AMBON, Siwalimanews – Demo ratusan mahasiswa menolak kebijakan Walikota Ambon terkait Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Balai Kota Ambon, Selasa (27/7), berakhir ricuh.

Pantauan Siwalimanews di depan Balai Kota Ambon, Aliansi mahahasiswa yang melibatkan Mahasiwa UKIM, Unidar dan BEM Fisip Unpatti ini tiba di depan Balai Kota sekitar pukul 13.00.

Aksi yang dikoordinir Pical Soulissa (UKIM), Ayub Rumakefin (Unpatti) dan Faisal Umasugy (Unidar) ini awalnya berjalan tertib, dimana perwakilan orator secara bergantian menyampaikan keberatan mereka atas masih diberlakukamnya PPKM di Kota Ambon.

Mahasiswa menyoroti kebijakan yang dikeluarkan Walikota Ambon, diakui bertentangan dengan Permendagri. Hal tersebut lantas membuat masyarakat menderita akibat kebijakan kebijakan Walikota di tengah PPKM.

“Masyarakat mengeluh atas kebijakan Walikota. Sesuai Peraturan Kemendagri PPKM diberlakukan sampai tanggal 2 tapi di Ambon diberlakukan sampai tanggal 8, ini bertentangan dan kebijakan ini membuat rakyat Ambon sengsara,” tandas Faisam Umasuggy dalam orasinya.

Baca Juga: Pastikan Nakes Terima Insentif, DPRD akan Panggil Dinkes

Bahkan mahasiswa menuding Walikota gagal dalam membuat aturan terkait PPKM, dimana masyarakat yang menggantungkan hidup dengan berjualan, tidak diberikan solusi untuk memenuhi kebutuhan hidup selama PPKM berlangsung.

“Harus ada kajian untuk mengeluarkan instruksi, lihat kondisi masyarakat, kebutuhan apa yang harus disiapkan, kalian enak tiap bulan digaji, lalu bagaimana nasib mereka yang mendapat uang dengan berjualan yang kini dibatasi,”teriak orator lainnya.

Bahkan para demosntran menantang Pemkot untuk dialog terbuka terkait kebijakan PPKM. Pasalnya, aksi yang digelar mereka ini, bukan asal-asalan, namu sudah melalui kajian serta realita maupun dampak yang ditimbulkan akibat dari pemberlakuan PPKM.

“Ayo kami tantang pak Walikota untuk dialog terbuka. Kami gelar aksi ini sudah melalui kajian yang matang dan bukan asal-asalan. Kebijakan pemkot memberlakukan ini tanpa melihat kondisi masyarakat terutama masyarakat kecil,” teriak para demonstran.

Aksi yang berlangsung tertib ini sontak berubah saat Koordinator Bidang Kerja Satgas Penanganan Covid-19 Kota Ambon Benny Selanno menemui massa.

Dengan menggunakan pengeras suara Selano yang berdiri di lobi Balai Kota bukannya mencairkan suasana, justru membuat suasana tegang. Sellano memberi waktu bagi demonstran untuk berorasi selama 15 menit dan memberikan pernyataan tertulis mereka. Namun mahasiswa menolak dan meminta adanya dialog publik antara pemkot dan Mahasiswa.

Tak lama kemudian Selano memerintahkan anggota Satpol PP yang berjaga dibalik Pagar Balai Kota untuk membubarkan paksa aksi tersebut.

“Aksi ini melanggar protokol kesehatan dengan menimbulkan kerumunan yang hebat Satpol pp untuk segera membubarkan masa,”pinta Selano.

Atas perintah tersebut, petuga Satpol PP bereaksi dengan membuka pagar dan membubarkan paksa mahasiswa. Akibatnya kericuhan tidak terhindarkan.

Mahasiswa yang sempat dipukul mundur kembali melawan dengan mempertahankan posisi mereka. Kericuhan ini sempat membuat arus lalu lintas di depan Balai Kota macet total, akibat anggota Satpol PP dan mahasiswa memenuhi ruas jalan tersebut.

aksi kejar-kejaranpun tak terhindarkan antara mahasiswa dan aparat kepolisian serta anggota Satpol PP hingga ke perempatan jalan Sultan Hairun dan Sam Ratulangi. Bahkan sejumlah mahasiswa juga tidak luput dari aksi anarkis yang dilakukan sejumlah oknum anggota Satpol PP, bahkan ada yang diamankan lantaran dianggap memprovokasi massa.

Kericuhan tersebut akhirnya berakhir, setelah mahasiswa memilih mengalah dan membubarkan diri pada sekitar pukul 14.00 WIT. namun diakhir aksi sejumlah mahasiswa tersebut kemudian dipulangkan. (S-45/S-51)