Pengalaman Covid-19 di AS, Analisis untuk Indonesia
CENTER for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat ialah badan yang bertanggung jawab mengendalikan penyakit di negara adi daya itu. Dari kantor pusatnya di Kota Atlanta, CDC Amerika juga ikut dalam penanganan masalah kesehatan di berbagai belahan dunia, antara lain, melalui Center of Global Health mereka, yang ketika saya berkunjung ke sana beberapa tahun yang lalu center ini punya 1.800 staf, 300 di antaranya ditempatkan di 55 negara di luar Amerika Serikat. Di kantor CDC di Atlanta itu, juga ada emergency operation center (EOC), yang menangani masalah kesehatan secara terpadu, dalam satu ruangan amat besar dilengkapi layar monitor raksasa, serta puluhan komputer yang secara real time menyajikan data berbagai masalah kesehatan di Amerika, dan juga di dunia.
Kita di Indonesia, tentunya juga memiliki ruang monitor penyakit seperti ini, yang diharapkan juga dapat menjangkau data seluruh pelosok nusantara secara real time pula dan selalu cepat dianalisis dengan cermat untuk mengambil keputusan publik yang tepat. Pada 28 Januari 2022, beberapa hari yang lalu, CDC menerbitkan artikel berjudul Trends in Disease Severity and Health Care Utilization During the Early Omicron Variant Period Compared with Previous SARS-CoV-2 High Transmission Periods — United States, December 2020–January 2022, yang membandingkan situasi omikron di Amerika jika dibandingkan dengan situasi mereka ketika menghadapai varian lain sejak akhir tahun 2020. Data yang disajikan rinci, dapat kita jadikan sebagai semacam analisis benchmark tentang bagaimana situasi omikron di negara kita, di hari-hari mendatang, serta bagaimana antisipasinya. Tentu, kecenderungan yang akan terjadi di negara kita, bisa saja sama dengan di Amerika Serikat, atau bisa juga amat berbeda. Namun, pengalaman yang dipublikasikan ini amat baik untuk dikaji. Varian omikron bermula di Amerika Serikat 1 Desember 2021, dan menyebar secara cepat. Pada 15 Januari 2022 diumumkan maka 99.5% spesimen sekuen di negara itu adalah omikron, jadi sudah mendominasi negara itu. Kita mengetahui bahwa kasus pertama omikron di negara kita ialah pada 16 Desember 2021, dan akan baik kalau sekarang juga disampaikan luas ke publik tentang sudah berapa persen dominasi omikron di antara varian-varian lain yang masih ada dinegara kita. Informasi seperti ini penting agar masyarakat memahami secara jelas tentang situasi yang kita hadapi dan dapat bersikap bijak menghadapinya.
Untuk membandingkan dampak omikron, dan varian lain, CDC menganalisis tiga sistem surveilans dengan menggunakan data raksasa yang mereka punyai. Pertama pada kurun 1 Desember 2020 sampai 28 Februari 2021, ketika ada gelombang peningkatan kasus di musim dingin 2020–2021. Kedua, pada periode 15 Juli sampai 31 Oktober 2021, yakni Amerika dihantam gelombang varian delta. Ketiga, pada periode 19 Desember 2021 sampai 15 Januari 2022, yang dominan ialah varian omikron. Ada tiga hasil penting yang didapat dari analisis perbandingan data ini, yaitu jumlah kasus, beban ke rumah sakit dan kematian. Ketiga hal ini dapat, dan perlu kita jadikan salah satu bahan kajian penting untuk analisis kemungkinan keadaan di negara kita beserta antisipasinya.
Jumlah kasus Pertama, hasil analisis CDC ini menunjukkan jumlah kasus yang tertinggi ialah ketika menghadapi omikron dibanding ketika mereka diserang varian delta dan juga ketika peningkatan kasus di musim dingin 2020-2021. Angka tertinggi kasus baru covid-19, rata-rata dalam 7 hari di Amerika Serikat terjadi ketika masa omikron ini, yaitu 798.976 kasus rata-rata harian pada periode 9 sampai 15 Januari 2022. Ini bisa dimengerti karena memang omikron lebih menular jika dibanding dengan varian-varian lainnya. Kasus harian rata-rata tertinggi akibat omikron di Amerika Serikat adalah 799.000 orang, dan angka ini lima kali lebih tinggi daripada rata-rata kasus harian tertinggi delta negara itu, yaitu 164.000 orang. Angka lima kali lipat lebih tinggi ini, tentu saja tidak dapat diterjemahkan langsung ke negara kita, yang pernah punya kasus harian tentinggi akibat delta sebanyak sekitar 50.000 orang. Tentu banyak faktor lain yang mungkin memengaruhi, tetapi setidaknya data nyata Amerika Serikat ini dapat jadi bahan analisis penting bagi para penentu kebijakan kita.
Beban rumah sakit Hal kedua, yang jadi penting di analisis ialah pembicaraan tentang omikron relatif lebih ‘ringan’ daripada varian delta. Namun, kenyatannya dampak ke pelayanan kesehatan di Amerika ternyata lebih besar daripada ketika varian delta melanda. Kunjungan pasien ke instalasi gawat darurat (IGD) atau emergency department -ED pada saat omikron ialah 48.238, dan masuk yang masuk rawat inap di rumah sakit ialah 21.586. Pada masa menangani varian omikron di Amerika Serikat, beban rawat inap di rumah sakit ialah 3,4 poin persentase lebih tinggi dari pada waktu menangani di musim dingin 2020-2021, dan bahkan 7,2 poin persentase lebih tinggi daripada ketika mereka menangani varian delta. Jadi, beban ke pelayanan rumah sakit untuk omikron memang tetap tinggi, bukan karena tingkat beratnya pernyakit, tetapi karena jumlah total kasus jauh lebih tinggi. Karena itu, walaupun persentase yang harus masuk rumah sakit lebih rendah dari delta, angka mutlaknya tetap saja tinggi. Di sisi lain, perawatan ICU tidaklah terlalu meningkat, hanya naik sekitar 1,2 poin persentase jika dibandingkan ketika mereka menangani varian delta tahun yang lalu.
Baca Juga: Presidensi G-20 Indonesia Pimpin Pemulihan Covid-19Secara umum, angka rata-rata harian masuk rumah sakit di Amerika Serikat karena varian omikron adalah 22.000, dan ini 1,8 kali lebih tinggi daripada angka rata-rata harian masuk rumah sakit karena varian delta, yaitu 12.000. Ini sekali lagi menunjukkan, walaupun secara umum omikron memang lebih ringan, tetapi karena total kasusnya tinggi, yang harus masuk rumah sakit juga jadi sangat banyak. Beban rumah sakit di Amerika Serikat ini tentu amat perlu kita antisipasi di negara kita. Khususnya, melihat pengalaman yang cukup tragis pada sekitar Juni dan Juli tahun yang lalu. Mudah-mudah hal seperti tahun lalu tidak sampai terjadi lagi, dan untuk itu simulasi lapangan dan juga table top exercise tentu baik dilakukan secara rutin dari waktu ke waktu. Selain tentu, kesiapan kita di lima hal, ketersediaan tempat tidur dan ruang rawat, obat dan alat kesehatan, sistem pelayanan di RS yang efisien dan aman, sistem rujukan dan yang paling penting ialah tenaga kesehatan. Kematian Hal ke tiga yang didapat dari analisis CDC ini ialah bahwa angka rata-rata kematian harian tertinggi dalam seminggu pada periode varian omikron yang 1.854, ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan masa mereka menangani varian delta.
Walaupun angka kematian lebih rendah, angka jumlah yang meninggal tetap saja substansial. Apalagi, kalau diingat bahwa seseorang yang meninggal tidak bisa tergantikan dengan apa pun juga. Data lain pada kasus yang masuk di 199 rumah sakit di Amerika Serikat ketika masa omikron, lama rawat di rumah sakit, persentase masuk ICU, persentase penggunaan ventilator mekanik dan angka kematian di rumah sakit, memang lebih rendah pada omikron jika dibandingkan dengan pada saat menangani varian delta. Jumlah kasus covid-19 kita terus meningkat. Kasus harian sudah lebih dari enam belas ribu orang. Padahal, sebelumnya pernah di angka sekitar seratus orang saja sehari, jadi sudah naik 150 kali lipat. Analisis yang tepat tentang kecenderungan di hari-hari mendatang, persiapan dan antisipasi mitigasi yang matang, dan kesiapan masyarakat merupakan faktor penting yang kita perlukan di hari-hari sekarang ini. oleh: Tjandra Yoga Aditama Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, Guru Besar FKUI Mantan Direktur WHO Asia Tenggara dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes
Tinggalkan Balasan