AMBON, Siwalimanews – Aksi kepedulian sosial  yang dilakukan Bung Michael Wattimena (BMW) sapaan akrab Ketua Departemen DPP Partai Demokrat, Michael Wattimena, terus berlanjut di puncak hari ulang tahun Kota Ambon ke-446, Selasa (7/9).

Hal ini dilakukan setelah mantan anggota DPR dua periode itu kembali bagi nasi kotak bagi warga terdampak Covid-19.

Sehari sebelumnya, menyambut HUT GPM ke- 86, Wattimena membagikan nasi kotak kepada tukang sapu dan warga Kota di Kota Ambon.

Kali ini sasaran pembagian nasi kotak kepada tukang parkir, pengayuh becak, dan tukang ojek serta warga sekitar Urimessing, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon.

Usai pembagian nasi kotak, BMW bersama rombongan bergerak ke Gudang Arang. Disana BMW bersama warga RT 002/RW 06, selain reuni bersama warga setempat merayakan HUT Kota Ambon. Pasalnya, 34 tahun lalu BMW yang disebut Ongki Wattimena, pernah tinggal dikawasan itu bersama keluarga kurang lebih 1,5 tahun.

Baca Juga: Pertamina Hadirkan Pertashop di Latta

Tak hanya itu, usai bersama warga Gudang Arang, mantan Wakil Ketua Komisi V dan IV DPR RI itu menuju kawasan Hatiwe Besar bertemu alumni SD 1 Tanah Tinggi, SMP 6 Ambon, SMA Kristen Ambon, dan alumni Fakultas Ekonomi Unpatti Ambon di salah satu restoran.

Ketika didaulat memberikan sambutan di Gudang Arang, BMW yang juga Ketua Umum DPP Insan Muda Demokrat Indonesia (IMDI) mengucapkan Dirgahayu GPM ke 86. Hari ini, kata dia suka cita yang sama, dimana kota Ambon manise berulang tahun 446.

”Ini adalah usia yang tidak pendek. Ini usia yang sangat panjang sekali. Saya harus jujur katakan buat katong semua bahwa walaupun domisili kami di Jakarta, tapi kami ada aktivitas di Amerika, tapi harus jujur saya katakan bahwa saya bangga sebagai anak Ambon. Anak Maluku,” ujar BMW.

Kenapa demikian, terang kandidat kuat Walikota Ambon itu, karena Kota Ambon dan Maluku sudah sangat lama. “Karena jaringannya karena manisnya, Maluku itu sudah dicari bangsa-bangsa Eropa tahun 1513 silam.” Itu waktu sangat panjang sampai saat ini. Kenapa cari Kota Ambon dan Maluku. Mereka datang cari katong karena kita memiliki sumber daya alam yang luar biasa. Kita punya Cengkeh dan Pala yang dicari Portugis, Belanda, dan Inggris,” tuturnya.

Dia mengisahkan, kebersamaan dengan sebagai wujud temu kangen dengan warga saat HUT kota Ambon ke-446.

”Ketika Pak Hani ketua RT menyampaikan ke saya rencana perayaan HUT Kota Ambon, saya tanya acaranya di mana, disampaikan bahwa kegiatan di Pelabuhan Gudang Arang, beta tanpa pikir panjang langsung mengiyakan dan bersedia hadir,” terangnya.

Padahal, ingat dia, setelah urusan keluarga dirinya harus kembali Ke Jakarta dan selanjutnya ke Amerika melanjutkan studi.

”Akhirnya saya membatalkan jadwal balik ke Jakarta. Kenapa demikian ada emosi beta dengan Gudang Arang. Beta 34 tahun lalu tinggal 1,5 tahun di om Anis Rahawarin dan Tanta Rahawarin Wattimena. Saya dari kelas 2 SMA sampai kelas 3 SMA tinggal di keluarga Rahawarin di Gudang Arang,” tuturnya.

Pelabuhan Gudang Arang, adalah bagian nostalgia pada masa itu BMW. Karenanya, dia berharap, harus membangun Kota Ambon dan Provinsi Maluku dari laut.

”Kenapa demikian karena potensi kita di Maluku ini, di Kota Ambon ini ada di laut. Makanya dalam program Pak Walikota pariwisata masuk dalam agenda 3 besar prioritas pembangunan,” paparnya.

Dengan potensi yang ada seyogianya bangun pariwisata dari laut. ”Kalau bicara pariwisata di kota orientasinya ke laut. Saya sedikit menekankan bagi katong semua. Kenapa provinsi Maluku dan Kota Ambon anggaran dari pusat sangat minim bila dibandingkan provinsi dan Kota lain,” ingatnya.

Apalagi, ingat dia, pemerintah pusat mengalokasikan anggaran hitunganya luas darat. Sementara di Maluku, luas laut lebih banyak dari luar darat.

”Sementara jumlah laut kita dominan lebih dari darat. Laut kita 92, 6 persen. Sementara darat kita 7, 4 persen. Jumlah penduduk kita kecil. Luas darat kita terbatas. Kemarin saya talk show dengan Wakil Ketua DPRD Kota Ambon, Rustam Latupono, ternyata . Anggaran kita hanya Rp 1, 3 trilyun. Bagaimana anggaran terbatas itu bangun Kota begitu bagus dan manis. Butuh kreativitas pemerintah daerah lobi ke pusat untuk tambah anggaran,” harapnya.

Namun, ingat dia, sejauh ini pembangunan di Kota Ambon terus maju dan berkembang dan manis.

“Terus memimpin Kota ini orang yang manis seperti Walikota saat ini. Beliau senyum saja masyarakat terobati kegelisahannya,” sebutnya.

Di hadapan alumni SD 1 Tanah Tinggi, SMP 6 Ambon, SMA Kristen Ambon, dan Fakultas Ekonomi Unpatti Ambon, BMW mengaku, pertemuan dilakukan secara spontan.

Dia mengatakan, pertemuan dengan para alumni tidak terlepas dua agenda, yakni HUT GPM dan Kota Ambon.

”Saya ucapkan dirgahayu GPM ke 86 dan Kota Ambon ke 446. Kita doakan GPM selalu eksis bermitra dengan dominasi gereja dan bermitra dengan pemerintah demi umat. Pada hari ini kita semua merayakan hari ulang tahun kota Ambon 446,” kata BMW.

Dia mengaku, ketika talk show di salah satu radio swasta, dengan topik apakah Ambon masih manis. ” Saya katakan Ambon masih manis. Sebagai anak Ambon dan anak Maluku, kita sambut tamu mempesona di hadapan mereka. Mereka kembali bercerita tentang Ambon. Bukan potensi alamnya tapi warga Kota bersahabat dengan para pendatang baik dari nasional regional dan manca negara. Itu yang menyebabkan sebutan Ambon manise. Kita bangga jadi anak Ambon,” jelasnya.

Dikatakan, sekitar 514 kabupaten dan kota ada 98 berciri kota.” Sementara 4 atau 6 bersifat administratif. Kota di Indonesia dan manca negara tidak manise seperti di Kota Ambon. Manise adalah cantik dan cakap. Jojare dan mongare anak Ambon cantik dan cakap-cakap,” terangnya.

Dia mengaku, tidak semudah satu kota di akui internasional. Sebut saja bandara internasional Pattimura Ambon. ”Jadikan bandara Patimura harus memenuhi beberapa kriteria tapi ketika ketika naik pesawat tiba di bandara disebut kita telah tiba di bandara Pattimura Ambon. Kita Patut bersyukur,” ingatnya.

Tak hanya itu, ciri-ciri Kota Ambon diakui dunia internasional ketika kota ini mendapat pengakuan dari Unesco sebagai Ambon City of Music.

”Kita lihat ciri-ciri internasional kita anak Ambon dan anak Maluku. Pada saat dari Laha menuju Wayame kita lihat ada berciri internasional,yakni Ambon City of Music,” bebernya.

Alumni SD 1 Tanah Tinggi, SMP 6 Ambon, SMA Kristen Ambon dan Fakultas Ekonomi Unpatti Ambon mengaku, persyaratan dari UNESCO tidak mudah. Dia mencoba danau Toba di Sumatera Utara mendapat pengakuan UNESCO, tidak mudah.

”Kita sudah dapatkan Ambon City of Music, tapi kita sudah masuk dalam kategori. Kita masuk pusat kota kita temui gong perdamaian juga bercirikan Internasional. Soal gong perdamaian dari 35 negara tidak mudah dapat persyaratan gong perdamaian. Hubungan mas­-yarakat horizontal. Apalah Maluku masuk tataran rukun dan damai. Itu kriteria kita dapatkan gong perda­maian. Bangga hari ini kita sebahai anak Maluku banyak fasilitas internasional asa di Kota Ambon manise,” pungkasnya. (S-16)