NAMLEA, Siwalimanews – Esias Nurlatu (40), Warga Desa Watimpuli, Kecamatan Lolongquba, Kabupaten Buru, ditemukan tewas di Gunung Kadianlahing dengan dua luka tombak dan terdapat banyak luka sayatan benda tajam di bagian kepala dan badan.

Kejadian pembunuhan ini sontak membikin heboh warga di Dataran Waeapo. Pasalnya dua bulan lalu, warga dari desa tersebut, Mantim­bang Nurlatu juga terlibat pembu­nuhan seorang warga dari desa lain bernama Manpapal Latbual.

Paur Humas Polres Pulau Buru, Aipda MYS Djamaluddin yang di­konfirmasi soal pembunuhan warga Desa Watimpuli membenarkannya.

Ketika ditanyakan apakah pembu­nuhan ini bermotif balas dendam, karena kejadian tersebut pernah ter­jadi di bulan Februari lalu, Djama­luddin menjelaskan, pihaknya belum bisa pastikan.

“Belum bisa kami pastikan, karena masih memeriksa para saksi,” katanya.

Menurut Djamaluddin, kasus  pem­bunuhan Elias Nurlatu itu terjadi di Gunung Kadianlahing Jalan Lin­tas menuju Desa Watimpuli, sekitar pukul 15.00 Wit, Sabtu (24/4). “Korban telah dibawa ke rumah sakit pada Sabtu tengah malam untuk diambil visum,”akui Aipda Djamaluddin, Minggu dini hari (25/4).

Walau kasusnya terjadi masih sore hari, polisi baru dikabari oleh Kepala Soa Watimpuli, Sinus Nur­latu beberapa jam setelah insiden itu.

Setelah mendapatkan laporan tersebut, Kapolsek Waeapo, Ipda Zainal dan anggotanya serta sejumlah  dibantu  anggota Resmob komoi 3 Yon A Pelopor Namlea langsung menuju TKP dan tiba pukul 20.30 wit.

Pukul 21.38 Wit kasat Reskrim Polres Pulau Buru, Iptu Hendri Dwi Ashari, bersama tim Buser dan Inafis Polres Pulau Buru juga tiba di TKP Pembunuhan untuk melakukan olah TKP dan dilakukan pemasangan police line.

Iptu Hendri bergerak cepat dengan mengumpulkan keterangan dari saksi-saksi. Usai olah TKP, korban langsung dibawa ke rumah sakit untuk divisum.

Polisi sudah mengantongi nama tiga  saksi kunci yang pertama kali mengetahui insiden pembunuhan itu, masing-masing MN, MNH dan MLN.

Dari TKP juga diamankan sejumlah barang bukti, antara lain dua buah mata tombak yang masih melekat di tubuh korban yang diduga milik pelaku, Dua buah gagang tombak (diduga milik pelaku), satu buah parang, Baju kaos warna biru dan celana pendek warna merah milik korban.

Selanjutnya, Aipda Djamaluddin lebih jauh menjelaskan, sebelum peristiwa naas itu terjadi, Elias Nurlatu bersama saksi MB, MNH dan MLN baru saja pulang belanja dari Dusun Mesayang, Desa Nafrua.

Saat Elias Nurlatu dan para saksi melintas di Gunung Kadianlahing hendak menuju Desa Watampuli. Ketiga rekannya berjalan di depan dan Elias berada di belakang sekitar 25 meter.

Tiba-tiba ketiganya dikejutkan dengan teriakan korban, sehingga spontan mereka menoleh (mene­ngok) ke belakang. “Ketiga saksi kunci ini menyaksikan ada tiga tujuh orang muncul dari balik tebing dan ada yang menombak Elias Nurlatu,” ujarnya.

Bukannya berbalik menolong Elias, tapi MN, MNH, dan MLN mengambil langkah seribu meninggalkan rekannya. Ketiganya berlari pulang ke Watimpuli lalu memberitahu warga.

Kemudian Kepala Soa Watampuli, Linus Nurlatu bersama masyarakat menuju ke TKP. Namun tujuh pelaku penyerang sudah tidak ada.

Sinus Nurlatu dan warganya melihat korban tergeletak di tepi jalan setapak dengan kondisi badan dan kepala bermandikan darah, akibat banyak luka sayatan benda tajam.

Ada dua mata tombak juga tertancap di tubuh korban. Satu gagang tombak masih utuh dengan matanya dan satu lagi sudah patah dan tertinggal di sisi korban.

Kepala Soa Linus Nurlatu bersama masyarakat Desa Watampuli berupaya mencari para pelaku di sekitar TKP, namun tidak ditemukan. Sesudah itu baru Sinus Nurlatu melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian.

Hingga kini pihak kepolisan masih mengejar pelaku dan menempatkan anggotanya di beberapa titik lokasi yang dianggap rawan yakni, Tanah Nerah unit 11 Desa Waegernangan dan Watempuli.

Dihubungi Minggu sore, Djamaluddin menegaskan, dari hasil pemeriksaan terhadap saksi-saksi polisi sudah mengidentifikasi beberapa pelaku penyerangan, namun ia belum mau mengungkapkan identitas para pelaku itu.  (S-31)