AMBON, Siwalimanews – Dua hari diguyur hujan sejak Senin (29/6) hingga Selasa (30/6), Kota Ambon dikepung longsor di 10 titik. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, tapi kerugian materil diperkirakan capai ratusan juta akibat sejumlah rumah dan talud rusak parah.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ambon menyebutkan, terdapat sepuluh titik peristiwa longsor tersebar di sejumlah wilayah di Ambon. Wilayah yang paling parah terjadi longsor dan nyaris meluluhlantakan rumah warga di kawasan Skip, Kecamatan Sirimau.

Selain itu, longsor juga dite­mukan terjadi di kawasan Ama­husu, Kecamatan Nusaniwe, Hative Kecil, Batu Merah, Batu Meja, Soya, Kelurahan Waihoka, Kelurahan Urimessing, Mangga Dua dan kawasan Hunut Keca­matan Teluk Ambon.

“Jadi data sementara itu kurang lebih ada 10 titik terjadi longsor, dimana yang paling besar itu di kawasan Sirimau. Selanjutnya di Nusaniwe karena disini terjadi longsor di beberapa titik baik di desa maupun kelurahan. Lalu ada juga di Hative Kecil, dimana akibat­nya sejumlah rumah mengalami ke­rusakan. Selanjutnya Batu Meja, lalu Batu Merah terdapat longsor antara Batu Merah dan Kelurahan Aman­telu dan Skip,” jelas Kepala Ba­dan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ambon, Dem­my Paays kepada Siwalima Selasa (30/6).

Paays mengatakan, untuk kawa­-san terparah ada di Skip. Kawasan ini sejumlah rumah terancam. Jika tidak segera tertangani dampaknya meluas dan bisa terjadi longsor susulan.

Baca Juga: Brimob Maluku Kembali Berbagi dengan Masyarakat

Untuk memperkecil luasan longsor, BPBD langsung ke tempat kejadian perkara melakukan tanggap darurat sekaligus menyerahkan ban­tuan terpal.

“BPBD sudah lakukan tanggap darurat guna meminimalisir meluas­nya tanah longsor, disamping mem­bantu membersihkan lokasi yang dipenuhi dengan sejumlah material tanah. Kita juga sudah bantu beri­kan terpal dan sekop sesuai dengan ke­butuhan di lapangan,” ungkap­nya.

Akibat hujan mengguyur Ambon tidak hanya terjadi longsor tapi ban­jir di kawasan Batu Merah. Di sini karena merupakan dataran rendah, olehnya ketika hujan turun dengan intensitas tinggi, terjadi genangan air setinggi perut orang dewasa.

“Sebenarnya banjir di Batu Merah itu karena dataran rendah sehingga tegenang air. Hampir setiap tahun kalau hujan kawasan ini menjadi langganan air tergenang sekitar perut orang dewasa,” tutur Paays.

Hingga berita ini diturunkan, Paays mengaku pihaknya belum mendapatkan data kerusakan rumah warga, lantaran staff BPBD Kota Ambon masih melakukan penelu­suran di sejumlah kawasan.

Longsor Skip Terparah

Pantauan Siwalima di kawasan Skip RT 002/RW003 Kelurahan Batu Meja, Kecamatan Sirimau Selasa (30/6), rumah keluarga Wenno nyaris ambruk ditutupi material longsor. Menurut penuturan pemilik rumah, Ny Wenno, sekitar pukul 10.00 Wit, saat longsor terjadi keluarga besar­nya sementara berada di dalam ru­mah. Tiba-tiba tanah terbelah. Peng­huni rumah panik dan secepatnya lari keluar berhamburan.

Longsor pertama diakui Ny Wenno cukup kuat dibandingkan longsor kedua. Saat itu Ny Wenno dan keluarga melihat talud penahan tanah di rumah mereka sudah patah. Tak lama kemudian longsor susulan, sehingga sebagian pagar rumah juga ikut terbawa material longsor.

Dari peristiwa itu rumah Ny Wenno terancam ambruk, lantaran bagian depan rumah sudah terlihat rapuh. Meski demikian, Ny.Wenno mengaku pasca longsor warga se­tempat langsung  mendatangi ru­mah­nya untuk membantu mengang­kat material longsor termasuk pihak BPBD.

“Warga sudah baku bantu angkat material, termasuk dari BPBD juga sudah berikan kita bantuan terpal dan langsung dipasang oleh warga disini ,” bebernya.

Hunuth Jalan Amblas

Sementara itu, ruas jalan menuju ke lokasi tempat pemakaman umum (TPU) Hunuth di Kecamatan Teluk Ambon, yang merupakan jalan penghubung utama ke Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, terancam amblas.

Ruas jalan ini sebagian badan jalan ambruk akaibat longsor, bahkan pepohonan yang berada disamping jalan tersbeut ikut ter­bawa material longsoran. Pantauan Siwalima di Selasa (30/6), tanah bawah aspal bergerak dan menye­babkan sebagian badan jalan mulai amblas, bahkan sebagian lagi mulai mengalami keretakan.

Jalan tersebut terlihat tak ada ada garis polisi ataun tanda bahaya yang dipasang di ruas jalan itu kepada pengguna jalan, namun masyarakat hanya menandainya dengan tumpukan batu yang diletakan tepat di atas badan jalan yang mulai retak.

Akibat kerusakan jalan itu, pe­-ngendara roda empat tak berakti­vitas dua arus, sehingga terjadi antrian kendaraan cukup panjang untuk menanti giliran lewat.

“Kita tak bisa lagi jalan dua arus sebab jalan disebelah sudah ambruk. Kalau dipaksakan takut jalannya amblas, apalagi hujan terus tak berhenti. Jadi kita sopir saling mengerti dan antri tunggu giliran lewat,” ungkap Udin salah satu pengemudi yang ditemui di lokasi tersebut. (Mg-5/Mg-6)