Pemerintah Seram Bagian Timur menggelar festival tnas bahasa ibu dalam rangka melestarikan kearifan lokal yang ada di Bumi Ita Wotu Nusa.

Festival Tunas Bahasa Ibu tersebut dalam rangka untuk revitalisasi bahasa daerah melibatkan beberapa sekolah di tingkat dasar maupun menengah.

“Bahasa ibu merupakan kekayaan budaya dan warisan leluhur yang harus dilestarikan karena merupakan identitas dan menjadi tonggak keberagaman budaya yang dimiliki oleh masyarakat di daerah ini,” kata bupati dalam sambutan yang dibacakan Wakil Bupati Idris Rumalutur ketika membuka Festival Tunas Bahasa Ibu, di Kota Bula, Selasa (7/11).

Dikatakan dalam perlindungan bahasa daerah di Indonesia merupakan salah satu amanat konstitusi.

Berdasarkan pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menyatakan negara untuk menghormati dan memelihara bahasa daerah sendiri sebagai kekayaan budaya nasional.

Baca Juga: Tari Maku-Maku Raih Rekor MURI

“Saya harap festival ini dapat mengenang kembali warisan bahasa ibu atau Nini Minak Seran atau Seram yang menjadi bagian tak terpisahkan dan juga dari sejarah kehidupan masyarakat,” tegasnya.

Orang nomor satu di SBT juga mengapresiasi kegiatan yang digagas oleh Kantor Bahasa Provinsi Maluku, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Maluku serta Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga SBT.

“Kami mengapresiasikan dan sekaligus memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Kantor Bahasa Provinsi Maluku dan semua pihak yang telah bekerja keras dalam menyelenggarakan dan mensukseskan acara tersebut,” ujarnya.

Bupati juga berharap para peserta menjunjung sportifitas, semangat berjuang para generasi cerdas Ita Wotu Nusa yang dicintai bersama.

“Semoga melalui kegiatan ini untuk dapat melahirkan bagi generasi emas yang memahami dan mencintai warisan budayanya, tunas bahasa Ibu sebagai kebanggaan,” tandasnya.

Ditempat yang sama Kepala Kantor Bahasa Provinsi Maluku, Kity Karenisa menambahkan, berdasarkan data etnologi di dunia ini ada berjumlah 7.168 bahasa.

Di Indonesia memiliki 718 bahasa dan di Maluku mempunyai 70 bahasa daerah yang telah terdaftar oleh Kantor Bahasa Provinsi Maluku dan 62 bahasa ada pada peta bahasa di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

“Dari perhitungan lengkap dan dengan cara yang sama, angka ini mengalami penurunan. Bahkan tercatat bahwa ada bahasa yang punah atau tidak ada lagi penuturannya,” terang Kitty.

Untuk itu bahasa yang sekarang di revitalisasi di Kabupaten SBT ini adalah bahasa yang mempunyai cukup banyak nama yaitu Seran, Seram, Geser, Gorom, Geser-Gorom, Seran Laut dan Waru.

Tahun 2023, Kantor Bahasa Provinsi Maluku melakukan revitalisasi 5 bahasa daerah yaitu bahasa Buru di Buru, bahasa Kei di Malra, bahasa Yamdena di KKT, bahasa Tarangan Barat di Kepulauan Aru serta bahasa Seram atau Seran di Kabupaten SBT.

“Setiap kabupaten yang menjadi wilayah sasaran revitalisasi bahasa daerah akan terus bermitra menggalakan perlindungan dan pelestarian bahasa daerah, sampai daerah menemukan sendiri formula terbaik menjaga bahasanya dari kepunahan,” tandasnya.

Lanjutnya festival kebahasaan ini merupakan bagian dari tindakan dalam revitalisasi bahasa sebagaimana telah dinyatakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

“Dalam garis besar program perlindungan bahasa kegiatan ini pun merupakan bagian dari merdeka belajar episode ke-17,” tandasnya

Dia berharap kegiatan festival ini adalah tempat menunjukkan hasil pembelajaran ekstrakurikuler bahasa daerah, yang sudah dilakukan para guru kepada siswa bukan bersaing namun tujuannya adalah bahasa daerah dapat dilestarikan.

“Tujuan kita bukan untuk menang dalam bersaing dengan sekolah lain tetapi tujuan kita untuk menunjukkan bahwa bahasa daerah kita dapat dilestarikan, ucapnya. (S-27)