AMBON, Siwalimanews – Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Provinsi Maluku dinilai curang karena, berangkatkan atlet silat yang bukan juara, untuk mengikuti ajang Pra Popnas 2022 wilayah V di Palu, Sulawesi Tengah.

Dewan Pembina IPSI Kota Ambon, Yusuf Wally mengaku, sangat me­nyayangkan hal itu.

Wally menjelaskan, bahwa ang­ga­ran yang harus dikeluarkan untuk mengikuti ajang tersebut, cukup besar, namun sayangnya, tidak diikuti dengan tata kelola organisasi yang baik.

“Dispora Provinsi Maluku mengi­rimkan atlet berdasarkan data yang disampaikan oleh IPSI Maluku, tapi itu ada atlet yang tidak mengikuti seleksi pada Gubernur Cup kemarin, bah­kan kalah pada event Walikota Cup, “ungkap Wally saat diwawancarai Siwalima di Kantor DPRD Kota Ambon, Senin (7/11).

Wally mengatakan, surat reko­mendasi Pengprov IPSI Maluku, Nomor: 31/Pengprov.IPSI-Mal/VIII/2022 yang terbit pada 25 Agustus 2022 lalu, mencantumkan terkait atlet-atlet yang akan dikirimkan ke Prapopnas Wilayah V, adalah atlet hasil juara dari dua kompetisi ter­akhir di Maluku itu, yakni Gubernur Cup dan WaliKota Cup. Namun faktanya, ada atlet yang justru bukan juara dari dua event itu.

“Atlet yang dikirim tidak salah, tapi bagaimana soal tata kelola organisasi yang tidak tepat dalam pengiriman atlet. Karena tidak sesuai dengan surat yang mereka buat sendiri. Pengurus IPSI Maluku tidak memiliki jiwa patriot dalam memajukan olahraga pencak silat di Maluku,” paparnya..

Menurutnya, pengurus IPSI harus dievaluasi. Pasalnya, perjua­ngan dan persiapan para atlet yang sudah diadu secara fisik dengan seluruh atlet dalam ajang tersebut, tetapi kemudian tidak dipilih me­ngikuti ajang dimaksud.

Dia menegaskan, bahwa apa yang dilakukan pengurus IPSI itu kejahatan, diluar akal sehat, yang menjatuhkan mental para atlet secara langsung.

“Yang juara tidak dikirim. Sangat disayangkan kalau masih ada cara nepotisme seperti ini. Itu berarti ada oknum di IPSI Maluku dan di­nas, yang tidak paham dengan organisasi ini,” cetusnya.

Dengan itu, tambah Wally, maka jangan berharap akan juara, karena Atlet yang dikirim adalah atlet yang gugur atau kalah dalam ajang sebelumnya.

Menurutnya, apa yang dilakukan IPSI adalah bagian dari mafia olahraga. Karena beberapa atlet dalam daftar yang diberangkatkan, adalah atlet yang kalah dalam ajang sebelumnya.

Selain itu, tindakan IPSI ini justru akan mengorbankan atlet-atlet itu sendiri.

“Cara seperti itu salah, karena secara tidak langsung juga me­ngor­bankan atlet yang dikirim, apalagi olahraga ini adalah adu fisik yang tentu bisa fatal. Bagai­mana Maluku mau maju. Maka dari itu harus dievaluasi. KONI Provinsi dan kota/kabupaten kepada Cabor Pencak Silat,” tandasnya.

Hal itu agar, olahraga Pencak Silat juga bisa tampil ditingkat Na­sional dan kedepan, menjadi tanggung jawab Cabor untuk melakukan proses pembinaan yang berlanjut, sehingga atlet yang dikirim harus mumpuni dan menjadi pengalaman dalam pola pembinaan.

Maluku harus memiliki PPLP dan tiap daerah dapat membuat PPLPD, agar atlet dapat dibina secara berkelanjutan dan berjenjang.

“Setiap kabupaten/ota perlu melakukan tata kelola organisasi yang baik, serta kompetisi pencak silat sering dilakukan, agar waktu dan jam terbang pesilat dapat ditingkatkan,” harapnya. (S-25)