PENJABAT Bupati Maluku Tengah, Muhamat Marasabessy bersama Uskup Keuskupan Amboina,  Mgr Senno Ngutra meresmikan Gereja Katolik Stasi Santo Petrus Saparua, di Negeri Tiouw, Batu Bakar Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, Rabu (28/6).

Rangkaian acara peresmian ditandai dengan penandatangan prasasti dan pembukaan papan nama Gereja Santo Petrus dilanjutkan dengan membunyikan lonceng gereja secara bersama oleh Uskup Senno Ngutra, Penjabat Bupati Malteng, Ketua Latupati, Sekretaris Klasis GPM PP Lease dan Camat Saparua Timur, Halil Pattisahusiwa mewakili masyarakat Muslim di Saparua. Selanjutnya penyerahan kunci gereja dari koordinator pembangunan kepada pastor paroki RD Paul Kalkoy, yang dilanjutkan dengan pembukaan pintu gereja dan pengguntingan pita oleh Penjabat Ketua TP PKK Maluku Tengah, ibu Bella Marasabessy.

“Saya atas nama pribadi bersama istri dan pemerintah serta masyarakat mengucapkan selamat untuk peresmian gereja Katolik Santo Petrus Saparua. Semoga gedung gereja ini dirawat dan digunakan sebagai sarana beribadah dan meningkatkan kualitas iman umat Katolik,” pinta Muhamat Marasabessy dalam sambutannya.

Marasabessy menegaskan, gedung Gereja Katolik yang baru diresmikan merupakan bentuk perjuangan umat dan pemerintah akan selalu hadir membantu umat.

“Mari kita saling mendoakan agar tercipta kerukunanan dan kedamaian. Kita berjuang bersama membangun Saparua dan Maluku Tengah,” pinta Muhamat Marasabessy.

Baca Juga: Bupati Hadiri Peringatan Hari Bhayangkara ke-77

Uskup Keuskupan Amboina, Mgr Senno Ngutra mengucapkan terima kasih atas kehadiran Penjabat Bupati Maluku Tengah bersama ibu, Ketua Latupati Saparua, para raja, Ketua Klasis GPM PP Lease, pendeta se-Kecamatan Saparua dan pimpinan gereja dedominasi, tokoh umat muslim, TNI dan Polri serta seluruh elemen masyarakat Saparua.

Uskup menyampaikan terima kasih atas tanah ini, masyara­kat­nya yang dengan penuh cinta me­-relakan tanahnya untuk dibangun sebuah Gedung Gereja Katolik.

“Gereja seperti ini indah, tetapi gereja ini terbangun dari batu-batu mati, semen, pasar dan lainnya. Lalu artinya, gereja yang sesungguhnya adalah jemaat itu sendiri. Kita bangun gereja megah tetapi umat malas masuk gereja sama saja. Kalau gereja sederhana, tetapi iman umat dalam, iman umat betul-betul bagus, maka gereja itu akan ada sukacita dan kedamaian,”ungkap Uskup seraya menyampaikan terima kasih kepada Pastor Paroki dan umat yang telah membangun gereja yang mungil.

Uskup berharap, gereja ini hendaknya selalu digunakan untuk memuji Tuhan.

“Itu yang paling penting. Gereja atau mimbar jangan dipakai untuk marah-marah umat, atau menghukum atau mengutuk umat, karena yang keluar dari mimbar ini seperti diajarkan Tuhan Yesus adalah cinta kasih, pengampunan, belas kasihan, saling memaafkan, saling melindungi,”ungkap Uskup.

Uskup juga berharap kedepan jika ada basudara dari GPM atau denominasi gereja ingin menggunakan gereja ini untuk beribadah atau membuat acara-acara rohani, silahkan.

“Gereja terbuka bagi semua umat, dengan tetap memperhatikan tempat-tempat yang dikuduskan di dalam gereja,” ungkapnya seraya berharap semoga gedung gereja Katolik Santo Petrus Saparua yang terbangun dari benda-benda mati menjadi sarana umat beribadah dan meningkatkan kualitas iman.

Sementara itu, Pastor Paroki St Fransiskus Xaverius, RD Paul Kalkoy dalam laporannya mengatakan, Saparua punya sejarah yang luar biasa tetapi sering kali dilupakan. Namun, terbukti hari ini banyak orang baru pertama kali menginjakan kakinya di Saparua, sekitar 400 umat Katolik dari Kota Ambon datang untuk menyaksikan langsung acara peresmian dan pentahbisan gereja St Petrus Saparua.

“Umat Katolik di Saparua tidak lebih dari 22 KK dan hanya 52 jiwa, karena itu kita bawa umat dari Katedral maupun paroki-paroki di Kota Ambon datang sama-sama bersyukur untuk tempat ini. Seperti kata Paus Fransiskus, Gereja itu adalah kehadiran dari Tuhan sendiri. Gereja adalah rumah Tuhan sekaligus rumah kita,”ungkap Pastor Kalkoy.

Dijelaskan, pekerjaan pembangunan gereja memakan waktu 4 bulan, meskipun dimulai sejak tanggal 9 Oktober 2022 tahun lalu, tetapi ada banyak waktu para tukang harus libur Natal, Paskah, Tahbisan dan lain-lain, dan hanya dikerjakan 4 bulan hingga peresmian hari ini.

“Rencana awal hanya renovasi ganti atap dan dinding, tetapi dimulai dari bantuan Yayasan Kasih Mulia kemudian dilanjutkan dengan bantuan banyak orang yang baik sehingga gedung gereja ini boleh dibangun baru, dan ini semua murni kontribusi umat beriman. Dan karena kontribusi tersebut saya memberanikan diri untuk membangun kembali gereja sekaligus membangun pastoran yang baru untuk umat Saparua,”jelas Pastor Paul seraya merincikan, pembangunan gereja dan pastoran menghabiskan dana sekitar Rp 673.500.000 ditambah banyak yang memberi dalam bentuk barang. (S-09)