Pegunungan SBB Minim Pendidikan
Wilayah pegunungan Seram Bagian Barat (SBB) masih terisolasi. Meski kabupaten itu sudah berusia 17 tahun setelah dimekarkan dari Maluku Tengah kabupaten induk, namun tingkat pendidikannya masih rendah.
Minimnya pendidikan di SBB lantaran akses menuju suatu wilayah ke wilayah lain sangat sulit. Disisi lain, letak geografis yang bergunung dan banyak sungai menjadi faktor penghambat aksesibilitas. Sehingga berdampak kepada tingkat pendidikan di kabupaten itu.
Jangankan di pegunungan, wilayah-wilayah di pesisir pun belum sepenuhnya dijangkau. Kehadiran guru dan sekolah belum menjawab kebutuhan dunia pendidikan di kabupaten julukan Saka Mese Nusa tersebut.
Untuk menjangkau suatu wilayah saja, harus melewati perjalanan panjang dan hutan belantara. Belum lagi akses jalan dan jembatan yang masih minim. Di wilayah pegunungan, masyarakat masih merintih. Infrastruktur jalan belum semuanya dinikmati masyarakat pegunungan SBB.
Anak-anak yang bersekolah di pegunungan harus menerima nasib, lantaran guru jarang masuk sekolah. Tidak sedikit guru yang mau mengabdi di wilayah pegunungan. Medan yang sulit ditambah tidak ada jaringan telekomunikasi mengakibatkan tenaga guru minim di sana.
Baca Juga: Menunggu Realisasi Bonus PONPadahal, semangat anak-anak di wilayah pegunungan cukup tinggi dalam menimbah ilmu. Hal ini dibuktikan dengan kerelahan mereka turun gunung melewati hutan belantara untuk bersekolah.
Potret anak-anak sekolah di pegunungan seperti di Negeri Niniari sangat memprihatinkan. Untuk menjangkau negeri adat ini, butuh perjalanan ratusan kilo dari Kota Piru ibukota Kabupaten SBB.
Pegunungan SBB menanti kepedulian dan perhatian seluruh anak bangsa. Sebagai bentuk jawaban atas kebutuhan pendidikan di sana, Danrem 151/Binaiya, Brigjen TNI Arnold Ritiauw relah naik gunung menjangkau negeri adat Niniari.
Tidak hanya Danrem 151/Binaiya, melainkan ikut juga Ketua MPH Sinode GPM, Elifas Maspaitella. Kehadiran dua tokoh Maluku ini untuk meresmikan walang belajar. Mereka disambut baik masyarakat di sana. Siswa-sisiwi menyapa dan menyambut dengan tarian lenso dan cakalele.
Danrem mengaku dengan adanya walang balajar, dapat bermanfaat bagi anak anak sekolah khususnya sekolah dasar (SD) dengan harapan mereka lebih semangat dalam belajar, walaupun berada di wilayah pegunungan dan juga belum ada sinyal internet.
Menurutnya, kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian Kodam XVl/Pattimura, Korem 151/Binaiya dan MPH Sinode GPM dalam upaya mencerdaskan anak bangsa, sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945 serta meningkatkan rasa persaudaraan dan mewujudkan kemanunggalan TNI dengan rakyat.
Apapun kesulitan rakyat, maka sebisa mungkin TNI-AD akan membantu mencari jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi, biar terpencil di pegunungan, tapi harus pintar. Pada kesempatan tersebut Danrem 151/Binaiya menyerahkan bantuan berupa TV, tas sekolah, buku pelajaran, buku tulis, pensil dan bulpen untuk anak-anak sekolah.
Kita berharap, Pemkab SBB segera membuka akses jalan di wilayah pegunungan agar kebutuhan masyarakat dapat terjawab terutama sektor pendidikan dan kesehatan. (**)
Tinggalkan Balasan