Gugus Covid-19 Disoroti DPRD
Panggil Sekda dan Kepala Dinas Kesehatan
AMBON, Siwalimanews – Kinerja Gugus Tugas disoroti DPRD Maluku, karena dinilai belum siap menangani ancaman virus corona. Tempat isolasi yang bermasalah, hingga tidak tersedianya fasilitas kesehatan.
Selain temuan DPRD di lapangan, masalah kaburnya puluhan orang dari tempat karantina di gedung Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Maluku, karena kelaparan juga dibahas.
Pimpinan DPRD memanggil Sekda Kasrul Selang selaku Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Kepala BPBD Maluku Henri Far-Far, Kadis Kesehatan Maluku Meikyal Pontoh dan Kepala Bagian Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Setda Maluku, Zulkifli Anwar.
Pertemuan dilakukan secara tertutup di ruang rapat Ketua DPRD, Lucky Wattimury, Kamis (2/4).
Usai rapat, Wattimury kepada wartawan menjelaskan, pertemuan untuk membahas temuan DPRD, karena masih banyak yang perlu dibenahi oleh gugus tugas.
Baca Juga: RSUD Masohi Langgar Maklumat Kapolri“Secara detail pak Sekda sudah jelaskan kepada pimpinan dewan dan kita sudah paham,” ujarnya.
Wattimury mengatakan, pihaknya sudah meminta sekda untuk merumuskan biaya penanganan virus corona hingga dampak sosialnya untuk disampaikan kepada dewan, karena menyangkut anggaran yang cukup besar.
Sementara Kasrul Selang mengatakan, hal-hal yang menjadi temuan pimpinan dewan di beberapa posko penanganan Covid-19 akan menjadi bahan evaluasi oleh gugus tugas.
Pemerintah daerah, kata Kasrul, akan fokus pada beberapa hal yaitu keselamatan, kesehatan, dampak ekonomi dan dampak sosial.
“Rencana besarnya secara makro pimpinan dewan menyerahkan kepada eksekutif, dewan mendukung penuh,” katanya.
Kasrul menjelaskan, saat ini digunakan anggaran tidak terduga sebesar Rp 7,5 miliar untuk penanganan Covid-19. Anggaran ini belum cukup, sehingga disampaikan ke DPRD untuk meminta tambahan melalui realokasi anggaran, karena OPD-OPD seperti perhubungan dan posko-posko membutuhkan 11 miliar lebih untuk 1 bulan kedepan.
“Jadi untuk sementara makan minum di sana ditangani oleh dana tidak terduga,” katanya.
Soal tenaga medis di tempat karantina, Kasrul mengakui, tidak ditempatkan. Jika ada keluhan barulah tenaga medis diturunkan.
“Mereka yang dikarantina adalah merupakan orang sehat, tetapi karena berasal dari daerah yang terpapar maka dikarantina,” ujarnya.
Lanjutnya, untuk makan dan minum di tempat karantina akan ditangani oleh diklat setempat. Nantinya diganti oleh gugus tugas.
“Jadi mereka yang didiklat ini kan sepanjang tahun melakukan diklat, tangani dulu baru kita bayar kembali, kan kepala keuangan sudah sampaikan paling lambat besok, hanya urusan administrasi saja,” terang Kasrul.
Gugus Tugas tak Siap
Wakil Ketua DPRD Maluku, Melkias Saerdekut mengatakan, kaburnya puluhan orang yang dikarantina di LPMP Maluku pada Rabu (1/4) karena kelaparan, menunjukan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 tak siap.
“Jika ada amukan seperti itu saya menganggap gugus tugas tidak siap,” tegas Saerdekut kepada wartawan di gedung DPRD Provinsi Maluku, Kamis (2/4).
Dalam penanganan Covid-19, kata Saerdekut, seluruh fasilitas karantina harus disiapkan oleh gugus tugas. “Ini menunjukan bahwa gugus tugas sangat tidak siap untuk proses ini,” ujarnya.
Lanjut Saerdekut, peristiwa yang terjadi di LPMP Maluku tidak boleh lagi terjadi, karena sangat membahayakan masyarakat.
“Status orang dalam pantauan, kemudian tiba-tiba hanya soal makan dan fasilitas kesehatan tidak terurus, lalu mereka harus keluar untuk membaurkan dirinya dengan masyarakat, ini justru lebih fatal,” tandasnya.
Saerdekut menegaskan, setiap tempat karantina harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas kesehatan, makan minum, dan lainnya.
“Ini yang harus diperhatikan, begitupun dengan waktu istirahat dan faktor-faktor psikologi harus disiapkan. Jadi mereka yang berada di tempat karantina harus dengan fasilitas yang baik,” ujarnya.
Puluhan Orang Karantina Kabur
Puluhan orang yang dikarantina di gedung LPMP Maluku kabur, karena tidak diberi makan. Tak hanya itu, tindakan medis juga tidak ada.
Puluhan orang itu digelandang ke LPMP Maluku setelah tiba dengan KM Tidar pada Rabu (1/4) pagi sekitar pukul 08.00 WIT di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon. Jumlah mereka 82 orang, dan 23 diantaranya orang Maluku.
LPMP Maluku yang berlokasi di Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon merupakan salah satu gedung yang dijadikan tempat karantina oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Maluku.
Informasi yang diperoleh, saat menjalani pemeriksaan di pelabuhan Yos Sudarso, 23 penumpang diketahui ber-KTP luar Maluku. Sedangkan 59 orang berasal dari Maluku, tetapi tidak memiliki identitas. Sehingga mereka semua dibawa ke LPMP untuk karantina.
Sesampainya di LPMP, mereka diberikan kunci kamar oleh tim gugus tugas, dan dijelaskan kalau satu kamar ditempati oleh dua orang.
Setelah kurang lebih satu jam berada di kamar, tidak ada makanan yang diberikan kepada mereka. Bahkan tenaga medis juga tidak ada untuk memeriksa mereka.
Tak bisa lagi menahan lapar, mereka langsung keluar dari kamar dan mengamuk. Mereka menuntut agar segera dipulangkan ke daerah masing-masing.
“Kita sudah koordinasi sejak subuh, cuma tidak wujudnya, kita semua mengerti hukum dan kalau dari sana (tim gugus) tidak pernah tunjukan apa yang dijanjikan. Kita semua sehat, kita anak bangsa, berani ambil resiko, ini keadaan lapangan,” tandas salah satu warga.
Ia menegaskan, kalau dirinya bersama dengan lainnya yang dibawa ke LPMP sehat. Mereka dikarantina, namun tidak diperhatikan.
“Kita tidak sakit, ini masalah kemanusiaan, ini lapar semua, jadi kita ambil resiko, ini baru Pattimura-Pattimura mudah, betul kan semua,” teriaknya, sambil diiyakan oleh puluhan warga yang lain.
Ia menilai, gugus tugas percepatan dan penanggulangan Covid-19 Maluku tidak siap dan membohongi warga yang dikarantina.
“Kita seng sakit, kita bukan perampok, kita bukan pencuri, oke bukan cuma makanan, kliniknya tidak ada, siapa yang bohong. Ini di lapangan, tidak bohong,” teriaknya lagi.
Tidak hanya dirinya, ada beberapa rekannya yang mengamuk. Mereka beramai-ramai protes dengan ketidaksiapan tim gugus tugas.
Sejumlah aparat kepolisian dan tim gugus tugas yang berada di lokasi mencoba menenangkan mereka, namun mereka tidak hiraukan.
Sekda Maluku, Kasrul Selang yang merupakan Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Maluku langsung mendatangi ke LPMP. Setelah melakukan koordinasi dengan pihak keluarga, sebanyak 59 orang dikembalikan ke daerah masing-masing. Sedangkan 23 orang yang ber-KTP luar Maluku tetap dikarantina.
“Sekarang mereka sudah kita kembalikan ke daerah masing-masing dan itu hanya miskomunikasi. Mereka tidak berteriak lapar, tetapi ingin pulang,” kata Kasrul saat dikonfirmasi wartawan, di kantor gubernur.
Soal mereka dibiarkan kelaparan dan tidak ada tindakan medis, Kasrul mengatakan, sudah diselesaikan, dan mereka sudah dikembalikan ke daerah masing-masing. “Sudah sejak pagi hari masalah ini sudah kita selesaikan dan mereka sudah kembali ke wilayah masing-masing. Ada yang ke Piru, Pelauw, Buru dan Kota Ambon, masalahnya sudah kita atasi,” ujarnya.
Tak Miliki Peralatan
Tak hanya LPMP, Balai Diklat Pertanian Provinsi Maluku yang disiapkan oleh Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku sebagai salah satu tempat karantina ternyata juga tidak dilengkapi fasilitas.
Hal ini ditemukan pimpinan DPRD Maluku saat melakukan kunjungan ke tempat itu, Selasa (1/4).
Kendati sebagai tempat karantina, namun sarana untuk mencuci tangan, hand sanitizer dan peralatan lainnya untuk warga yang dikarantina tidak tersedia.
Ketua DPRD Maluku, Lucky Wattimury mengungkapan, petugas di Balai Diklat Pertanian telah meminta agar hal ini menjadi perhatian dari pemerintah.
“Tadi juga ada permintaan di balai pertanian untuk bagaimana mereka bisa siapkan alat pengukur suhu supaya orang yang dikarantina di sana bisa dideteksi dari waktu ke waktu hal itu sangat positif,” kata Wattimury kepada wartawan di gedung Rakyat Karang Panjang, Ambon, Rabu (1/4).
Lanjut Wattimury, sebagai tempat karantina mestinya semua fasilitas harus disiapkan.
“Kekurangan-kekurangan begini sepeleh, tapi sebetulnya sangat menentukan. Menentukan dalam hal orang yang bekerja dapat bekerja dengan sungguh-sungguh dan tidak ragu-ragu, tetapi juga orang yang dikarantina juga percaya dengan yang tangani kita,” ujarnya. (Mg-4)
Tinggalkan Balasan