Desa Alusi Bukjalim Jadi Project Planning Rumah Singgah Stunting
SAUMLAKI, Siwalimanews – Penjabat Bupati Kepulauan Tanimbar Daniel Indey mengaku, pada rapat koordinasi nasional bersama bupati dan forkopimda se Indonesia beberapa waktu lalu, Presiden Jokowidodo menginstruksikan agar melakukan tiga hal penting untuk mencegah stunting, yakni bentuk orang tua asuh stunting, menanam kelor dan program rumah singgah.
Untuk itu, maka di Kabupaten Kepualuan Tanimbar ini menjadikan Desa Alusi Bukjalim sebagai Project Planning rumah singgah tersebut. Rumah singgah ini buka saja berfungsi sebagai Pos Yandu tetapi juga bagi keluarga yang ingin mengkonsultasikan tentang stunting.
“Oleh sebab itu hari ini Pemkab Tanimbar bersama forkopimda, dan para kepsek serta unsur institusi vertikal lainya melakukan launching Gerakan Sweri Stunting,” ungkap bupati dalam arahannya saat launching progra tersebut, di Lantai II kantor bupati, Selasa (14/2).
Launching stunting sekaligus penandatanganan komitmen bersama ini guna mengendalikan stunting di negeri ini, hal ini juga sejalan dengan arahan dari presiden, bahwa mulai tahun 2024 hingga 2045 akan menciptakan generasi emas dan memiliki bonus demografi yaitu anak sehat dan bebas stunting.
“Bersama-sama kita telah membuat komitmen dan luncurkan program gerakan sweri stunting untuk wilayah KKT. Untuk kita ketahui bersama bahwa pelayanan kesehatan berkualitas dan terjangkau merupakan harapan dan cita-cita seluruh masyarakat di KKT, diantaranya yang penting sekali untuk ditangani secara serius adalah stunting,” ujarnya.
Baca Juga: Hehanusa Pastikan Penanganan Sungai Laala Segera DilakukanPasalnya kata bupati, pelayanan kesehatan khusus stunting bagi masyarakat terpencil, terutama yang berada di pulau-pulau sering terhambat oleh minimnya infrastruktur perhubungan, komunikasi dan keadaan cuaca yang seringkali berubah dan tidak bisa diprediksi.
Situasi seperti ini dapat mengakibatkan penanganan suatu penyakit menjadi terlambat, padahal seharusnya bisa dicegah dan bisa diobati, termasuk masalah stunting itu sendiri.
Dari tahun ke tahun anggaran untuk membiayai masalah kesehatan di KKT masih sangat kecil, sehingga ke depan diperlukan suatu sistem pelayanan kesehatan yang seyogyanya dapat menjawab permasalahan kesehatan, terutama mengenai mekanisme rujukan pasien dengan tingkat kesulitan, karena faktor menyediakan kader pendamping terlatih terhadap ibu hamil dan ibu menyusui dan balita.
“Saya berharap, kita masih bisa terus bekerjasama untuk membangun pelayanan kesehatan yang lebih baik untuk KKT hari ini maupun untuk di waktu-waktu yang akan datang,” pintanya.(S-26)
Tinggalkan Balasan