AMBON, Siwalimanews – Pentas seni yang digelar  sektor El-Roi jemaat GPM Nehemia dalam rangka memperingati HUT Gereja Protestan Maluku ke-88 dan Kota Ambon ke-448 merupakan bentuk pendidikan karakter.

Sebagai generasi muda gereja dan tulang punggung gereja dan bangsa, menampilkan bakat dan ketrampilan dalam bentuk seni sebagainya supaya dapat mencintai kebudayaan daerah.

“Pentas seni yang digelar ini merupakan bentuk pendidikan karakter yang diimplementasi dalam berbagai kegiatan pendidikan sekaligus mempersiapkan mempersiapkan generasi muda gereja menatap generasi emas tahun 2045,” kata Ketua Majelis Jemaat GPM Nehemia, pendeta WJ, Liklikwatil yang berlangsung Baileo Oikumene Sabtu (9/9).

Dalam kegiatan ini ia juga ber­-harap generasi muda dapat men­jaga stabilitas seni dan budaya dalam tantangan perkembangan zaman.

Ditempat yang sama Penjabat Walikota Ambon Bodewin Wattimena mengatakan sebagai bentuk perwujudan Ambon par semua, tidak ada pilih pilih, harus berlaku adil bagi semua.

Baca Juga: Usia 448 tak Mudah, Bodewin Sukses Bangun Ambon

Ia juga mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudara yang telah memberikan waktu, tenaga bahkan perhatian untuk menciptakan sebuah pertunjukan dengan luar biasa. “Saya yakini pasti sangat luar biasa,” ujarnya.

Melalui pentas seni ini, lanjutnya dapat merenungkan nilai-nilai yang sangat penting dalam kehidupan, belajar tentang keberanian tampil didepan publik, ketekunan dalam melatih bakat.

“Kerja tim yang solid dalam menghasilkan sebuah pertunjukan yang hebat. Semua nilai-nilai tersebut adalah bagian penting dari pembentukan karakter yang akan membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik di masa depan teristimewa, katanya.

Untuk itu ia mengajak untuk semua masyarakat bersatu dalam persatuan meski muncul dari latar belakang yang berbeda-beda.

“Kita adalah komunitas yang kuat yang terdiri dari berbagai latar belakang budaya keahlian, namun kita bersatu dalam tujuan yang sama yaitu menciptakan generasi masa depan gereja dan Kota Am­-bon yang lebih baik,” tegasnya.

Lebih lanjut katanya dari data yang ada jumlah pemain ukulele di Ambon sekitar 5000-6000 orang.

Ia mengaku senang karena anak-anak lebih memilih berlatih ukulele dan meninggalkan kesibukan main handphone atau gadget.

“Ini mesti terus kita jaga baik-baik sebab jika tidak mereka bisa terjerumus dalam arus digitalisasi yang sementara kita hadapi saat ini,” harapnya.

Oleh karena itu lewat kegiatan-kegiatan SMTPI ini sebagai cara memberikan ruang supaya anak-anak terus dididik, minimal karakter mereka, mental mereka dan etika mereka bisa bentuk dari kecil.

“Tadi bagi anak-anak PAUD meski masih usia 3 sampai 4 tahun mereka sudah bisa bernyanyi lagu lestarikan Kota Ambon dengan sangat baik, bayangkan itu masih 3 sampai 4 tahun,” ujarnya. (S-26)