AMBON, Siwalimanews – Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Ambon, mengkritik kerja Gubernur Maluku Murad Ismail atas penggunaan dana pinjaman dari PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) sebesar Rp700 miliar.

Puluhan massa mahasiswa ini tiba di Kantor Gubernur pukul 12.00 WIT. Sebelumnya, massa lebih dulu mela­kukan long march sambil berorasi dari sekretariat GMKI di kawasan Batu Gantung menuju ke Kantor Gubernur.

Kedatangan mereka hanya ingin meminta pertanggungjawaban Gu­ber­nur Muurad atas penggunaan dana ratusan miliar tersebut.

Dana SMI bukanya diperuntukan bagi masyarakat terdampak covid, te­tapi lebih kepada pembangunan in­frastruktur yakni pembangunan tro­toar dan jalan rabat beton.

Selain mengkritisi pengunaan dana SMI, mahasiswa GMKI juga mengkri­tik proyek Penataan Kawasan dan Re­ha­bilitasi Gedung Islamic Center ke pem­­bangunan cafe PKK yang mengu­ras APBD 2020 sebesar Rp3 miliar.

Baca Juga: Usai Kerjakan Drainase, Dishub Optimalkan Pengendalian KTL

Dua proyek tersebut dinilai tidak berpihak karena tidak memberi man­faat untuk pengembangan ekonomi namun lebih kepada pencitraan pemerintah.

Aksi yang awalnya berlangsung tertib, tiba-tba nyaris ricuh, saat ma­ssa aksi mencoba masuk ke halaman Kantor Gubernur melalui pintu ger­bang bagian timur, namun dicegat oleh personel Satpol PP yang me­ngamankan jalannya aksi itu.

Alhasil, aksi saling dorong antara massa mahasiswa dengan personel Satpol PP tak terhindarkan.

“Gubernur harusnya, mengguna­kan anggaran tersebut untuk program pemulihan ekonomi nasional (PEN), selama ini tidak ada kegiatan kegiatan untuk memulihkan pereko­momian di Kota Ambon, padahal masyarakat kesulitan ditengah pan­demi, gubernur justru menggunakan anggaran tersebut untuk bangun drainase dan trotoar yang tidak berguna,” tandas Benny Yeremias dalam orasinya.

Selain soal pinjaman pemprov, massa aksi juga menyentil soal dana Rp 3 milliar yang harusnya diguna­kan untuk proyek penataan kawa­san dan rehabilitasi gedung Islamic Center, namun justru digunakan untuk pembangunan cafe.

“Gubernur harus memperta­ng­gungjawabkan penggunaan angga­ran pembangunan cafe pada lokasi Islamic Center,” tandasnya.

Walaupun diguyur hujan deras, massa mahasiswa tetap melakukan orasi didepan gerbang karena belum di isinkan masuk ke depan lobi untuk berdialog dan tidak ada satu peja­bat­pun menemui mereka.

Setelah sempat bersitegang de­ngan personel Satpol PP tepat pukul 12.50 WIT, massa GMKI Cabang Ambon akhirnya dipersilahkan ma­suk untuk menyampaikan aspirasi mereka di depan loby Kantor Gu­bernur.

Di lobi, puluhan massa aksi yang dikoordinir Yongky Leslessi ini diterima Kepala Kesbangpol, Titus Renwarin. Namun, melihat kehadi­ran Renwarin, massa GMKI kecewa dan sempat melakukan protes, mereka menuntut Gubernur Murad Ismail, untuk hadir mendengar langsung aspirasi mereka.

Para mahasiswa ini menilai, pen­tingnya kehadiran gubernur sebagai penanggungjawab penggunaan ang­garan yang diakui mereka tidak tepat sasaran serta tidak sesuai peruntukannya.

“Setiap aksi ayahanda Murad Ismail tidak pernah berani menemui kami secara langsung, ada apa? Di sini kami dengan tegas berdiri atas kepentingan rakyat. Ayahanda se­laku penanggungjawab harus bisa secara transparan menjelaskan kenapa penggunaan dua anggaran ini tidak sesuai peruntukannya,” tandas Leslessy.

Sementara itu orator yang lain Benny Yeremias mengatakan bahwa bahwa ada janji gubernur yang sampai saat ini masih mereka ingat di kepala.

“Dulu gubernur penah menga­takan kalau tidak ada menteri orang Maluku kita merdeka. Apa itu, omong kosong. Karena apa yang telah disenandungkan oleh ayah handa tidak dilakukan,” teriak Jeremias.

Dirinya menilai Murad tidak me­miliki konsep pembangunan selama menjabat sebagai gubernur.

Kita punya SDM yang sangat banyak tetapi tidak dipakai dalam membuat konsep pembangunan sehingga kita masih tetap miskin dan dalam beberapa tahun terakhir apa yang berdampak bagi rakyat tidak ada, karena hanya pencitraan semata,” ungkapnya.

Kepala Kesbangpol Titus Renwa­rin yang menemui para pendemo mengaku saat ini gubernur semen­tara berada di luar daerah, para demonstran akhirnya menerima kehadiran Kesbangpol selaku per­wakilan Pemprov Maluku.

Setelah mendengar aspirasi para demonstran Kepala Kesbangpol Titus Renwarin, memastikan akan berkoordinasi langsung dengan Gubernur Maluku, untuk menemui perwakilan massa aksi  serta men­jelaskan apa yang menjadi tuntutan.

“Saya sudah dengar seluruh aspirasi GMKI selaku mitra kami, tentunya ada perangkat teknis yang akan mejelaskan soal apa yang menjadi keresahan para demonstran, saya disini menerima dan akan dite­ruskan, Saya juga akan sampaikan permintaan demonstran untuk bertemu beliau, apapun jawaban beliau nanti akan saya sampaikan ke korlap, karena saat ini juga beliau sementara berada di luar daerah,” jelas Renwarin.

Usai mendapatkan penjelasan para pendomo mengancam kalau aspiranya tidak disampaikan mereka akan kembali lagi. “Kalau memang aspirasi kami tidak ditanggapi, besok atau lusa kami kembali lagi dan kami ingin bertemu langsung dengan gubernur,” kata Korlap Yongky Leslessi dan disambut tepuk tangan teman-temannya.

Massa aksi akhirnya membubar­kan diri sekitar pukul 14.00 WIT, kemudian menuju ke DPRD Provinsi Maluku. (S-45/S-39)