AMBON,  Siwalimanews – Setelah dikecam cairan cuci darah mengalami kekosongan  hampir  seminggu di RSUD Haulussy, Sekda Maluku, Kasrul Selang membela direktur, Ritha Tahitu.

Kata Kasrul, cairan cuci darah sudah ada, dan telah  dipenuhi pihak  RSUD Hau­lussy. Ia mengakui, terjadi kekoso­ngan cairan cuci darah itu disebabkan karena terlambat, namun ia tidak men­jelaskan secara spesifik faktor keterlam­batan itu.

“Cairannya sudah ada, memang ada keterlambatan pada proses pembong­karan. Saya sudah cek sudah bisa dila­kukan cuci darah,” ujar Kasrul kepada wartawan di Kantor Gubernur Maluku, Senin (10/8).

Kasrul  meminta, masyarakat yang ingin melakukan cuci darah di RSUD dr M. Haulussy tidak perlu menunggu lagi.

“Saya pastikan cairan sudah ada, tidak ada masalah lagi,” tegasnya.

Baca Juga: Kasus Covid Meningkat, Jajaran Polres Diinstruksiakn Sterilisasi Berkala

Hal senada juga dikatakan oleh Kadis Kesehatan Maluku, Meikyal Pontoh yang menjelaskan cairan itu sudah ada.

“Saya sudah cek direkturnya, sudah ada cairan untuk cuci darah,” terang Pontoh.

Sementara Plt Direktur RSUD dr. M Haulussy, Ritha Tahitu, yang berada di kantornya enggan menemui wartawan Siwalima. Siwalima sudah mencoba konfirmasi terjadinya kekosongan darah di rumah sakit milik pemerintah itu, na­mun ia lebih memilih melakukan kegiatannya ketimbang memberikan penjelasan.  “Maaf ibu tidak bisa diganggu,” ujar salah satu staf di RSUD dr. M.Haulussy kepada Siwalima di RSUD Haulussy, Senin (10/8).

Dikecam

Plt Direktur RSUD Haulussy, Ritha Tahitu diminta mencari solusi terkait cairan cuci darah yang kosong di rumah sakit tersebut. Kendati rumah sakit tersebut melayani pasien Covid-19, tetapi bukan berarti pelayanan umum diabaikan.

Wakil Ketua DPRD Maluku, Aziz Sang­kala mengatakan, pihak RSUD Haulussy harus bergerak cepat menyediakan cairan cuci darah, agar pasien gagal ginjal yang harus mencuci darah setiap minggu bisa terlayani. “Kita berharap pihak rumah sakit segera cari solusi, agar segera ter­sedia  kebutuhan masyarakat untuk cuci darah,” tegas Sangkala saat diwawancarai Siwalima, Sabtu (8/8).

Ia menjelaskan, pihaknya akan ber­koordinasi dengan Direktur RSUD Haulu­ssy menanyakan soal keluhan pasein cuci darah tersebut. “Saol adanya keluhan pasien itu nanti kita akan koordinasikan dengan pihak RSUD Halussy,” katanya.

Dikatakan, saat ini kebutuhan masya­rakat yang berkaitan dengan pemenuhan pelayanan bagi pasien non Covid-19 tetap tinggi, sehingga pihak rumah sakit harus memperhatikan semua hal dalam rangka memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat.

Apalagi, kata Sangkala, masyarakat yang mengidam penyakit kronis seperti penyakit gagal ginjal harus secara rutin melakukan proses cuci darah, sehingga pasien tersebut tidak bisa menunggu lama, dan perlu mendapatkan pelayanan segera.

Karena itu, Sangkala mendesak dan ber­harap pihak RSUD segera mencari solusi atas persoalan yang sementara diha­dapi oleh pasien yang akan melaku­kan cuci darah, agar dapat kembali terse­dia apa yang menjadi kebutuhan masya­rakat secara khusus untuk cuci darah.

Politisi PKS Maluku ini mengingatkan, semua rumah sakit yanga ada di Maluku untuk tetap memberikan pelayanan yang masksimal dan optimal bagi masyarakat, walaupun ditengah pandemi Covid-19  yang sementara terjadi di Maluku ini.

Sementara itu, Plt Direktur RSUD Haulussy, Ritha Tahitu ketika dikonfirmasi Siwalima berulang kali melalui telepon selulernya, pada Jumat, Sabtu hingga Minggu namun tidak ada respon. Begitu juga ketika Siwalima ke kantornya, oleh pegawai RSUD Haulussy menyampai­kan, direktur sementara keluar daerah.

Diberitakan sebelumnya, pasien cuci darah di RSUD Haulussy Ambon mengeluh, sudah hampir seminggu, cairan cuci darah habis. buntutnya, pasien harus pesan sendiri cairan dari luar Provinsi Maluku. Beruntung bagi yang miliki uang, tetapi yang tidak ada?, tentu hanya menunggu nasib saja.

Mirisnya lagi, pesanan cairan cuci darah dari disributor di luar Maluku seperti di Makassar dan Surabaya tidak melayani pesanan pribadi, tetapi haruslah pihak rumah sakit yang sudah melakukan kerja sama dengan perusahaan penyediaan paket peralatan cuci darah.

Pesanannya juga tidak bisa dilakukan per item, harus per paket seperti, cairan, jarum dan dializer.  Salah satu pasein cuci darah mengeluh, amburadulnya kinerja managemen RSUD Haulussy.

Kata dia, setelah stok cairan di RSUD Haulussy habis atau kosong, mestinya pihak rumah sakit berupaya memesan cairan secepatnya. “Ini kan fatal, kok cairan tidak ada. Waktu pasien mau cuci darah, cairan tidak ada. Pasien berupaya sendiri, setelah pasien berupaya cairan di­pesan, cairan datang ke rumah sakit untuk cuci darah. Peralatan jarum tidak ada. Ini orang bisa meninggal.” kesalnya.

Akibat tidak ada cairan, katanya, ada pasien gagal ginjal yang harus cuci darah meninggal dunia. Pihak RSUD Haulussy harusnya merespon hal ini dengan cepat.

Sementara itu, informasi yang diper­oleh Siwalima, stok cairan cuci darah ha­bis/kosong di RSUD Haulussy diaki­bat­kan, pihak RSUD Haulussy belum mem­bayarkan tunggakan 6 bulan pesanan paket cuci darah di salah satu distributor di Makassar.

“Kalau pesanan itu dari Makassar atau Surabaya. Tetapi untuk wilayah Ambon pesannya dari Makassar. Dan setahu saya, sekitar 6 bulan RSUD Haulussy belum membayar tunggakan paket cuci darah, alhasilnya ketika ada permintaan tentu saja belum bisa dipenuhi, karena tungga­kan itu harus dilunasi dulu,” katanya.

Kata sumber ini, ketika pihak distributor meminta untuk membayar tunggakan, namun oleh pihak rumah sakit kurang merespon dengan baik.

Sumber yang enggan namanya dikoran­kan kepada Siwalima, Kamis (6/8) menye­butkan, terjadinya kekosongan cairan cuci darah ini bukan baru pertama kali, hampir setiap tahun. Fatalnya kondisinya ini terjadi bulan Desember dan Januari.

“Bulan yang rawan yang terjadi keko­songan itu bulan Desember dan Januari. Dan kali ini bulan Agustus. Yang hampir terjadi setiap tahun itu cairan tidak ada. Dan selain cairan juga jarum. Kali ini jarum baru pertama kali tidak ada,”ungkapnya.

Sumber ini meminta, ada perhatian serius dari manajemen RSUD Haulussy un­tuk memperhatikan masalah tungga­kan pembayaran, karena itu berdampak lang­sung pada pasien yang harus cuci darah.

Sementara itu, Direktur RSUD Hau­lussy, Ritha Tahitu yang dikonfirmasi Siwalima terkait masalah ini di rumah sakit  namun tidak berada di tempat. Oleh beberapa pegawai katakan direktur lagi keluar daerah. Dan ketika dihubungi melalui telepon selulernya beberapa kali, tetapi tidak direspon. (Cr-2)