AMBON, Siwalimanews – Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, Kamis (2/9) melakukan kunjungan kerja ke Maluku.

Rombongan BMKG ini tiba di Ambon disambut Wakil Gubernur Maluku Barnabas Orno didampingi, Plh Sekda Sadali Ie, Kepala BPBD Hendrik Far-Far, serta Forkopimda Maluku di VIP Room Bandara Internasional Pattimura.

Selama di Maluku, Dwikorita dan akan melakukan survei di beberpa lokasi. Kunker ini dijadwalkan berlangsung hingga Sabtu, (4/9).

Tiga wilayah yang menjadi lokasi survey yakni Kota Ambon, Kabupaten Seram Bagian Barat dan Maluku Tengah. Servey ini bertujuan untuk melihat kondisi wilayah rawan bencana, terutama tsunami dan gempa bumi di Maluku.

Di hari pertama, Dwikorita meninjau pantai Dusun Air Manis, Negeri Laha, Kantor BMKG Stasiun Meteorologi Klas II Pattimura Ambon, Tanjung Martafons, Kampung Pisang, pantai Rumah Tiga, serta Pantai Hutumuri dan lokasi Sirine di pantai Waihaong.

Baca Juga: Bupati Harap Pembangunan Polres Bursel Terealisasi

Pada kesempatan itu, Dwikorita menjelaskan, yang urgen dilakukan pihaknya adalah, melakukan mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami, juga melaksanakan verifikasi peta bahaya, serta mengecek kondisi rute evakuasi yang akan dilalui masyarakat, ketika terjadi bencana menuju kawasan aman atau titik kumpul.

“Biar pada saat terjadi gempa, evakuasi warga diupayakan berlangsung cepat dan aman,” ucapnya.

Di tempat yang sama, Kepala BPBD Hendrik Far-Far menjelaskan, sebagai unit teknis, pihaknya akan selalu siap berkoordinasi dan bekerja sama menindaklanjuti informasi yang disampaikan BMKG ke masyarakat Maluku.

Tujuannya agar masyarakat selalu sigap ketika menghadapi bencana. Mengingat, kondisi alam selalu berubah disetiap saat,” jelas Kadis

Kepala Stasiun Geofisika Ambon Herlambang Muda pada kesempatan itu, berkomitmen membantu pemda dan masyarakat Maluku.

Menurutnya, gempa bumi dan tsunami di Maluku memiliki karakteristik berbeda dari daerah lain. Sebab merupakan kawasan kepulauan dan mempunyai beberapa sesar, yang berpotensi aktif lalu menimbulkan gempa.

Sesar atau patahan merupakan bidang batas antara dua fraksi kulit bumi yang mengalami gerakan relatif. Sesar biasanya merupakan daerah yang relatif lemah, mengalami retakan, atau terdapat celah.

“Secara historis, di tahun 1899 terjadi gempa besar di pulau Seram. Warga disana menyebutnya sebagai Bahaya Seram. Kemudian di tahun 1647 juga. Berdasarkan sejarah ini, kami sangat memperhatikan kondisi kegempaan yang ada di Maluku,” ujarnya. (S-51)