AMBON, siwalimanews – Belum ada keputusan final, apa­kah Golkar dan Gerindra berkoalisi di pilkada MTB atauk tidak. Tetapi jika terjadi, akan berdampak pada soliditas mesin partai.

Koalisi Golkar dan Gerindra akan rapuh. Sebab, koalisi hanya terjadi  pada tataran elit partai. Resistensi terjadi pada aras bawah kedua partai. Tak mudah mereka mene­ri­ma keputusan elit partai yang sama sekali tidak mempertimbangan aspirasi aras bawah.

Keputusan elit partai yang me­nutup mata dan telinga dari suara aras bawah, pasti akan berdampak pada kerja mesin partai untuk memenangkan pasangan calon yang diusung.

Mungkin saja sikap para elit Gerindra dan Golkar biasa-biasa saja. Tetapi pasangan calon yang di­usung akan menerima dampaknya. Kemenangan jangan lagi dimimpikan.

Sebelum diputuskan berkoalisi, ada baiknya kaji dengan matang. Dengar apa keinginan aras bawah.

Baca Juga: Sebaiknya Gerindra Tinggalkan Golkar

Wakil Ketua Bidang Keanggo­taan dan Organiasi DPD Golkar Ka­bupaten MBD, Jefry Reihiraky me­negaskan, rekomendasi Golkar yang dikeluarkan kepada pasa­ngan calon Desianus alias Odie Orno dan Bastian Petrusz telah melalui mekanisme partai. Mulai dari penjaringan, kemudian dibawa ke DPD I hingga berlanjut ke DPP.

“Rekomendasi yang dikeluarkan kepada kandidat Odie Orno dan Bastian Petrus benar-benar telah melalui mekanisme perekrutan yang dilakukan oleh tim penjari­ngan sampai dibawa ke DPD provinsi dan DPP,” kata Reihiraky, kepada Siwalima, melalui telepon selulernya, Kamis (23/7).

Reihiraky mengaku, mendengar kalau Golkar lagi mendekati Gerin­dra untuk berkoalisi. Tetapi posisi calon bupati ditempati Gerindra, Nikolas Kilikily. Sementara Ketua DPD Golkar MBD, Bastian Petrusz pada posisi wakil. Tak masalah, tapi perubahan arah politik jangan hanya berada di tataran elit. Tetapi juga harus melibatkan pengurus di aras bawah.

“Sebagai kader partai kami tetap taat pada keputusan DPP, tetapi harus ada tahapan  dan mekanis­me yang mestinya dipakai sebagai ukuran seperti proses Odie Orno dan Bastian Petrusz,” ujarnya.

Reihiraky mengaku, internal Golkar MBD saat ini tidak solid, menyusul manuver Ketua DPD, Bastian Petrusz. Bastian ‘main’ sendiri, tanpa melibatkan pengu­rus partai di MBD.

“Beta mesti sampaikan saat ini di Golkar Kabupaten MBD benar-benar tidak solid, internalnya se­mentara kacau, sebab  Ketua DPD Golkar melakukan manuver politik  tidak sesuai dengan mekanisme di partai dengan melakukan ko­munikasi secara personal  ke DPD  Maluku dan DPP,” tandasnya.

Reihiraky memastikan jika Ge­rindra dan Golkar berkoalisi meng­usung Nikolas Kilikily-Bastian Petrusz tanpa melalui mekanisme seperti saat mengusung Odie Orno-Bastian Petrusz maka akan memicu keretakan di internal Golkar MBD.  “Oh iya itu pasti,” tegasnya.

Sementara Wakil Ketua Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan DPC Gerindra MBD, Kilyon Yesri Maularak mengatakan, pihaknya tetap akan menundukung apapun yang menjadi keputusan DPP. “Soal itu kan wewenang DPP dan selaku kader kami mendu­kung,” ujarnya.

Maularak mengaku, belum me­ngetahui jika Gerindra akan ber­koalisi dengan Golkar. Kalaupun hal itu terjadi, maka Gerindra MBD tetap akan mengamankan keputu­san itu.

Menyikapi dinamika yang terjadi di Golkar da Gerindra, Akademisi Fisip Unpatti, Victor Ruhunlela mengatakan, dalam pengambilan keputusan DPP harus memper­timbangkan kehendak level bawah.

“DPP harus melakukan kajian untuk melihat dan mendengar apa yang menjadi kehendak dari partai pada level bawah,” ujarnya.

Menurut Ruhunlela, jika ada ketidaksesuaian antara kehendak partai pada level bawah dengan keputusan DPP akan menganggu konsentrasi dan soliditas pengu­rus partai di level bawah.

“Ketika terjadi pergeseran rekomendasi maka elit partai di DPP tidak akan merasa terganggu, yang terganggu pengurus partai di level bawah,” tandasnya.

Lanjutnya, padahal  yang akan me­ngembalikan kepercayaan masya­rakat bukanlah DPP maupun DPD, tetapi pengurus di level bawah.

“Sudah pasti soliditas akan ikut pecah, sehingga sangat tergan­tung kepada figur yang nanti di­percayakan sebagai kandidat untuk mampu mempengaruhi akar rum­put, wa­laupun untuk mengembali­kan per­pecahan itu 100 persen sangat mustahil,” Ruhunlela. (Cr-2)