AMBON, Siwalimanews – DPRD Provinsi Maluku melalui Komisi IV berjanji akan menindak­lanjuti persoalan yang terjadi di SMA Siwalima  sesuai dengan berbagai temuan yang didapatkan, pasca keracunan masal yang terjadi di sekolah unggulan di Provinsi Maluku ini.

Anggota Komisi IV DPRD Pro­vinsi Maluku, Rostina menjelaskan saat melakukan tinjauan lapangan di SMA Siwalima pekan lalu, komisi telah menerima begitu banyak as­pirasi bahkan melihat secara lang­sung kondisi di sekolah.

Untuk itu, kata dia, usai pemba­hasan APBD tahun 2023 akan dilaku­kan pemanggilan terhadap Kepala Dinas Pendidikan dan pihak terkait.

“Aspirasi yang disampaikan memang harus kita tindaklanjuti, karena itu aspirasi orang tua bahkan masyarakat yang meminta tapi karena ini lagi fokus APBD maka nanti setelah ini baru kita panggil,” tegas Rostina saat diwawancarai Siwalima diruang kerjanya, Senin (28/11).

Dia mengakui, ada persoalan yang berkaitan dengan makan dan minum siswa dimana sejak awal kesepa­katan antara Dinas Pendidikan dan pihak orang tua dilakukan subsidi silang artinya, siswa yang tidak mampu dibawah 50 persen dan yang mampu 50 persen.

Baca Juga: Ratusan Aparat Amankan Transit Wapres di Bandara Pattimura

Namun, dalam perkembangannya ternyata orang tua dari siswa yang mampu justru tidak melakukan pembayaran, akibatnya jatah makan siswa yang dianggarkan dalam APBD untuk 200 siswa miskin harus juga dinikmati oleh siswa yang mampu.

“Dari orang tua yang mampu diminta membayar makan dan minum, tapi tidak dibayarkan sampai kemarin, padahal sudah jadi kesepakatan awal makanya makan yang disajikan jauh dari layak, akibatnya jatah makan satu siswa harus dibagi menjadi dua orang, karena jumlah siswa disana 400 orang lebih,” ujar Rostina.

Menurutnya, dengan adanya masalah ini maka Komisi IV akan melakukan evaluasi terhadap sistem di SMA Negeri Siwalima, termasuk mempertimbangkan opsi mengem­balikan ke marwah saat sekolah dibangun oleh Mantan Gubernur Karel Albert Ralahalu.

Selain itu, Komisi IV juga telah meminta Dinas Pendidikan untuk menganggarkan pembangunan dapur dan tempat makan, sebab sangat jauh dari layak sehingga mengakibatkan peristiwa ini terjadi tetapi yang jelas Komisi IV ingin yang terbaik untuk Siwalima.

“Yang paling disoroti itu dapur yang sangat tidak layak, higienis dan kotor dan memang bangunan sudah sangat tidak layak jadi harus dibangun baru,” cetusnya.

Ortu Geram

Sejumlah orang tua siswa SMA Siwalima geram dengan buruknya pelayanan dari pihak Catering maupun juga kurangnya pengawa­san dari pihak sekolah serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Maluku.

Sikap geram itu diungkapkan sejumlah orang tua saat Komisi IV DPRD Maluku melakukan on the spot di sekolah unggulan Provinsi Maluku itu, Jumat (25/11).

Dalam pertemuan yang gelar di aula SMA Siwalima, Waiheru, Kecamatan Baguala, Kota Ambon itu didepan komite sekolah, anggota Komisi IV DPRD Maluku yang dipimpin Samson Atapary serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Maluku, orang tua mendesak, agar pengelola ketering atau penyedia makanan di SMA Siwalima diganti.

Selain itu, orang tua juga meminta, agar Kepala SMA Siwalima, Nazir Tidore dan Kepala Dinas Pendidikan Maluku, Insuun Sangadji dipecat.

Hal ini disebabkan karena lemah­nya pengawasan yang dilakukan pihak Dinas Pendidikan Maluku dan pihak sekolah terhadap pengelolaan makan di SMA Siwalima.

Orang tua mengelih soal sistim pengawasan sama sekali tidak berjalan, alhasil selama ini para siswa tidak mendapatkan asupan makanan dengan standar mutu yang terjaga.

Akibatnya sebanyak 70 Siswa SMA Siwalima harus mengalami keracunan makanan pada Jumat (18/11) lalu dan harus dirawat pada sejumlah fasilitas kesehatan di Kota Ambon karena mengalami mual, muntah dan nyeri kepala.

Menanggapi permintaan orang tua tersebut, Ketua Komisi IV DPRD Maluku, Samson Atapary memasti­kan, akan memanggil managemen sekolah serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku untuk membicarakan masalah tersebut.

Lompat Jendelea

Mirisnya dalam on the spot yang dilakukan Komisi IV DPRD Maluku, Ketua Komisi Samson Atapary dan anggota, Hengky Pelata harus lompat jendela untuk menerobos masuk ke dapur SMA Siwalima Ambon.

Hal ini disebabkan karena kunci dapur terkunci dan pihak sekolah tidak memegang kunci dapur.  Karena hanya dipegang oleh pengelola catering.

Anggota Komisi IV DPRD Malu­ku, Hengky Pelata terlihat marah ketika mengetahui pintu dapur kantor terkunci.

Hengky dan Atapary akhir masuk jendela dan berhasil membuka pintu utama dari dalam ruang makan, barulah wakil rakyat yang lain dan rombongan bisa masuk.

Ketika memantau kondisi dapur, para wakil rakyat ini kaget dan menemukan kondisi dapur yang berukur 4 x 7 meter itu terlihat seperti tidak terawat, dinding dapur warna hitam, meja berdebu dan lantai dapur sangat kotor.

Selain itu, para wakil rakyat ini juga menemukan kotoran tikus di beberapa sudut lantai. tempat penampungan air pun sangat tidak layak, belum lagi kondisi bau yang sangat menyengat akibat kotoran tikus dan juga saluran yang tidak normal.

Perlu Perhatikan

Sementara itu, Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Maluku, Samson Atapary mengakui  harus menero­bos jendela dapur SMA Negeri Siwalima untuk melihat secara langsung kondisi ruangan yang digunakan oleh siswa untuk proses makan minum, alhasil kondisi dapur tidak terurus.

Tindakan ini dilakukan para wakil rakyat yang duduk di Baileo Rakyat Karang Panjang lantaran kesal dengan kondisi ruangan dapur yang tertutup rapat saat sudah dilakukan pasca puluhan siswa keracunan makanan pada Jumat (18/11) lalu.

Kemarahan para wakil rakyat ini lantaran mereka tidak dapat masuk untuk melihat kondisi dapur dan tempat makan siswa sedangkan pihak manajemen sekolah tidak memegang kunci karena dipegang oleh pihak ketiga yang mengelola makan minum siswa.

Ketua komisi IV DPRD Provinsi Maluku, Samson Atapary saat dikon­firmasi Siwalimanews, Jumat (25/11) membenarkan tindakannya bersama anggota komisi yang terpaksa harus menerobos jendela untuk melihat kondisi pasca kera­cunan.

“Benar kita naik dari jendela sebab pintu terkunci dan pihak sekolah tidak pegang kuncinya karena yang pegang itu pihak ketiga maka saya jalan dan lihat ada jendela yang terbuka. Akhirnya kita lompat dan buka pintu dari dalam,” ujar Samson.

Menurut, setelah masuk dirinya bersama anggota komisi yang lain justru kaget dengan kondisi yang ada sebab sangat tidak terurus padahal mesti menjadi tempat yang steril bagi para siswa.

Bahkan, tempat penampungan air pun sangat tidak layak belum lagi ditambah kondisi bau yang sangat menyengat akibat kotoran tikus dan juga saluran yang tidak normal, maka harus ada langkah untuk memper­hatikan hal demikian.(S-20)