AMBON, Siwalimanews – Masyarakat di Negeri Hulaliu, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Malteng sudah mulai sadar dan merasakan kehidupan yang aman, tentram dan damai serta hidup saling berdampingan antar satu dengan yang lain dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Mereka yang selama ini mengikuti FKM RMS telah menyatakan setia kepada NKRI. Dua bendera RMS diserahkan oleh Yan Abraham Noiya, kepada anggota Polri, di SMA Negeri 5 Hulaliu, Kecamatan Pulau Haruku, Senin (20/4) lalu sekitar pukul 21.16 WIT.

Noya yang berusia 73 tahun itu merupakan purnawirawan TNI, telah menyatakan sikap keluar dari kelompok FKM RMS.

“Saya telah menyatakan sikap dan janji saya bahwa telah keluar dari FKM RMS dan kembali bergabung dengan NKRI, dan NKRI harga mati bagi saya,” tandas Noiya, yang merupakan pendukung FKM RMS di Negeri Hulaliu, dalam deklarasinya, di Kantor Negeri Hulaliu, Selasa (21/4).

Menurutnya, kehidupan masyarakat dalam bingkai NKRI, jauh lebih baik dan harmonis, dibanding harus mendukung pergerakan FKM RMS, yang tidak sejalan dengan idiologi bangsa maupun falsafah Pancasila dan UUD.

Baca Juga: Pangdam Edukasi Bahaya Corona Kepada Masyarakat Pesisir

Noya menuturkan, pada tahun 1998 dirinya bergabung menjadi simpatisan FKM RMS. Kemudian di tahun 2020, ia mulai ikut rapat-rapat di Kawasan Kayu Tiga, Desa Soya, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon. Bahkan dalam pertemuan itu, mereka dijanjikan akan menerima kemerdekaan, namun janji itu tidak pernah ditepati hingga sekarang.

“Janji kemerdekaan itu selalu kami dengar bahwa Indonesia akan memberikan kemerdekaan kepada RMS, karena RMS itu telah merdeka sejak 25 April 1950,” katanya.

Ia mengaku, sengaja terlibat sebagai simpatisan FKM RMS karena sebagai anak Maluku sehingga harus bergabung organisasi itu.

“Janji mereka tidak pernah ditepati, itu hanya penipuan semata. Justru sebaliknya, saya dan keluarga menderita sehingga saya telah berjanji untuk kembali kepada NKRI,” tandas Noya.

Hal senada juga diungkapkan Eliaser Siahaya, yang juga salah satu simpatisan FKM RMS di Negeri Hulaliu. Ia mengaku, terlibat sebagai simpatisan FKM RMS karena saat konflik kemanusiaan tahun 1999, rumahnya terbakar sehingga merasa putus asa, akhirnya mulai bergabung sebagai simpatisan FKM RMS.

“Setelah saya bergabung, dijanjikan bahwa Maluku ini akan pisah dari NKRI dan kita akan mendirikan negara sendiri dan kita orang Maluku termasuk ada memiliki tempat-tempat tertentu, tetapi itu hanya omong kosong,” ujarnya.

Ia menegaskan, FKM RMS itu penipu besar di tanah Maluku. “Saya sudah bilang untuk semua orang dan bagi semua simpatisan FKM RMS bahwa FKM RMS itu hanya penipu besar bagi kami rakyat Maluku. Ia hanya menjebloskan kami ke penjara dan hidup kami menderita,” tandasnya.

Siahaya telah berjanji dan komitmen untuk kembali kepada NKRI karena NKRI harga mati.

“Demi Tuhan di Sorga, saya bersumpah keluar dari FKM RMS dan tidak kenal lagi mereka. NKRI harga mati, kita masih bisa hidup saling berdampingan, tidak lagi ditakuti-takuti dan hidup dengan aman dan damai,” tegasnya.

Selain itu, Franklin Rionaldo Laisina, yang juga warga Hulaliu menghimbau kepada semua masyarakat di Negeri Hulaliu agar tinggalkan FKM RMS dan kembali kepada NKRI.

“Saya orang yang selalu menghimbau agar masyarakat jangan terlibat di FKM RMS karena NKRI bagi kita adalah harga mati,” tandasnya.

Laisina mengaku, rumahnya pernah dijadikan tempat pelarian simpatisan FKM RMS, Marcus Siahaya, saat dikejar oleh aparat keamanan.

“Saat Marcus Siahaya lari karena dikejar oleh aparat, ia tinggal di rumah saya selama dua hari tetapi sampai hari ini, saya tidak pernah terlibat dan menjadi simpatisan FKM RMS,” ungkapnya.  (S-16)