AMBON, Siwalimanews – Tanda-tanda Golkar bakal pecah di MBD mulai terlihat. Pengurus dan kader kecewa berat, lantaran Desianus alias Odie Orno dicam­pakan begitu saja.

Odie Orno yang awalnya direko­mendasikan oleh Golkar sebagai calon bupati berpasangan dengan Ketua DPD Golkar Kabupaten MBD, Bastian Petrusz, sudah tak lagi dihitung dalam pentas pilkada. Bastian diam-diam melakukan ma­nuver. Ia mendekati Nikolas Kili­kily, calon bupati dari Gerindra agar bisa menjadi penamping Nikolas.

Langkah politik Bastian mem­buat pengurus Golkar MBD berang. Bastian dinilai bermain diluar me­kanisme Golkar. Sebab, calon bu­pati yang diputuskan Golkar adalah Odie Orno, bukan Nikolas Kilikily.

“Beta mesti sampaikan saat ini di Golkar Kabupaten MBD benar-benar tidak solid, internalnya se­mentara kacau, sebab  Ketua DPD Golkar melakukan manuver politik  tidak sesuai dengan mekanisme di partai dengan melakukan ko­munikasi secara personal,” tandas Wakil Ketua Bidang Keanggotaan dan Organisasi DPD Golkar Kabu­paten MBD, Jefry Reihiraky, kepada Siwalima, Kamis (23/7).

Reihiraky memastikan jika Ge­rindra dan Golkar berkoalisi meng­usung Nikolas Kilikily-Bastian Petrusz tanpa melalui mekanisme seperti saat mengusung Odie Orno-Bastian Petrusz maka akan memicu keretakan di internal Gol­kar MBD. “Oh iya itu pasti,” tegasnya.

Baca Juga: Jika Terjadi, Koalisi Golkar-Gerindra tak Mengakar

Sikap berbeda disampaikan Wakil Ketua Bidang Sosial dan Keagamaan DPD Golkar MBD, Buce Yermias. Dia yakin Golkar MBD tetap solid, kendati dinamika politik yang terjadi saat ini cukup tajam. “Kami yakin tidak terjadi per­pecahan di internal Golkar, tidak,” tandas Buce, kepada Siwalima, Sabtu (25/7).

Walaupun optimis solid, tetapi Buce ragu jika Nikolas Kilikily-Bastian Petrusz diusung Gerindra dan Golkar dapat memenangi pil­kada pada Desember mendatang.

Buce blak-blakan mengungkap­kan, tingkat elektabilitas Bastian sangat rendah. Belum lagi Nikolas Kilikily yang punya pengalaman kalah dalam pilkada lima tahun lalu.

“Terkait dengan figur Ketua DPD Golkar MBD elektabilitasnya sangat rendah, yang kemudian jika disan­dingkan dengan Nikolas Kilikily yang bukan pendatang baru karena sudah bertarung lima tahun lalu, justru akan sulit untuk meme­nangkan pilkada,” ujarnya.

Buce kembali membeberkan fakta, kalau Bastian Petrusz yang sudah menjadi anggota DPRD MBD tiga periode hanya memiliki basis suara pada lima desa, yaitu di Pulau Moa dan Leti. Sehingga akan sangat sulit untuk mendo­ng­krak kemenangan bagi pasangan Gerindra dan Golkar.

“Soal pak Niko sudah disam­paikan teruji, tetapi Bastian Petrusz yang selama ini hanya memiliki basis suara di lima desa sehingga dari sisi calon wakil sangat diragu­kan,” tandasnya.

Lanjut Buce,  keluarga besar Bastian Petrusz yang berada di Pulau Kisar sudah pasti berpihak kepada petahana Benyamin Thomas Noach.

“Keluarga Petrus yang ada di Kisar dari dulu itu PDIP, sehingga agak sulit. Jadi di dalam lingku­ngan keluarga saja sudah sete­ngah mati untuk meraih dukungan suara, bisa-bisa di Kisar hitungan jari saja tidak sampai,” katanya.

Buce malah lebih setuju jika Nikolas Kilikily dan Onisimus Septory yang diusung Golkar dan Gerindra. Dia mengklaim pasa­ngan ini lebih direstui masyarakat kalangan bawah.

Malah Buce mengungkapkan, sejak awal Ketua DPD Golkar Ma­luku, Ramly Umasugi sendiri yang telah membawa Nikolas Kilikily dan Onisimus Septory untuk diperke­nal­kan kepada petinggi-petinggi Golkar di Jakarta. Olehnya, dia me­nyarankan Golkar mengusung pasangan ini,  dari pada malu.

“Dari pada Golkar malu di pilkada MBD jalan terbaik kembali ke awal, dimana ketua DPD Maluku sendiri telah membawa Nikolas Kilikily dan Onisimus Septory kepada peti­nggi-petinggi partai di Jakarta. Jadi suara rakyat mestinya didengar,” tegasnya.

Ditanya soal kekuatan Odie Orno dan massa pendukungnya, Buce mengatakan Odie adalah seorang ASN, dan belum punya penga­laman bertarung dalam perhelatan politik, karena itu sulit untuk menyatakan bahwa ia memiliki basis riil.

Euforia yang dibangun saat ini, kata dia, kekuatan Odie Orno dan kakaknya Barnabas Orno bisa ber­pengaruh dan bisa dijadikan baro­m­eter untuk memenangkan pilka­da. Padahal faktanya tidak demi­kian. “Ini kan namanya berlindung di bawah ketiak,” ujar Buce.

Kalangan akademisi juga me­nangkap akan terjadinya perpeca­han di tubuh Golkar, jika Odie Orno disingkirkan.

Akademisi Fisip Unpatti, Mochtar Nepa-Nepa mengatakan, kader Golkar selama ini berjuang sejak awal untuk merekomendasikan Odie Orno-Bastian Petrusz. Jika keputusan DPP berubah, tanpa mendengarkan aspirasi akar rumput, akan terjadi perpecahan di internal partai.

“Imbas politiknya akan terjadi juga perpecahan internal partai, sebab aspirasi dari bawah jauh lebih kuat akar politiknya ketimbang kepentingan DPP Pusat,” kata Mochtar, Minggu (26/7).

Mochtar khawatir muncul friksi antara kelompok pro Ordie Orno dan Bastian Petrusz, dengan ke­lompok yang mendukung pasa­ngan lain, hasil kompromi elit Gerindra dan Golkar, dan yang paling dirugikan yaitu massa pendukung Golkar.

“Pergeseran massa akan terjadi jika rekomendasi kemudian diberi­kan selain kepada pasangan saat ini,” ujarnya.

Akademisi Fisip UKIM, Rido Latuheru mengatakan, sebelum mengeluarkan keputusan seha­rusnya DPP Gerindra dan Golkar menyerap aspirasi akar rumput. Kalau tidak, perpecahan internal akan terjadi.

Walaupun dalam asas berpolitik, kata Rido, semua kader partai wajib hukum patuh terhadap kepu­tusan partai, namun sering berbe­da di lapangan. Bisa saja, kala­ngan akar rumput memiliki peni­laian yang berbeda.

“Kondisi ini akan sangat meng­ganggu aras kerja di kalangan grass root. Bagaimana pun juga dinamika politik tidak dapat ditebak. Artinya ketika aras partai mendukung kandidat tertentu, tetapi aras grass root bisa terjadi mendukung yang lain,” tuturnya.

Olehnya itu, kata Rido, apapun keputusan politik yang diambil harus dapat dikonsolidasikan de­ngan baik. Kalau tidak, perpecahan pasti terjadi di internal Golkar. (Cr-2)