.

Seperti kita pahami bersama, di Indonesia terdapat 8 provinsi dan 85 kabupaten/kota memiliki karakter daerah kepulauan dan pesisir pantai. Intelijen kompetitif adalah bidang ilmu terapan yang belum banyak berkembang di Indonesia. Intelijen kompetitif mencakup konsep, metode, dan juga perangkat untuk mengolah data dan informasi guna menghasilkan pengetahuan baru yang mutakhir dengan nilai kritikal dan strategis penting untuk ditindaklanjuti. Kuncinya ialah pengumpulan infor­masi, pemrosesan dan analisis yang dapat digu­nakan mengintegrasikan ide dan pemikiran maju, yang berguna bagi pengguna, seperti para pengusaha, perusahaan, laboratorium penelitian, universitas, pemimpin politik dan pemerintah. Intinya, intelijen kompetitif daerah kepulauan harus dapat memetakan dengan basis data potensi sumber daya hayati dan nonhayati pulau-pulau tidak berpenghuni, sebagai modal kita dalam mengelola dan membangun secara berkelanjutan. Sebagai contoh, sirih (Piper betle) ialah flora endemik di Kepulauan Riau yang terdiri atas 2.408 pulau, yakni 2014 pulaunya tidak berpenghuni. Tanam­an ini memiliki khasiat medisinal yang banyak serta dilaporkan mengandung protein, sodium, vitamin A, vitamin B1, dan lain sebagainya.

Saat ini pemanfaatan daun sirih sampai kepada produk turunan tingkat lanjut, tidak menjadi kebija­kan strategis pemerintah daerah mengembangkan potensi lokusnya. Belum lagi, keanekaragaman hayati lautnya, ada banyak spesies baik hewan, tanaman ataupun mikroorganisme, seperti bakteri dan kapang yang memiliki potensi bioprospeksi kelautan untuk farmasi bahari dan pangan fungsional. Thus, intelijen kompetitif dapat menjadi platform untuk menentukan komoditas-komoditas apa yang dapat menjadi unggukan daerah sehingga dapat memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian daerah. Memperkuat Keberhasilan penerapan mawas daya saing ini akan mendorong perkembangan pengetahuan baru dan memperkuat kohesi sosial dan pada akhirnya bermuara menciptakan ketahanan nasional dan regional. Diadaptasi dari Dou et al. (2002), upaya intelijen kompetitif daerah kepulauan dimulai dari visi suatu entitas, seperti institusi, perusahaan ataupun pemangku kebijakan.

Pada daerah kepulauan, kita dapat mengadaptasi pendekatan mawas daya saing, yakni inisiasinya harus digagas oleh pemerin­tah daerah kepulauan. Metode dan perangkat intelijen kompetitif akan menyediakan cara dengan mengakusisi data dan informasi dari literatur ilmiah dan teknis (analisis sumber informasi), serta mencari cara atau strategi dalam mendapatkan informasi untuk membantu menganalisis informasi yang ada secara terus-menerus dalam suatu manajemen informasi sehingga para ahli dapat menilai kekuatan, kelemahan, kesempatan dan kendala (analisis SWOT) sehingga dapat menelurkan rekomendasi strategis kepada  pengambil keputusan. Praktik intelijen kompetitif sebenarnya telah banyak diterapkan dalam pengembangan berbagai bentuk perusahaan, yakni kompetisi yang didasari peman­faatan mawas daya saing, mendorong perkemba­ng­an ekonomi kawasan (intelijen ekonomi wilayah) terutama dengan lokus hinterland di daerah kontinental, hanya sementara lokus bahari untuk daerah pulau-pulau kecil belum banyak disentuh. Tingkat kerumitan Sederhananya, saat ini sebagian besar informasi tersedia, termasuk berbagai database yang tersedia dengan biaya yang sangat rendah (atau bahkan gratis) sebagai gambaran data dan informasi dapat didapat dari berbagai sumber seperti. (i).

Database ilmiah misalnya Google Scholar atau database disertasi, Web of Science, Scopus dll. Data ini berguna saat orientasi/tren baru muncul atau saat kita mencari pakar ilmiah dalam satu domain. (ii). Database standar seperti Oracle, Afnor, dan Standar Amerika. (iii). Database teknis berupa basis data pa­tent yang menyediakan tren dalam teknologi, serta nama per­usahaan utama. (iv). Blog dari para ahli. Seringkali kelompok ahli atau pakar individual mengembangkan blog sebagai wahana komunikasi dan diskusi. (v). Surat kabar, sebagian besar surat kabar menawarkan sebagian dari artikel mereka di Internet. Ini juga merupakan sumber informasi.

Baca Juga: Presiden Tiga Periode: Runtuhnya Pondasi Reformasi

Dalam bidang ini perlu dibuat perbedaan antara surat kabar teknis atau khusus, dan surat kabar umum. (vi). Database khusus. Database tersebut untuk sebagian besar dari mereka ialah komersial contohnya adalah Weldasearch (pengelasan), Abstrak Kimia (Kimia), Paperchem (kertas) dll. Secara teknis, platform mawas daya saing daerah kepulauan dapat digawangi tim kecil (think-tanks) kepala daerah, yang terdiri dari orang-orang yang dapat mengambil dan menganalisis informasi sesuai dengan visi pengembangan dari aspek teknikal, riset dan teknologi serta prospek bisnis. Mereka akan dibantu oleh seke­lompok ahli dari komponen penta-helix yang memungkinkan institusi, universitas, badan-badan daerah, untuk menentukan visi pengembang­an mana yang ingin mereka perkuat sesuai dengan kompetensi dan sumber daya lokal. Intelijen kompetitif daerah kepulauan harus menggunakan informasi yang benar dan sistematis untuk memahami perkem­bangan dan tren teknologi dan aplikasi baru di dunia karena sebagian besar informasi tersedia dari internet, metode ini sangat cocok untuk individu, laboratorium, lembaga yang ingin mempertahankan keahlian tingkat tinggi di berbagai bidang.

Pada era revolusi 4.0 yang ber­gerak cepat, kendala tak terduga dapat terjadi, teknologi dapat berubah, pendatang baru di berbagai bidang dapat muncul sehingga kesulitan akan menghadirkan disruptif  yang berbeda. Pada saat yang sama, karena segala sesuatunya bergerak cepat, peluang baru akan muncul. Yang pasti tidak boleh ada lagi cerita seperti Sipadan dan Ligitan jika kita mampu menyiapkan ­upaya pemanfaatan pulau-pulau tidak berpenghuni kita lewat keha­diran agen-agen intelijen kompetitif daerah kepulauan, yakni RUU yang diinisiasi DPD RI sudah masuk dapur Prolegnas 2021.( Agung Dhamar Syakti  , Rektor Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, Ketua Umum Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia)