Dikerjakan oleh Makelar
Air Bersih SMI 12,4 Miliar Mangkrak di Haruku
AMBON, Siwalimanews – Proyek air bersih yang mangkrak di Pulau Haruku, disinyalir dikerjakan oleh makelar proyek, dengan perusahaan pinjaman. Nama lembaga negara dibawa-bawa.
Bermodalkan perusahaan pinjaman, proyek pembangunan sarana dan prasarana air bersih Pulau Haruku, dikerjakan oleh makelar proyek.
Fais, begitu sang makelar beken dipanggil. Konon Fais ini adalah orang dekat pejabat yang mengurus dan mengawal seluruh proses di PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI).
Adapun perusahaan yang menggarap proyek ini adalah PT Kusuma Jaya Abadi Construction, yang beralamat di Jalan Sumber Wuni Indah A-30/34 Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Menurut sumber Siwalima, perusahaan tersebut sengaja dipinjam Fais untuk memenuhi persyaratan lelang. Kepada Siwalima Sabtu (29/5), sumber itu mengaku kalau Fais sendiri yang turun langsung dan aktif berkomunikasi dengan para pejabat PU.
Baca Juga: Polisi Amankan Kapal Pengangkut Ribuan Liter Minyak Tanah Subsidi“Seluruh pengurusan dilakukan oleh Fais, mulai dari tender sampai dengan urusan pencairan,” ujar sumber yang meminta namanya tidak ditulis ini.
Masih kata sumber itu, untuk memperlancar prosesnya, Fais selalu membawa-bawa nama pejabat Badan Pemeriksa Keuangan. “Dia selalu membawa nama pejabat BPK, termasuk dalam proses pencairan,” tambah sumber tadi.
Fais sendiri sangat tertutup dan tak menjawab panggilan telepon maupun pesan singkat yang dikirim padanya. Padahal awalnya Fais berkomunikasi dengan Siwalima, namun saat mengetahui hendak dikonfrontir soal air bersih di Pulau Haruku, Fais tak pernah menjawab lagi panggilan dan pesan singkat yang dikirim.
Mengenai nama BPK yang selalu dicatut Fais, Kepala Sub Bagian Humas dan Tata Usaha BPK Maluku, Ruben Sidabutar mengatakan, BPK tidak pernah punya kepentingan dan tidak memiliki peranan untuk terlibat dalam proses di SMI, apalagi soal kerja air bersih yang ada di Pulau Haruku.
“Kita tidak ada mencampuri urusan dimaksud,” ujar Sidabutar kepada Siwalima, Minggu (30/5) melalui pesan singkat.
Kongkalikong
Akademisi Hukum Unpatti, Diba Wadjo menegaskan, Dinas PU Maluku seharusnya bertanggung jawab terhadap proyek air bersih di Pulau Haruku yang hingga kini tidak selesai dikerjakan.
“Sebenarnya Dinas PUPR harus bertanggungjawab dengan mengejar kontraktor agar menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan kontrak,” ujar Wadjo melalui telepon selulernya, Jumat (28/5), sebagaimana dilansir Siwalima.
Menurutnya, dalam pertanggungjawaban hukum, kontraktor harus menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kontrak, sebab jika tidak, maka telah terjadi indikasi korupsi. Apalagi anggaran yang dicairkan cukup besar, sedangkan pekerjaan yang dilakukan tidak berbanding lurus.
Menurut dia, semestinya, Dinas PUPR Maluku lebih berhati-hati dalam mencairkan anggaran bagi kontraktor, jika pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai, agar tidak terjadi persoalan, bukan sebaliknya pencairan dilakukan tanpa melihat pekerjaan di lapangan.
Jika melihat persoalan yang ada, tambahnya, maka baik Dinas PU maupun kontraktor dapat diproses hukum, sebab keduanya tidak melakukan tugas dengan baik.
“Ini bisa diproses hukum, karena ada indikasi korupsi, masa uang sudah terima baru pekerjaan tak jelas,” tegas Wadjo.
Selain itu, Wadjo juga menyayangkan sikap Dinas PU yang tidak transparan kepada masyarakat terkait dengan persoalan ini.
“Tidak boleh putar-putar, sebab pekerjaan saja belum selesai. Ini pasti ada kongkalikong antara kontraktor dan dinas. Pasti ada kalau mereka tidak memberikan penjelasan pasti ada apa-apa,” cetusnya.
Mangkrak
Seperti diberitakan, Tahun 2020 lalu, Dinas PU Maluku merancang proyek Air Bersih di Pulau Haruku, yang tersebar di beberapa desa, seperti Kailolo, Pelauw, Rohomoni, Aboru dan Wasu.
Anggaran yang disiapkan pun tak tanggung-tanggung.
Seperti dilansir laman www.lpse. malukuprov.go.id, pagu proyek tersebut sebesar Rp. 13 miliar, yang bersumber dari pinjaman PT SMI.
PT Kusuma Jaya Abadi Construction, ditetapkan sebagai pemenang lelang, dengan nilai Rp. 12.483. 909.041.36.
Sesuai kontrak, seluruh item pekerjaan harus mulai dilaksanakan tanggal 3 Desember 2020 dan berakhir pada 31 Desember 2020. Kontraktornya sendiri sudah diberi uang muka, sebelum kerja sebesar 20 persen.
Tak cukup sampai di situ, mereka kemudian diberi tambahan dana sebesar 30 persen, sehingga total menjadi 50 persen. Betul-betul aneh. Sebelum bekerja apa-apa, kontraktor spesial ini sudah diberi modal Rp. Rp. 6,2 miliar.
Bahkan belum lama ini, sang kontraktor juga sudah mencairkan termin 75 persen, sebesar Rp. 3.120. 997.250.
Sumber Siwalima di Pemprov Maluku mengatakan, pencairan tersebut dilakukan pada tanggal 17 Mei 2021. Termin 75 persen baru dicairkan sebelum lebaran, tanggal 17 Mei,” kata sumber yang minta namanya tidak ditulis itu.
Dengan demikian, hingga saat ini tercatat sudah Rp. 9,3 miliar yang digelontorkan Pemprov untuk membiayai proyek mangkrak ini.
Sesuai pantauan lapangan, fisik proyek yang sudah selesai dikerjakan, tidak lebih dari 25 persen.
Detail Kerja
Sesuai kontrak, kontraktor diharuskan mengerjakan dua sumur di Kailolo, dua sumur di Pelau dan dua sumur lainnya di Namaa dan Naira.
Dua lokasi yang sudah ditetapkan sebagai lokasi penggalian sumur di Kailolo terletak di kompleks Sekolah Dasar dan di dekat Kramat.
Dua sumur lain yang digali di Kailolo juga belum selesai dikerjakan dan hanya berbentuk lubang pengeboran yang ditutup karung plastik.
Selain sumur, kontraktor juga diharuskan membangun dua bak penampung yang masing-masing berkapasitas 100M3. Namun hingga kini hanya ada satu bak penampung yang dibangun, itupun masih belum rampung pengerjaannya.
Di Pelauw, titik penggalian sumur ada di belakang kantor Camat Pelauw, dimana kontraktor hanya menggali sumur yang belum selesai dikerjakan. Sedangkan dua bak penampung yang berkapasitas 100M3, sama sekali belum dibangun.
Dari pantauan di lapangan, diketahui kegiatan pengerjaan sudah lebih dari satu bulan terhenti. Beberapa warga desa yang ditemui Siwalima Selasa (25/5) mengaku kalau seluruh tukang yang mengerjakan proyek tersebut sudah pulang sebelum bulan puasa lalu.
Tak Masuk Rohomoni
Staf pemerintah Negeri Rohomoni Rais membenarkan kalau awalnya sesuai rencana akan ada pembangunan air bersih di desanya. Walau begitu, sampai saat ini proyek tersebut tidak ada.
Kepada Siwalima melalui telepon selulernya, Rizal mengatakan, sekitar sebulan lalu, kontraktor yang akan mengerjakan sumur bor untuk kebutuhan air bersih di desanya sudah memasang alat bor dan peralatan lainnya di lokasi pengeboran.
“Mereka pasang cuma sekitar sebulan yang lalu, kemudian alat itu dicabut dan dibawa pergi entah kemana, kami tidak tahu alasan apa sehingga tidak jadi dibor airnya,” kesal rizal.
Dirinya mengaku sesuai dengan perencanaan pembangunan air bersih di Pulau Haruku dengan menggunakan dana SMI itu dibangun sumur bor selain di Desa Rohomoni, juga di Pelauw, Kailolo termasuk di Aboru.
“Yang di desa lain sudah jalan tetapi, kami tidak, peralatan sudah dicabut,” jelasnya.
Sampai sekarang pun pihaknya belum mendapat konfirmasi dari dinas PUPR Maluku terkait alasan apa proses pembangunan batal dilaksanakan.
Akui Belum Selesai
Sekertaris Camat Pulau Haruku, Ali Latuconsina yang dikonfirmasi Siwalima membenarkan proyek air bersih di Pulau Haruku khususnya di Pelauw dan Kailolo belum selesai dikerjakan.
“Kalau untuk pengeboran sudah selesai, tetapi kalau pekerjaan lanjutan belum selesai, panel surya bak penampung itu belum dikerjakan, mesin pompa belum dilaksanakan,” jelas Latuconsina kepada Siwalima melalui telepon selulernya, Rabu (26/5) lalu.
Menurutnya, proyek air bersih di Pulau Haruku dikerjakan tidak ada papan proyek, sehingga pekerjaan yang sudah harus diselesaikan namun belum diselesaikan.
“Ini dari akhir tahun lalu, mestinya sudah harus selesai sehingga masyarakat sudah bisa manfaatkan tetapi belum. Para pekerja dari luar dan mereka sudah pulang di sebelum puasa, dan belum balik. Sehingga belum ada pekerjaan lanjutan,” ujarnya.
Ia berharap, pekerjaan proyek air bersih ini bisa diselesaikan dan masyarakat bisa memanfaatkan.
“Harapan besar proyek ini harus segera dilanjutkan dan diselesaikan biar masyarakat bisa memanfaatkan proyek ini,” jelasnya singkat.
Hingga berita ini naik cetak, PT Kusuma Jaya Abadi Construction tak berhasil dikonfirmasi, lantaran telepon kantornya bernada sibuk. (S-50)
Tinggalkan Balasan