NAMLEA, Siwalimanews – Bocah tujuh tahun yang menjadi korban perkosaan di Desa Metar, Kecamatan Lolongquba, Kabupa­ten Buru, kini menjalani perawatan di RSU Lala. Ayah kandung korban, RA, meminta kepolisian segera me­nemukan pelaku pemerkosaan itu.

Kepada wartawan yang berhasil menemuinya di RSU Lala, Sabtu (22/2) RA yang begitu terpukul dengan nasib tragis yang menimpa anaknya, mengakui kondisi anaknya masih memburuk.

Istrinya juga sangat terpukul de­ngan kejadian itu dan sangat tertu­tup dan tidak mau berkomunikasi dengan orang yang tidak dikenal­nya. Kondisi juga terganggu.

Karena itu, RA yang berusaha tetap tegar dengan setia mendam­pingi anaknya dan istrinya di RSU Lala, Namlea.

RA mengaku belum bisa mem­berikan komentar banyak. Ia tidak ingin ada yang datang menanyakan ulang kejadian yang menimpa anaknya.

Baca Juga: Pemeriksaan Saksi Korupsi Dana MTQ di Surabaya Molor

“Katong belum bisa komentar apa apa. Karena kalau katong dapat tanya, berarti katong inga ulang kejadian itu, bikin katong sebagai orang tua rasa dada sasa, katong emosi. Apalagi maitua, kalau ingat itu pasti manangis,” ucap RA.

Ia berharap, agar  polisi bisa segera menangkap pelaku untuk memper­tanggungjawabkan perbuatannya.

Sementara itu sumber di kepo­lisian yang dihubungi Minggu ma­lam, menyebutkan masih kesulitan menemukan pelaku, karena saat kasus itu terjadi hanya ada pelaku bejat itu dengan korban.

Sumber ini mengaku, ada sese­orang dengan ciri-ciri tertentu sempat dicurigai berkeliaran di dalam Desa Metar dan sempat menanyakan durian dan wajahnya sempat dilihat ibu korban sebelum peristiwa naas itu terjadi.

Hanya saja, polisi masih belum bisa mengorek informasi dari korban dan ibu kandung korban, karena alasan kondisi kesehatan yang belum stabil.

“Korban dan ibunya masih dalam keadaan traumatik, sehingga polisi belum dapat mengirek keterangan dari mereka,”papar sumber ini.

Satu sumber di kepolisian lainnya menyebutkan, dengan bermodal ciri-ciri awal dari pelaku, polisi kini masih terus melakukan penjejakan pada beberapa tempat yang diduga men­jadi tempat persembunyian pelaku.

Sementara itu, pihak P2TP2A masih terus melakukan pendampi­ngan  dengan berbagai upaya terha­dap korban  dan orang tua korban.  Plt. Sekretaris Dinas P2TP2A Kabu­paten Buru. Ridwan Bega menga­takan, pihaknya akan terus melaku­kan pendampingan fisik maupun psikis bagi korban dan juga orang tua.

“Kami masih akan terus mela­kukan pendampingan dengan berba­gai cara. Yang bisa dilakukan seka­rang karena korbanya masih dirumah sakit maka kita masih fokus pada pemantauan kondisi korban, sedangkan untuk orang tua korban sejauh ini juga masih sangat trauma, bahkan ibu si korban masih banyak terdiam dan sulit merespon komu­nikasi,” kata ridwan.

Bocah 7 Tahun Diperkosa

Seperti diberitakan, bocah tujuh tahun, AC, Warga Desa Metar, Ke­camatan Lolongquba, Kabupaten Buru diperkosa secara sadis oleh orang tak dikenal, Jumat (21/2) pagi.

Ia harus dilarikan ke puskesmas terdekat, karena mengalami pendara­han. Saat melancarkan aksi biadabnya pelaku memakai karpus.

Kapolsek Waeapo, Ipda AE Poleon­ro yang dikonfirmasi Siwalima, mem­benarkan kasus tersebut. “Korban sedang dirawat di Puskesmas Lolong­quba,” kata Poleonro.

Menurut Poleonro, untuk semen­tara, baik korban maupun orang tua korban yang sedang menemani anak­nya di puskesmas belum bisa dimintai keterangan.”Kondisi kesehatan korban belum memungkinkan untuk diambil keterangan. Orang tuanya juga sedang mendampingi anaknya,” jelasnya.

Kendati demikian, pihak Polsek Waeapo telah bergerak cepat dengan mengumpulkan keterangan dari saksi-saksi lainnya yang ada di TKP. Hanya saja, polisi masih belum mengetahui dan menemukan pelakunya.

“Pada saat peristiwa terjadi hanya ada korban dan pelaku. Tidak ada saksi lain yang melihat,”papar Poleo­nro.

Informasi yang dihimpun menye­butkan, kasus perkosaan yang menimpa korban terjadi di Desa Metar,  Kecamatan Lolongquba sekitar pukul 10.00 WIT di rumah milik Matina Behuku, yang sedang kosong.

Peristiwa berawal saat korban berjalan menuju jembatan yang tidak jauh dari rumah orang tuanya untuk membuang sampah. Sampai di jembatan, ada seorang pria dewasa yang menutup mukanya dengan karpus menghadang korban.

Korban kemudian ditarik menuju rumah Matina Behuku yang lagi kosong ditinggal pergi penghuninya.

Sesuai pengakuan korban kepada orang tuanya dan warga setempat, di dalam rumah kosong itu, pelaku yang tidak dikenal ini dengan kasar memaksa menurunkan celana korban hingga batas lutut.

Sesudah itu, pria bejat ini dengan kekerasan memasukan jari dan menusuk kemaluan korban yang masih duduk di kelas 1 SD ini.

Akibat tindakan brutal itu, kema­luan korban berdarah. Korban yang kesakitan sempat menjerit, tapi pelaku tanpa belas kasihan terus beraksi.

Dengan bernafsu pelaku melanjut­kan aksinya dan tanpa rasa belas kasihan, ia memperkosa korban.

Usai melakukan perbuatan bejatnya, pelaku kabur dan meninggalkan korban di TKP.

Korban yang pulang ke rumah lalu mengadukan peristiwa itu orang tuanya. Sontak, warga Desa Metar dibikin heboh, namun pelaku sudah  tidak diketahui rimbanya.

Korban kemudian dilarikan ke puskesmas terdekat untuk mendapat perawatan medis. Masyarakat mengutuk keras perbuatan biadab itu. Mereka mendoakan agar kepolisian bertindak cepat dan segera dapat menemukan pelakunya. (S-31)