SAUMLAKI, Siwalimanews – Setelah dinyatakan hilang selama 15 hari di lautan, empat dari tujuh warga Kabupaten Tanimbar yang hanyut akhirnya ditemukan, Jumat (29/3) kemarin.

Atas keberhasilan ditemukannya para korban ini, Pemerintah Kabupaten Tanimbar menyampaikan terimakasih kepada Pemkab Aru serta Tim SAR gabungan dan para jurnalis serta semua pihak termasuk nahkoda KM Berlian 06 beserta ABKnya yang menemukan para korban.

“Pemkab Tanimbar setelah berusaha melakukan pencarian namun tak ditemukan, langsung  melakukan kontak secara resmi dengan Pemkab Aru pada 21 Maret dengan penuh harapan para korban dapat ditemukan yang dibantu oleh Pemkab Aru dan tim SAR gabungan,” ucap Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Tanimbar Agustinus Songupnuan saat dikonfirmasi Siwalimanews, Sabtu (30/3)

Berkat kerja keras yang tak kenal lelah kata Songupnuan, akhirnya para korban ditemukan, meski hanya 3 yang selamat, 1 meninggal dunia, dan 3 lainnya menurut informasi korban yang selamat bahwa juga telah meninggal dan jasadnya telah ditenggelamkan .

Setelah mendapat informasi para korban ditemukan, selanjutnya atas bantuan Pemkab Aru lewat Dinas Perikanan dan BPBD, Lanal Aru, serta Satpolair  Polres Aru, Basarnas Dobo, dan para pihak swasta lainnya membantu evakuasi para korban.

Baca Juga: Fraksi Perindo Minta Pemprov Percepat Penyerapan Anggaran

“ 3 korban selamt dan 1 jenasah dipindahkan dari KM Lautan Berlian 6 ke Kapal Patroli milik KPLP untuk selanjutnya dibawa ke Kota Dobo. Kira kira malam mungkin baru tiba sebab lokasinya cukup jauh,” ungkap Songupnuan.

Songupnuan juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan media yang sempat hadir dalam pelepasan tim SAR gabungan di dermaga Lanal Aru, atas atensi dan kerja keras dengan berbagai cara membantu dalam pencarian korban hanyut warga Kabupaten Tanimbar.

Setelah nantinya para korban tiba, pihaknya telah berkoordinasi dengan Pemkab Aru untuk secepatnya melakukan penanganan medis bagi korban selamat. Untuk korban meninggal dunia, pemkab akan menanggung semua biaya pemulangan korban ke keluarga.

“Sesuai informasi, dari 7 korban tiga yang lebih dulu meninggal dibuang ke laut oleh saudara mereka karena tidak mungkin membusuk dalam longboat. Sementara 3 selamat dan 1 korban lainya akan diberikan penanganan medis oleh Pemkab Aru setelah tiganya merasa kuat kami akan mengevakuasi ke Tanimbar. Kami sedang menjadwalkan kepulangan mereka, namun tetap sesuai koordinasi dengan Pemkab Aru sampai dengan kondisi ketiganya siap baru kita pulangkan mereka dengan  pesawat,”tutur Songupnuan.

Untuk 1 korban meninggal, pihaknya juga akan mempersiapkan segala keperluan untuk kepulangannya ke keluarga, baik mulai dari peti jenazah, formalin dan semua anggaran yang dibutuhkan. Sementara Bagi 4 korban yang meninggal kami akan membuat akta kematian mereka, sehingga menjadi dasar bagi Pemkab untuk memberikan santunan kepada ahli waris mereka.

“Mewakili Pemkab Tanimbar kami mengucapkan turut berduka atas meninggalnya 4 warga Tanimbar. Kami juga bersyukur atas kuasa Tuhan ada yang selamat dan sementara dievakuasi ke Aru. Berikutnya kami ucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah bekerja sama hingga warga Tanimbar yang hilang di laut selama 16 hari akhirnya ditemukan,” ucap Songupnuan.

Untuk diketahui, para korban awalnya pergi piknik ke ke Pantai Tumbur, Kecamatan Wertamrian dengan menggunakan perahu ketinting untuk merayakan ulang tahun Yohanes Salwey (korban hilang), pada Rabu 13 Maret 2024 sekitar pukul 15.00 WIT.

Sesampainya di Desa Tumbur, para korban mengajak beberapa warga Tumbur untuk bersama-sama ikut ke lokasi Pantai Cinta Kasih di Desa Tumbur dalam rangka untuk merayakan HUT Yohanes Salwey. Sekitar pukul 21.30 WIT selanjutnya para korban pamit kepada warga Tumbur untuk kembali ke Desa Wowonda dengan menggunakan perahu ketinting.

Namun saat itu seorang saksi Modestus Takndare (ayah dari salah satu korban) sempat meminta melalui handphone agar para korban jangan dulu kembali ke Desa Wowonda, karena sudah malam hari dan cuaca laut tidak bersahabat.

Mengetahui hal tersebut Jermias Takndare mengatakan harus tetap pulang karena ada beberapa anak yang harus mengikuti ujian besok. Setelah itu para korban pun langsung berangkat meninggalkan Pantai Desa Tumbur dan menuju ke Desa Wowonda dengan menggunakan perahu ketinting.

Namun, pada Kamis 14 Maret 2024, sekitar pukul 09.59 WIT, Jeremias Takndare mengirim pesan suara melalui WA ke salah satu warga Desa Wowonda meminta tolong orang tuanya agar datang menjemput karena perahu mereka sudah hanyut hingga di depan Pulau Dua antara Desa Lorulun dan Desa Atubul, Kecamatan Wertamrian.

Kemudian pada pukul 14.00 WIT, Pemerintah Desa Wowonda bersama masyarakat langsung melakukan pencarian dengan menggunakan empat long boat dan melibatkan warga Desa Tumbur menggunakan 2 ketinting dengan tujuan sekitar perairan Pulau Dua, Desa Lorulun.

Namun saat dilakukan pencarian, cuaca saat itu ekstrim dikarenakan angin kencang dan gelombang yang mengakibatkan pencarian yang dilakukan hingga hingga 18.30 WIT tidak membuahkan hasil.

Berdasarkan konfirmasi dengan Korban Yohanis Salwey diketahui, posisi ketinting mereka berada di perairan di depan Pulau Dua Desa Lorulun, Kecamatan Wertamrian dan ketinting tersebut mengalami kerusakan pada as mesin yang patah, sehingga perahu ketinting terbawa arus dan angin dari pantai Tumbur hingga ke perairan Pulau Dua.

Pada Jumat 15 Maret 2024, Pukul 03.00 WIT, tindakan pencarian kembali dilakukan oleh warga namun perahu yang digunakan tidak dapat mencapai lokasi dikarenakan cuaca buruk. Pada saat itu salah satu korban Yovita Takndare sempat berkomunikasi melalui Whatsapp dengan keluarga dan menyampaikan salah seorang korban atas nama Jeremias Takndare telah meninggal dunia diatas perahu.

Namun setelah itu, komunikasi dengan para korban diatas perahu pun hilang sekaligus tidak ada lagi komunikasi lebih lanjut.(S-26)