AMBON, Siwalimanews – BUpati Kepulauan Tanimbar Petrus  Fatlolon membacakan pengantar dalam rapat bersama dengan anggota DPRD Maluku, Senin (15/3) dengan judul Dari Tanimbar untuk Maluku dan Indonesia.

“Dari dinding-dinding batu dan karang-karang di utara Molo Malu sampai ke pasir putih tanjung lampu selatan selaru….. katong anak-anak Tanimbar ingin menggemakan suara Dari Tanimbar Untuk Maluku Dan Indonesia.

Tapak demi tapak Maluku bangkit, tahun demi tahun Indonesia maju, masa demi masa kita bertekad mengukir sejarah sebagai anak-anak satu darah Maluku yang “Potong di kuku rasa di daging” Ijinkanlah kami saat ini ungkapkan isi hati kami, atas semua kegelisahan yang kami rasa dan kami bawa untuk saudara-saudara kami yang sementara duduk bersama di saat ini. Anak-anak Tanimbar telah menyerahkan isi perutnya yakni alamnya dan saudara perempuanya yakni Tanah-tanahnya bagi Maluku dan bagi Indonesia dengan segala resikonya.

Dengan tulus semua itu diserahkan agar Maluku dan Indonesia melompat maju mengejar cita-cita bangsa. Itulah kayu berpalang yang dipikul Tanimbar dengan resiko eko­nomi, politik, sosial, budaya dll.

Jangan pandang sebelah mata.. Diatas tubuh Yamdena..,.. saat ini paku-paku besi tertancap menghantam perut ibu dan saudara kandungku… supaya Maluku berjaya. supaya Indonesia bermartabat di mata dunia… supaya Nusantara dihitung dan disegani diantara bangsa-bangsa.

Baca Juga: Dua Puskesmas Baru Diresmikan Bupati SBB

Jangan pernah dihargai sebelah tangan, sebab kami bukan me­-minta belas kasihan atas 10 piring makanan diberikan, sebab…..ja-ngan lupa piring-piring itu berjejar diatas ubi, mandekar, soli, wanat dida, teripang, lola bahkan menggesernya dari rumahnya. kami meminta tempatna diganti sebagai Hak Ibu Tanimbar yang anak-anaknya diserahkan, supaya anak-anak yang lain juga merasakan air susunya.

Ia kini bukan hanya menyusui anak-anak Tanimbar tapi juga anak-anak Maluku, bahkan anak-anak Indonesia. Demikiankah Ia dihargai.  Resiko itu Ibu Tanimbar ambil, Ibu Tanimbar pikul, Ibu Tanimbar Tulusssss !!!!! Hargai juga ia dengan ketulusanmu seperti engkau mengasihi ibumu.

Tanah Tanimbar adalah tanah bernyawa, yang juga rasa sakit dan menangis, yang berpeluh rasa sayang, yang bangkit dan memeluk Buru, Seram, Ambon, Lease, Banda, TNS, Kei, Aru sampai ke Barat Daya.

Juga merangkul dan menggen­dong Sabang sampai Merauke dengan kasih tak terhingga, sayangilah ia, sebab saatnya semua orang akan berdiri diatasnya, rasakan pelukannya dan juga sakit dan tangisannya.

Semua orang di tempat ini suatu ketika akan menginjakan kakinya di Tanimbar, dan akan merasakan detakan jantung berdenyut ditelapak kaki. Kami yakin, Denyutannya akan berbeda saat kemarin dan saat nanti. Sebab denyutannya akan mengikuti irama ketulusan tapi juga ketidaktulusan.

Saatnya pasti kita rasakan. Itulah denyutan seorang Ibu yang ber-Tu­-han, yang tahu keadalam hati anak-anaknya. Hargailah ia seba­-gaimana ibumu engkau hargai, hargailah Ia karena Ia telah ber-se­dia memberi diri bagi banyak orang.

Kami meminta, berikanlah penghargaan yang pantas, penghargaan yang layak, yang lahir dari lubuk hati yang tulus. Saat banyak orang hitung untung, banyak orang iming-iming sorga kemajuan, tak banyak orang hitung sakit, tergusur, tersingkir, terkapar, tersudut, tersakiti. Itu sudah menjadi bagian kami yang diterima sepenuh hati…. boleh­kah hal itu diberi porsi yang pantas?? Inilah harapan kami, sama seperti saudara-saudara, kami pun punya sumpah atas tanah dan negeri kami, atas air, pohon dan semua yang menghi­dupi kami di bumi Tanimbar. Akhirnya,  Tanimbar Su Kasi Diri Par Maluku dan Indonesia Jang Rampas Tanimbar Pung Hak.

Meminjam pepatah saudara-saudara di pusat Maluku ini : Sei hale hatu, hatu lisa pei Sei lisa sou, sou lisa ei Sapa bale batu, batu gepe dia Sapa langgar sumpah, sumpah bunu dia #betatanimbar #betamaluku #betaIndonesia. (S-19)