AMBON, Siwalimanews – Ketua Kosgoro Maluku Henri Toisutta mengutuk keras perbuatan oknum anggota TNI AL yang menganiaya warga Desa Latta serta melakukan pengrusakan terhadap atribut Natal di kawasan tersebut.

Tak hanya mengutuk, Kosgoro juga akan melaporkan perbuatan oknum-oknum tersebut ke Mabes TNI, sekaligus minta agar para oknum Marinir pembuat onar di Kota Ambon ini dipecat tidak dengan hormat, sebab telah menciderai tolernasi antar umat beragama di Provinsi Maluku.

“Saya minta seluruh oknum TNI AL yang memukul masyarakat dan merusak atribut Natal dipecat dan harus ditindak tegas, karena akan membangun bibit terorisme dan membuat intoleran di Maluku,”  tegas Toisuta kepada wartawan di Kantor Gubernur Maluku, Senin (14/12).

Menurutnya, para oknum ini dilaporkan ke Mabes TNI, karena telah mengganggu kehidupan toleransi umat beragama di Maluku.

”Saya memohon kepada Pak Presiden Jokowi untuk melihat hal ini, karena benteng terakhir masyarakat adalah TNI/Polri. Kalau Oknum TNI sudah berlaku sembarangan, kemudian menganiaya masyarakat dalam suasana yang membangun silaturahmi di Maluku, ini sangat-sangat mengganggu sekali,” tegas Toisuta.

Baca Juga: 1.200 Liter Sopi Dimusnahkan di Pelauw

Ia juga minta agar Komandan Lantamal IX Ambon harus mengambil tindakan tegas kepada oknum-oknum anggotanya, sebab telah merusak kedamaian hidup orang beragama di Maluku.  untuk itu tidak ada kata lain selain, oknum-oknum ini harus dipecat.

”Ini tidak bermoral, harus dipecat semuanya. Penegakan hukum harus tetap jalan dan kami minta Pangdam XVI Pattimura selaku pimpinan tertinggi TNI di Maluku harus memperhatikan hal ini,” cetusnya.

Ia menegaskan, semua masyarakat Indonesia berlindung dibawa undang-undang dan aturan mengamanatkan kalau TNI dan Polri adalah benteng terakhir untuk mengayomi masyarakat.

”Kalau ada oknum TNI berbuat begitu, ini ada apa? Mau perang dengan masyarakat, jangan seperti itu. Kami minta harus dipecat,” tegasnya.

Awal Kejadian

Sebelumnya diberitakan, sejumlah oknum anggota TNI-AL dari satuan Marinir, Minggu (13/12) sekitar pukul 01.30 WIT dini hari mengamuk dan menganiaya warga di Desa Latta, Kecamatan Baguala, Kota Ambon. Tak hanya menganiaya warga, namun mereka juga meru­saki pohon Natal yang dipasang warga.

Informasi yang diperoleh, peristiwa tak terpuji itu, berawal dari dua pria beram­but cepak dalam kondisi mabuk berat dengan me­ngen­darai sepeda motor dari arah Halong menuju Passo, tiba-tiba berhenti di depan Toko King. Di situ terdapat lima pemuda se­dang bermain game online. Tanpa banyak bicara, satu diantara dua orang itu mengeluarkan bogem ke salah satu pemuda Latta.

Melihat kawannya dipukul, para pemuda yang lain berhenti main game, lalu balik membalas pukulan pria tadi. Kemudian, kedua pria itu kabur menuju arah Halong, kawasan kompleks TNI-AL.

Para pemuda Latta mencium bau minuman keras dari kedua pria itu. Tak lama masuk ke kompleks TNI-AL, dua pria itu muncul lagi. Tapi kali ini membawa rekan-rekannya yang lain. Mereka memakai tiga sepeda motor sambil berboncengan.  Jumlah mereka sekitar delapan orang.

Mereka datang dan mengamuk. Mereka merusak beberapa pohon natal yang  berjejer di sisi kiri-kanan jalan, sambil mengeluarkan makian dan kata-kata provokatif berbau SARA.

Siapapun yang mereka temui, mereka langsung menganiaya. Ken­daraan yang lewat pun dihadang oleh mereka. Bahkan pengendara turut menjadi korban kebrutalan mereka.

Salah seorang ibu rumah tangga bernma Gritje mengutuk dan  menge­cam tindakan tidak terpuji delapan oknum anggota TNI-AL itu. Menu­rutnya, delapan oknum TNI-AL itu tidak pantas disebut tentara, karena perilakunya kepada masyarakat ibarat musuh.

“Saya kaget, karena ternyata ada tentara yang menjadikan rakyatnya seperti musuh. Tentara seperti itu tidak pantas. Coba perhadapkan dia dengan musuh, pasti lebih dulu dihabisi musuhnya. Beraninya ha­nya untuk rakyat. Pecundang tentara seperti itu,” tandas Ibu Gritje.

Menurut penuturan Gritje, dela­pan oknum anggota TNI-AL itu sempat menendang seorang ibu dan memukulnya di arah wajah hingga pecah bibir, lantaran tindakan brutal mereka direkam menggunakan kamera hanphone.

“Saya kasihan dengan ibu yang dianiaya oknum TNI-AL itu. Betul ibu yang bersangkutan merekam dengan kamera handphone, tapi kan beliau perempuan bisa dibilang baik-baik bukan langsung menandang dan pukul. Saya harap pimpinan dari oknum-oknum anggota TNI-AL ini menjatuhkan hukuman yang setimpal,” tegasnya.

Gritje mengaku, disaat warga Latta makin banyak keluar rumah menda­tangi TKP, kedelapan anggota Marinir itu melarikan diri masuk ke kompleks TNI-AL.

Sepeda motor yang digunakan dua pria yang berbau minuman keras tertinggal di TKP.  Sepeda motor bernomor polisi DE 4150  KB itu, lalu diantar warga Latta ke Polsek Baguala.

Petugas Polsek Teluk Baguala dan Provos Angkatan Laut tiba di tempat kejadian, sehingga suasana dapat ditenangkan.  Provos kemudian me­minta keterangan dari para saksi.

Warga Latta meminta pihak TNI-AL tegas dan memberikan sanksi ke­pada kedelapan anggota terse­but. Kedamaian yang selama ini di­jaga warga terusik dengan tindakan tidak terpuji mereka.

“Sejujurnya kata-kata provokasi berbau SARA yang dikeluarkan me­reka tidak membuat kami bergeming. Bagi kami, oknum-oknum anggota itu tidak waras. Kayanya ingin meman­cing emosi. Kasihan kami ini orang beragama dan tidak mau membuat sistuasi jadi kacau,” ujar salah satu warga.

TNI-AL Klaim Diserang

Pihak TNI-AL membantah menye­rang pemuda Latta. Menurut laporan kedelapan oknum anggota TNI-AL ke institusinya, justru para pemuda Latta yang menyerang mereka du­luan.

Hal itu disampaikan Kepala Pene­rangan TNI-AL, Mayor Marno ke­pada Siwalima melalui telepon selulernya, Minggu (13/12).

Menurut Marno, peristiwa itu berawal dari dua oknum anggota Marinir itu diserang pemuda Latta sampai babak beluar. Satu oknum marinir dianiaya hingga hidungnya patah.

“Benar ada kejadian itu tapi bukan anggota kami yang menyerang duluan. Para pemuda Latta itu yang serang anggota kami. Kasihan dari dua orang yang lebih dulu diserang salah satunya hidung patah. Itu lukanya dijahit tiga jahitan,” beber Marno.

Meskipun begitu, Marko menga­ku kasus ini langsung ditangani Polisi Milter TNI-AL (Pomal) dan Polsek Baguala. “Ya, kasusnya se­mentara ditangani Pomal dan Polsek Baguala,”  kata Marno.

Kapolsek Tutupi

Sementara Kapolsek Baguala, Iptu M Hutahaean menegaskan tidak ada penganiayaan yang dilakukan oknum anggota TNI-AL di Desa Latta. Padahal peristiwanya sudah viral di media sosial. Ia terkesan mau menutupi peristiwa itu.

“Siapa bilang ada kejadian. Anda jangan suka berikan informasi yang tidak benar ya. Tidak ada kejadian aniaya atau rusaki pohon Natal. Sembarangan aja,” ujar Hutahaean.

Namun ketika disinggung beri­tanya sudah viral di media sosial dan pihak TNI-AL mengaku ada sepeda motor yang ditahan Polsek Baguala, barulah Hutahaean mengakuinya.

“Jadi begini, Insiden tadi malam itu saya tegaskan tidak ada anggota Polri yang dianiaya. Memang benar ada insiden ya, tapi kita kesana untuk menenangkan warga supaya jangan ribut-ribut. Kalau menyangkut aniaya yang ada kaitan dengan oknum TNI-AL, kita tidak bisa intervensi masuk sampai ke TNI-AL,” ujar Hutahaean sambil menutup telepon seluelrnya. (S-32)