HARGA beras terus merangkak naik dalam beberapa bulan terakhir. Tren kenaikan harga beras pun tak kunjung turun sejak 14 bulan terakhir.

Kondisi ini diperkirakan akan terus sebagai salah satu dampak dari fenomena El Nino sehingga mengakibatkan perubahan cuaca yang ekstrim di Pulau Sumatera, Jawa dan Sulawesi sehingga mengakibatkan turunnya produksi beras.

Tentunya akan memicu kenaikan inflasi.

Sejumlah faktor yang menyebabkan terus meroket. Mulai dari dampak kemarau panjang, berkurangnya produksi hingga membuat pedagang ketakutan kehabisan stok serta efek India sttop impor beras.

Badan Pusat Statistik mencatat inflasi harga beras melesat sangat tinggi pada Agustus 2023, bahkan tingkatnya melampaui level inflasi yang tercatat sudah tinggi pada Oktober 2015.

Baca Juga: Maraknya Kasus Bullying

Pada Agustus 2023, inflasi atau kenaikan indeks untuk harga beras telah mencapai 13,76%, sedangkan data terakhir inflasi tertinggi untuk beras yang terjadi pada Juni 2012 sebesar 16,22%.

BPS juga telah mencatat rata-rata harga beras di tingkat penggilingan sudah naik pada Agustus 2023. Nilainya di penggilingan sudah tembus Rp 11.519 per kg atau naik 2,56% dari Juli 2023 sebesar Rp 11.228 dan dibanding Agustus 2022 yang Rp 9.577 sudah naik 20,27%.

Sementara itu, di tingkat grosir pada Agustus 2023 sudah mencapai harga Rp 12.266 per kg atau naik 1,02% dari Juli 2023 sebesar Rp 12.142, dan dibanding Agustus 2022 yang Rp 10.551 naiknya sebesar 16,24%.

Di tingkat enceran pada Agustus 2023 sudah mencapai harga Rp

12.99 per kg atau naik 1,45% dari Juli 2023 sebesar Rp 12.863, dan dibanding Agustus 2022 yang harganya di level Rp 11.555 naiknya sebesar 13,78%.

Harga gabah pun juga telah tercatat naik. Untuk gabah kering panen mencapai Rp 5.833 atau naik 3,62% dibanding Juli 2023 dan naik 19,89% dibanding Agustus 2022. Gabah kering giling mencapai Rp 6.760 per kg atau naik 5,82% dibanding Juli 2023 dan baik 23,03% dibanding Agustus 2022.

Untuk harga beras sudah terdeteksi sejak di tingkat produsen karena ada kenaikan harga gabah kering panen maupun gabah kering giling karena ada persaingan penawaran harga oleh pembeli gabah itu sendiri baik kepada petani maupun penggilingan.

Berdasarkan rentetan data sepanjang tahun ini, inflasi harga beras memang sudah terjadi sejak awal tahun. Dari data BPS, inflasi beras pada Januari mencapai 7,70%, lalu meningkat pada Februari sebesar 10,41%, Maret 11,43%, April 12,44%, Mei 12,64%, Juni 12,85%, Juli 12,77%, dan pada Agustus 2023 tembus mencapai 13,76%.

Fenomena El Nino yang memicu kekeringan ekstrem, ujarnya, turut berdampak pada neraca tahun 2023 untuk beras dan pangan lain di Indonesia. Di sisi lain, upaya memacu produktivitas gabah di tengah tekanan perubahan iklim global menjadi lebih rumit dan penuh tantangan.

Dalam hitungan inflasi kelompok pangan, beras memiliki bobot terbesar yakni 3,33%. Setiap kenaikan beras sekecl apapun akan membuat inflasi umum melesat.

Dalam beberapa kesempatan, Presiden Joko Widodo mengingatkan pentingya menjaga harga beras di tengah banyaknya negara yang membatasi ekspor beras, seperti India. Presiden Jokowi mengakui saat ini harga beras di Indonesia sedang bermasalah karena trennya naik terus. Penyebabnya antara lain kemarau ekstrem akibat El Nino yang melanda wilayah Indonesia.

Ia mengatakan kondisi ini juga terjadi di banyak negara tetangga, bahkan kini negara-negara produsen beras menghentikan ekspor beras demi menjaga pasokan beras di dalam negerinya.

Olehnya, DPRD Provinsi Maluku mendesak Bulog Maluku segera mengambil tindakan guna menekan harga beras di  pasaran.

Selain itu, Bulog harus dapat memastikan agar stok beras sampai di pengecer dan pedagang sehingga tidak ada Penimbunan yang menyebabkan harga beras lebih meningkat.

Aparat kepolisian dapat terus memantau kenaikan harga beras untuk memastikan tidak ada Penimbunan oleh pihak tertentu. (*)