AMBON, Siwalimanews – Jelang pemberlakuan pembatasan sosial ber­skala besar (PSBB) di Kota Ambon,  para peda­gang dan sopir angkot minta di­perhatikan pemerin­tah. Ditemui di sejumlah pasar tradisional yang ada di Kota Ambon, para pedagang dan sopir angkot itu mengaku eng­gan berlakukan PSBB.

Menurut mereka pem­berlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) saja sangat sulit, apalagi PSBB. Ibu Ningsih warga Batu Me­rah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon  kepada Siwalima me­nutur­kan, sejak pandemi, keluarga­nya merasakan kesulitan yang luar biasa.

“Sebagai pedagang sayur sejak corona ini saya dan keluarga hidup sulit. Terkadang jualan seharian cu­kup untuk makan satu hari. Apa­lagi PKM dengan sistim ganjil genap. Bagi saya pribadi lebih sulit lagi. Lalu PSBB ini muncul kan tidak jauh berbeda dengan PKM hanya saja kalau nonton di TV, PSBB ini lebih sadis. Jujur saya stress bagai­mana kita mau cari uang untuk hidup

Meski begitu, ibu Ningsih berha­rap kepada pemerintah perhatikan pedagang kaki lima. “Pedagang semua pada prinsip ikuti aturan, tapi pemerintah juga harus per­hatikan nasib kami,” keluhnya.

Wahyu pedagang ikan segar di Pasar Mardika mengaku stress jika PSBB jadi diberlakukan. Katanya PSBR dan PKM saja sudah mem­pe­ngaruhi penghasilan sebagai pedagang. Apalagi PSBB yang jelas-jelas pergerakan dan aktivi­tas pedagang ikut dibatasi di pasar.

Baca Juga: BBM Langka di Leihitu, DPRD Diminta Panggil Pertamina

“Belum PSBB kami merasa se­mua hal sudah dibatasi. Kami stress. Kalau seandainya PSBB itu diterapkan, tolong pemerinta turun dan per­hatikan kami ini di pasar,” ujarnya.

Sulitkan Pedagang

Ibu Welly, warga Skip Kecamatan Sirimau Kota Ambon mengungkap­kan,  untuk apa PSBB di berlakukan kalau nantinya sama saja dengan PKM. Sebab untuk saat ini pun dirinya begitu dipersulit dengan pembatasan waktu berjual dengan peraturan gannjil genap.

“PSBB ini untuk apa lagi, kan su­dah ada PKM. Terlalu banyak atu­ran, kami pedagang malah diper­sulit. Aturan dibuat orang besar, kami orang kecil merana. Pemerin­tah tolong perhatikan kami. Kadang jualan kami tidak habis terjual. Otomatis hasil jualan sehari untuk makan sehari saja,” beber Welly.

Beratkan Sopir Angkot

Rencana Pemerintah Kota Ambon memberlakukan PSBB sangat memberatkan sopir angkot. Bagi sopir angkot PSBB berlaku, oto­matis mereka kesulitan pendapa­tan. “Untuk PKM dengan penerapan ganjil genap saja kita sudah ke­sulitan mendapatkan penumpang, yang dibarengi dengan jumlah pe­num­pang hanya 6 orang. Ini sangat memberatkan kami jika Kota Ambon akan memberlakukan PSBB. Kami mau mancari bagaimana ?,” ungkap Ketua Ikatan Pengemudi Passo Ambon, Isak Pelamonia, kepada Siwalima, melalui telepon selulernya, Rabu (10/6).

Pelamonia mengatakan pada prinsipnya, sebagai sopir angkot sangat menghargai keputusan pe­merintah untuk mencegah penye­baran Covid-19  di Kota Ambon. Tapi jangan lupa ada masyarakat yang terkena dampak dari seluruh keputusan itu.

“Banyak masyarakat yang ter­kena dampak tapi bantuan yang diberikan pemerintah tidak merata. Nama-nama sopir angkot sudah didata tapi sampai saat ini bantuan yang diberikan tidak merata, kalau mau terapkan PSBB maka pasti sopir angkot akan menjerit,” tandasnya.

Pelamonia mengaku bantuan yang diberikan pemerintah baik itu PKH, BPNT, BST maupun BLT tidak merata, padahal sopir angkot itu juga terkena dampaknya.

“Jangan terapkan aturan kalau masyarakat masih susah, to­longlah walikota perhatian mas­yarakat. Peraturan akan kami ikuti asalkan pemerintah juga perhatian kami,” cetusnya.

Hal senada diungkapkan sopir angkot jurusan Batu Merah, Mat Pattisahusiwa. Ia meminta agar penerapan PSBB harus juga dibarengi dengan pemberian bantuan dari pemerintah.

“Bantuan tidak diberikan secara merata tetapi walikota sudah be­rencana untuk berlakukan PSBB. Kalau berlakukan PSBB harus di­sertai dengan bantuan dari peme­rin­tah supaya masyarakat tidak su­sah karena tentunya dengan perber­lakuan PSBB ini, aktivitas masyara­kat akan dibatasi,” ujarnya, kepada Siwalima, Rabu (10/6). (S-16/Mg-6)