PIRU, Siwalimanews – Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Barat melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah bekerja sama dengan Universitas Indonesia, menggelar focus group discussion menyangkut kajian revitalisasi telaga Namaola Desa Buano Utara, Kecamatan Huamual Belakang.

Kegiatan FGD kajian akademis yang berlangsung di ruang pertemuan Kantor Bupati Lantai III ini, dimaksudkan, agar dapat memperoleh berbagai masukan dan informasi yang bermanfaat guna memperkaya dan memboboti proses kajian oleh para peneliti.

Sedangkan tujuan dilaksanakan FGD ini, untuk memperoleh sebuah laporan dan hasil kajian yang bisa menjawab persoalan masyarakat Buano Utara melalui rekomendasi yang akan disampaikan peneliti kepada pemkab.

Sekda SBB Mansur Tuharea dalam arahannya mengungkapkan, pemberlakuan UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, telah merubah paradigma penanganan bencana antara lain, adanya payung hukum yang memberikan mandat bagi perlindungan rakyat dari resiko bencana.

Kemudian, perubahan cara pandang dari responsif menjadi tindakan pencegahan dan kesiapsiagaan, terintegrasinya penangggulangan bencana dalam rencana pembangunan serta penyelenggaraan penanggulangan bencana yang diatur dan dibiayai oleh anggaran pembangunan pemerintah pusat dan daerah, serta pembentukan suatau lembaga penanggulangan bencana yang kuat.

Baca Juga: 920 Paket Sembako Disalurkan bagi Warga Masika Jaya

“Sejalan dengan aturan itu, maka Pemkab SBB berupaya mengatasi berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat, salah satunya bencana alam berupa meluapnya telaga Namaola di Buano Utara,” ujar Sekda.

Untuk itu kata Sekda, melalui kegiatan FGD ini tentunya memiliki makna yang sangat penting dan patut di apresiasi serta menyambut baik pelaksanaannya.

FGD ini bertujuan, untuk memberikan masukan dalam memboboti kajian akademis revitalisasi telaga Namaola di Buano Utara sebagai daerah rawan bencana yang disebabkan oleh faktor alam dan telah menimbulkan banyak persoalan, baik sosial maupun kesehatan bagi penduduk setempat, sehingga diperlukan kemampuan mengedentifikasi, menganalisis dan mengambil tindakan pencegahan serta mitigasi agar bisa mengurangi tingkat resikonya.

“Keseriusan untuk menangani persoalan bencana dimaksud yang intensitasnya semakin meningkat serta resiko atau akibat yang ditimbulkan semakin beragam, maka upaya penanggulangannya perlu dilakukan secara komprehensif, multi sektor, terpadu dan terkoordinasi,” tandas Sekda.

Dijelaskan, Pemkab SBB memiliki keseriuan untuk penanganan dampak bencana alam dimaksud dengan berbagai cara diantaranya, bekerja sama dengan UI guna mendatangkan tenaga ahli dibidang teknik hidrologi untuk meneliti dan mengkaji karakteristik dan geografis telaga serta aspek sosial kemasyarakatan, sehingga persoalan yang sudah dialami bertahun-tahun bisa cepat diselesaikan sebagai wujud upaya kas bae SBB.

Diskusi yang dilakukan ini juga untuk memperoleh masukan atau informasi tentang permasalahan yang bersifat lokal dan spesifik tentang revitalisasi telaga Namaola. Hasil dari FGD ini akan digunakan sebagai masukan yang dikaji dan dianalisis secara komprehensif guna penyusunan sebuah dukumen akademik.

“Saya berharap kepada seluruh peserta FGD agar pro aktif dalam diskusi, untuk menyampaikan informasi dan permasalahan yang terjadi, terkait dengan seluruh aspek sosial kemasyarakatan yang dihadapi di Buano Utara,” pinta Sekda. (S-48)