AMBON, Siwalimanews – Puluhan mahasiswa Batabual, Kabupaten Buru menggelar aksi demonstrasi ke Kantor Bupati Buru. Mereka tidak menerima dituding aksi unjuk rasa yang dilakukan saat kunjungan Gubernur Maluku, Murad Ismail ke kabupaten tersebut, Sabtu (9/7) telah ditunggangi politik.

Dalam demonstrasi yang dila­kukan di Kantor Bupati Buru, Selasa (12/7) puluhan mahasiswa Keca­matan Batubual ini nekad melakukan sumpah pocong, karena aksi aksi yang dilakukan saat itu murni da­tang dari lubuk harti mereka, dan tidak ada internvensi dari partai manapun.

“Ini persoalan fitnah baku fitnah. Jujur demi Allah, katong melakukan aksi atas panggilan dari hati nurani. Tidak ada intervensi dari partai ma­na­pun. Demi Allah,” ungkap Soe­hardi Waiulung saat menyampaikan aspirasi mahasiswa Batabual.

Demo Mahasiswa Batabual luput dari pantauan wartawan. Namun dari video amatir yang beredar, ter­lihat Djalaluddin Salampesy dite­mani Sekda Muh Ilyas Bin Hamid, Asisten I, Masri Bugis dan sejumlah pejabat esalon II menemui para pendemo.

Semula mahasiswa berkeinginan menyampaikan unek-unek mereka menggunakan pengeras suara, na­mun penjabat meminta untuk tidak dilakukan, karena suara yang keras akan terdengar sampai ke dalam dan mengganggu kegiatan rapat memba­has berbagai program kegiatan pem­bangunan.

Baca Juga: Festival Durian Jadi Agenda Musiman

Setelah berunding sebentar, akhir­nya Soehardi yang memimpin aksi itu menuruti permintaan penjabat bupati, dan mau berdialog tanpa pe­ngeras suara.

Pada kesempatan itu, Soehardi minta penjabat bupati mengklarifi­kasi pernyataannya di salah satu media massa, bahwa aksi tanggal 9 Juli lalu ditunggangi kepentingan politik.

“Katong minta dari bapak pen­jabat, klarifikasi persoalan bahasa yang bapak penjabat sampaikan pada media massa, persoalan aksi mahasiswa Kecamatan Batabual yang dilakukan pada 9 Juli 2022, pada hari Sabtu kemarin di Pelabu­han Merah Putih, katanya aksi katong itu berdasarkan kepentingan politik, atau berhubungan dengan mantan Bupati Buru, ini yang harus bapak klarifikasi,” tegas Soehardi.

Karena itu, Soehardi dan elemen mahasiswa Batabual tidak terima bahwa ada yang mengaitkan aksi demo itu adalah permainan mantan bupati.

“Jujur demi Allah, demi Rasul, beta punya orang tatua, beta punya leluhur, nenek moyang yang ada di Kecamatan Batabual menyaksikan atas aksi yang katong lakukan. Aksi itu atas keterpanggilan hati katong, “sumpah Soehardi dihadapan pen­jabat bupati.

Soehardi dan rekan-rekannya juga mengapresiasi kunjungan gubernur dan rombongan, sebab akan mem­bawa banyak manfaat buat Kabupa­ten Buru. Namun mereka juga ingin memanfaatkan momen itu agar dapat menyampaikan aspirasi langsung kepada gubernur, sebab momen kun­jungan seperti itu jarang terjadi saat Ramly Umasugi masih menjadi bupati.

Ia juga mengaku, kehadiran ma­hasiswa Batabual di hari itu, bukan disengaja untuk mengacaukan acara di Dermaga Merah putih. Namun tujuan kedatangan mereka hanya satu, yaitu mempertanyakan persoa­lan jalan di Batabual.

“Alasannya,  saat pimpinan DPRD Buru bertemu pihak Balai Jalan Ma­luku bahwa status jalan di Batabual naik menjadi jalan nasional. Tapi saat ketemu penjabat bupati diinfor­masi­kan statusnya masih jalan provinsi. Ini yang jadi tanda tanya besar bagi kami, sehingga kami melakukan aksi itu agar dapat bertemu dengan gu­bernur guna menanyakan per­soalan jitu,” cetusnya.

Selain itu kata Soehardi, mereka juga ingin menagih janji politik Murad Ismail tahun 2018 lalu. Untuk itu,  mahasiswa Batabual minta agar penjabat bupati mengklarifikasi bahasanya, sehingga masyarakat luas mengetahui kalau aksi mereka adalah murni dan tidak ditunggangi.

“Demi Allah, beta siap sumpah pocong, katong samua siap. Mau mati hari ini atau mati besok sama, saja,” ucap Soehardi.

Soehardi mengaku, pernah mela­kukan aksi yang sama di bulan Juli tahun 2021 kepada Bupati Ramly Umasugi, saat itu juga ada yang menuding dibelakang mereka ada PDIP, PPP dan Nasdem. Dan saat aksi kepada Gubernur MI, ada lagi yang menuduh, bahwa mahasiswa dibelakang Partai Golkar. Padahal, mahasiswa Batabual tidak ada kepentingan dengan partai politik manapun. Kepentingan mereka hanya satu, yakni agar orang tua mereka secepatnya dapat menikmati jalan Batabual yang layak.

Didepan mahasiswa Djalaluddin mengaku, dalam bulan ini, ia sudah dua kali ke Batabual. Bahkan ia mengaku selalu teringat dengan aksi demonstrasi mahasiswa di Ambon yang memperjuangkan jalan Bata­bual, yang mana saat itu ia masih menjabat sebagai Kepala Bappeda Maluku. “Saat saya sudah jadi Penjabat Bupati, ada juga  yang datang menemui saya dan sudah dijelaskan soal jalan di Batabual, lalu apa yang kurang lagi,” tanya Djalaludin.

Djalaluddin menegaskan, kalau rencana pembangunan jalan di Bata­bual sudah dimasukan dalam APBD. Untuk itu, apakah harus dijelaskan lagi berulang-ulang. Padahal jadi maha­siswa harus cerdas. (S-15)